Pajak Pertambahan Nilai PPN

“Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 373 Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebagai Subyek Pajaknya; dan c. Self Imposition Method. Metode memungut, menyetor, dan melaporkan sendiri PPN dan PPnBM terutang atas Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Objek PPN Objek Pajak sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 UU 8 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir dengan UU 42 Tahun 2009 adalah sebagai berikut : Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Bukan Objek PPN Pada dasarnya semua barang dikenai PPN, kecuali barang barang tertentu yang disebutkan dalam Undang- Undang PPN Pasal 4A ayat 2 1984 didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai berikut : a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya. b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak. c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering. d. Uang, emas batangan, dan surat- surat berharga. Subyek Pajak Menurut Mardiasmo 2008, disebut dengan Pengusaha Kena Pajak PKP adalah: a. Melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak; b. Mengekspor Barang Kena Pajak yang dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak; c. Menyerahkan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan d. Bentuk kerjasama operasi yang apabila menyerahkan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak. Dasar Pengenaan Pajak DPP Dasar Pengenaan Pajak DPP merupakan jumlah tertentu sebagai dasar untuk menghitung PPN. Dasar Pengenaan Pajak terdiri atas harga jual, nilai penggantian, nilai ekspor, nilai impor, dan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak Resmi, 2012:25. a. Harga Jual . Harga jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut berdasarkan Undang-Undang PPN dari potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. b. Penggantian. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak termasuk PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. c. Nilai Impor . Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut berdasarkan undang-undang PPN. d. Nilai Ekspor. Nilai ekspor adalah nilai berupa, uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. PROSIDING Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi B erkelanjutan” 374 e. Nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak . Nilai lain adalah jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Tarif PPN Tarif PPN menurut Pasal 7 UU No. 42 Tahun 2009, Tarif PPN sebesar 10 sepuluh persen dikenakan atas penyerahan BKP di dalam daerah pabeanimpor BKPpenyerahan JKP di dalam daerah pabeanpemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.Berdasarkan perkembangan ekonomi danatau peningkatan. Tarif PPN paling rendah 5 lima persendan paling tinggi 15 lima belas persen dengan tetap menggunakan tarif tunggal. Tarif 0 nol persen dikenakan atas : a. ekspor BKP berwujud b. ekspor BKP tidak berwujud c. ekspor jasa kena pajak. Saat Terutang PPN Menurut Valentina dan Suryo 2006 terutangnya pajak terjadi pada saat : a. Penyerahan Barang Kena Pajak; b. Impor Barang Kena Pajak; c. Penyerahan Jasa KenaPajak, d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean; dan f. Ekspor Barang Kena Pajak.

2.3 SPT Masa PPN

Pengertian SPT Masa PPN menurut PER – 160PJ2006 adalah : a. Bagi Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak standar kurang dari 30 tiga puluh dalam 1 satu Masa Pajak, SPT Masa PPN adalah Surat Pemberitahuan baik dalam bentuk formulir kertas hard copy maupun dalam bentuk elektronik b. Bagi Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak standar lebih dari 30 tiga puluh dalam 1 satu Masa Pajak, SPT Masa PPN adalah Surat Pemberitahuan dalam bentuk elektronik. c. Bagi Pemungut PPN, SPT Masa PPN adalah Surat Pemberitahuan yang terdiri dari Induk SPT dan Lampiran SPT baik dalam bentuk formulir kertas hard copy maupun dalam bentuk elektronik. Fungsi SPT Masa PPN Sesuai dengan Pasal 3 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 dalam buku Aristanti 2013, SPT Masa PPN mempunyai fungsi sebagai sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang : a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP danatau melalui pihak lain dalam suatu masa pajak yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Kewajiban Pelaporan SPT Masa PPN Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80PMK.032010, SPT Masa PPN harus dilapor setiap bulannya, walaupun tidak ada perubahan neraca, atau nilai Rupiah pada masa pajak terkait nihil 0. Jatuh Tempo Pelaporan SPT Masa PPN Jatuh tempo pelaporan adalah pada hari terakhir tanggal 30 atau 31 bulan berikutnya setelah akhir masa pajak yang bersangkutan kecuali di bawah kondisi tertentu. Maka tanggal jatuh tempo bukanlah pada akhir bulan berikut setelah akhir masa pajak yang bersangkutan. Gagal melaporkan akan “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi, Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” 375 berakibat denda sebesar Rp 500.000,00 UU KUP Pasal 7 ayat 1.

2.4 Surat Himbauan Pajak

Berdasarkan PER-170PJ2007 pasal 1 ayat 1, Surat Himbauan adalah surat yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan berdasarkan hasil penelitian internal untuk meminta klarifikasi kepada Wajib Pajak terhadap adanya dugaan belum dipenuhinya kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2.5 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB Menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 116, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. SKPKB diterbitkan apabila : a. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran c. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Petambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusmya dikenai tarif 0 nol persen d. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang e. Kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak danatau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

2.6 Surat Tagihan Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Surat Tagihan Pajak STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak danatau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila : a. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis danatau salah hitung c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda danatau bunga d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat 5 Undang- undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 6a Undang- undang Perpajakan Perambahan Nilai 1984 dan perubahannya.