Dasar Hukum dan Fatwa-fatwa

“Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 541 sukuk, kewajiban emiten dalam penggunaan dana hasil penawaran umum, dan syarat-syarat perdagangan sukuk dipasar sekunder. Selain itu, fatwa-fatwa yang terkait dengan Surat Berharga Negara diantaranya: a. Fatwa DSN-MUI Nomor 69DSN- MUIVI2008 tentang surat berharga Negara; b. Fatwa DSN-MUI Nomor 70DSN- MUIVI2008 tentang Metode Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; c. Fatwa DSN-MUI Nomor 71DSN- MUIVI2008 tentang sale and back; d. Fatwa DSN-MUI Nomor 72DSN- MUIVI2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara Ijarah Sale and Lease Back ; e. Fatwa DSN-MUI Nomor 76DSN- MUIVI2008 SBSN Ijarah Asset To Be Leased Sukuk Milkiyah al-maujudat al- mu”ajjarah.

2.1.6. Tujuan Penerbitan Sukuk Ritel

Penerbitan obligasi dilakukan oleh perusahaan atau pemerintah yang membutuhkan dana, baik untuk ekspansi bisnisnya atau untuk memenuhi kebutuhan keuangan perusahaan atau negara dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam Undang-Undang tentang SBSN pada pasal 4 dijelaskan bahwa tujuan penerbitan sukuk untuk membiayai APBN termasuk membiayai pembangunan proyek infrastruktur dalam sektor energi, telekomunikasi, perhubungan, pertanian, industri manufaktur, dan perumahan rakyat. 2.1.7. Keuntungan Sukuk Ritel SR Dalam membeli sukuk terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dari sukuk, antara lain: a. Pembayaran imbalan kupon dan nilai nominal SR dijamin oleh Negara berdasarkan Undang-Undang SBSN dan Undang-Undang APBN setiap tahunnya, sehingga SR tidak mempunyai resiko gagal bayar; b. Pada saat diterbitkan pasar perdana, imbalan kupon SR ditawarkan lebih tinggi dibandingkan rata-rata tingkat bunga deposito bank BUMN; c. Imbalan kupon dengan jumlah tetap fixed coupon sampai pada tanggal jatuh tempo; d. Imbalan kupon SR dibayarkan setiap bulan; e. Dapat diperdagangkan di pasar sekunder dengan mekanisme bursa efek atau dieksekusi kepada nasabahnya yang memberi di pasar perdana; f. Tersedia kuotasi harga beli bid price dari agen penjual yang dapat dieksekusi kepada nasabahnya yang membeli di pasar perdana; g. Berpotensi memperoleh capital gain bila dijual pada harga yang lebih tinggi dari pada harga beli setelah memperhitungkan biaya transaksi di pasar sekunder; h. Dapat di pinjamkan atau digadaikan kepada pihak lain, termasuk jaminan dalam rangka transaksi efek sesuai kebijakan dan mengikuti ketentuan dan persyaratan yang berlaku pada masing- masing pihak; i. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta mendukung pembiayaan pembangunan nasional; j. Memberikan akses kepada investor untuk berpartisipasi dalam aktivitas pasar keuangan dengan cara dan metode yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

2.2. Anggaran Pendapatan Belanja

Negara APBN 2.2.1. Pengertian APBN APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Daftar anggaran yang mengandung penerimaan sistematis dan rinci dan rencana pengeluaran untuk tahun fiskal negara 1 Januari - 31 Desember. anggaran, anggaran perubahan, dan akuntabilitas, perusahaan dalam APBN dan akuntabilitas Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 542 anggaran negara setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. 2.2.2. Struktur APBN Secara garis besar struktur APBN adalah: a. Pendapatan negara dan hibah; b. Belanja negara; c. Keseimbangan primer; d. surplus defisit anggaran; e. Pembiayaan; f. struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang sering disebut i-account. Dalam beberapa hal, isi dari i-account sering disebut postur APBN.

2.2.3. Fungsi APBN

Fungsi APBN menurut Undang- Undang No.17 tahun 203, yaitu: a. Fungsi otoritas mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. b. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi pedoman manajemen dalam merencanakan kegitan pada tahun yang bersangkutan. c. Fungsi pengawasan adalah anggaran negara dan daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. d. Fungsi Alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. e. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara dan daerah harus memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

2.3. Infrastruktur

2.3.1. Definisi Infrastruktur

Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat, sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Istilah umum bagi insfrastruktur yang merujuk pada infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur biasanya berupa pembangunan kereta api, jalan raya, air bersih, kanal, waduk, jalan tol telekomunikasi, pelistrikan dan pelabuhan. Secara fungsional infrastruktur selain fasilitas dapat pula mendukung kelancaran aktifitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran produksi barang dan jasa sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan proses pendistribusian suatu barang sehingga dapat sampai ke masyarakat. World Bank 1994, mendefinisikan infrastruktur dalam konteks ekonomi sebagai sebuah terminologi yang mempayungi banyak aktivitas terkait “social overhead capital”. Selain itu “social overhead capital” bisa dikatakan sebagai fondasi bagi peningkatan standar kehidupan, penggunaan lahan nasional secara lebih baik dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. 2.3.2. Jenis Infrastruktur Infrastruktur sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: a. Infrastruktur keras meliputi jalan raya dan kereta api, bandara, dermaga, pelabuhan dan saluran imigrasi. b. Infrastruktur keras non fisik meliputi yang berkaitan dengan fungsi utilitas umum seperti ketersediaan air bersih berikut instalasi pengelolaan air dan jaringan pipa penyalur, pemasok listrik, jaringan telekomunikasi, dan pasokan energi mulai dari minyak bumi, gas berikut pipa distribusinya dan bio disel. c. Infrastruktur lunak bisa pula disebut kerangka institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai termasuk etos kerja, norma khususnya yang telah dikembangkan