Gerak Peluru Mikrajuddin Abdullah Fisika Dasar I 2016
                                                                                Bab 3 Gerak Dua Dimensi
163
the-tap.blogspot.com
ut e
xa s.
e du
e2marino.wordpress.com
Gambar 3.2 Contoh gerak peluru: a peluru kendali yang ditembakkan the-tap.blogspot.com, b bola golf yang dipukul e2marino.wordpress.com, dan c roket yang diluncurkan utexas.edu.
a Gerak  peluru  kendali  yang  ditembakkan  umumnya  berbentuk
gerak  peluru.  Dengan  memahami  hukum-hukum  gerak  peluru maka  sudut  penembakan  dapat  diatur  sehingga  peluru  mengenai
sasaran.
b Peluncuran roket yang membawa satelit menempuh lintasan seperti
lintasan  peluru.  Dengan  demikian  arah  peluncuran  dapat ditentukan sehingga roket mencapai posisi yang diinginkan untuk
menempatkan satelit pada orbitnya.
c Pemain  golf  dapat  mengatur  kekuatan  pukulan  serta  sudut
pukulan  sehingga  bola  jatuh  tepat  atau  dekat  lubang  yang dikehendaki.
d Pemain basket dapat mengatur kekuatan lemparan maupun sudut
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
164
lemparan  sehingga  bola  tepat  masuk  ke  keranjang  dan menciptakan nilai.
e Pemain  bola  dapat  mengatur  kekuatan  serta  sudut  tendangan
sehingga  bola  tepat  masuk  ke gawang lawan.Atlit lempar  cakram, lempar  lembing,  maupun  tolak  peluru  dapat  mengatur  sudut
lontaran sehingga dicapai jarak terjauh. Meraka selalu berlatih agar setiap lemparan selalu memenuhi sudut tersebut.
Sekarang  kita  mulai  membahas  gerak  peluru  secara  detail.  Peluru yang  ditembakkan  dengan  kecepatan  awal  membentuk  sudut  elevasi
tertentu  terhadap  sumbu  datar  akan  mengambil  lintasan  seperti  pada Gambar  3.3.  Pada  saat  ditembakkan,  peluru  memiliki  dua  komponen
kecepatan. Komponen kecepatan arah horisontal dan arah vertikal adalah
cos v
v
x
 3.1a
 sin
v v
y
3.1b
v
Lokasi penembakan
Lokasi jatuh
Puncak lintasan
Y
X
Gambar 3.3 Bentuk umum lintasan peluru yang ditembakkan dengan sudut elevasi
 terhadap sumbu datar. Ketinggian lintasan maupun jarak tempuh jarak dalam arah horisontal sangat bergantung pada laju awal dan
sudut tembakan.
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
165
Lintasan gerak peluru selalu melengkung ke bawah akibat adanya percepatan gravitasi bumi. Salah satu yang khas dari gerak peluru adalah
komponen kecepatan arah horizontal selalu tetap selama peluru bergerak. Tetapi  komponen  kecepatan  arah  vertikal  selalu  berubah-ubah  Gambar
3.4.  Mula-mula  makin  kecil  dan  saat  di  puncak  lintasan,  komponen kecepatan  arah  vertical  nol.  Kemudian  komponen  kecepatan  membesar
kembali namun arahnya berlawanan arah ke bawah.
v
v
0x
v
0y
v
1
v
2
v
2x
v
2y
X Y
v
1x
v
1y
= 0
Gambar  3.4  Komponen  horisontal  kecepatan  peluru  selalu  constan  tetapi  komponen  vertikal  selalu berubah-ubah. Perubahan komponen vertikal disebabkan oleh adanya percepatan gravitasi bumi. Komponen
kecepatan arah horisontal tidak berubah karena tidak ada percepatan dalam arah horisontal.
Perbedaan sifat gerakan tersebut karena dalam arah vertikal ada percepatan  gravitasi  yang  berarah  ke  bawah  sedangkan  dalam  arah
horizontal  tidak  ada  percepatan  Gambar  3.5.  Jika  kita  ambil  arah  ke kanan  sejajar  dengan  sumbu  x  positif  dan  arah  ke  atas  sejajar  dengan
sumbu  y  positif  maka  komponen  kecepatan  gerak  peluru  dalam  arah sumbu x horisontal dan sumbu y vertikal adalah
 cos
v v
x
3.2a
gt v
v
y
 
 sin
3.2b
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
166
Dengan demikian, vektor kecepatan gerak peluru tiap saat adalah
y x
v j
v i
v ˆ
ˆ  
 
gt v
j v
i 
 
 
sin ˆ
cos ˆ
3.3
Posisi peluru tiap saat memenuhi persamaan
 
t
dt v
r t
r 
 
 
 
 
 
t
dt gt
v j
v i
r sin
ˆ cos
ˆ 
 
 
 
 
 
 
2
2 1
sin ˆ
cos ˆ
gt t
v j
t v
i r
 
 3.4
dengan r
 adalah posisi peluru pada saat t = 0.
Dari  persamaan  komponen  kecepatan  maka  kita  dapat menentukan  sudut  yang  dibentuk  oleh  vektor  kecepatan  terhadap  arah
horisontal. Misalkan sudut tersebut adalah  Ganbar 3.6 maka
x y
v v
 
tan
 
cos sin
v gt
v 
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
167
 
cos tan
v gt
 
3.5
Y
X a
y
= -g a
x
= 0 v
v
0x
= v cos
v
0y
= v sin
Gambar  3.5  Peluru  mendapat  percepatan  ke  bawah  gravitasi  dan  tidak  mendapat  percepatan  arah horizontal.  Gerak  peluru  dapat  juga  dipandang  sebagai  dua  gerak  terpisah,  yaitu  gerak  dengan  percepatan
konstan arah veritak dan gerak dengan laju konstan arah horisontal.
v
x
v
y
Gambar  3.6  Vektor  kecepatan  peluru  tiap  saat.  Arah  kecepatan  selalu  berubah  tiap  saat  karena  besar komponen  vertikal  selalu  berubah  karena  adanya  percepatan  gravitasi  bumi  sedangkan  besar  komponen
horisontal selalu tetap karena tidak memiliki percepatan.
Dari  persamaan  3.5  kita  dapatkan  sejumlah  informasi.  Pada puncak  lintasan  peluru  hanya  memiliki  kecepatan  arah  horisontal.
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
168
Dengan  demikian  pada  puncak  lintasan  berlalu   =  0  atau  tan    =  0.
Misalkan  waktu  yang  diperlukan  sejak  peluru  ditembakkan  hingga mencapai puncak lintasan adalah t
m
maka berlaku
cos tan
 
 
v gt
m
yang menghasilkan
  tan
cos g
v t
m
 sin
g v
3.6
 = 
v
0x
v
0y
 = -
Saat menembak Saat kembali ke tanah
Gambar 3.7 Arah vektor kecepatan saat peluru ditembakkan dan saat kembali ke tanah. Sudut yang dibentuk vektor  kecepatan  saat  peluru  ditembakkan  dan  saat  peluru  mencapai  tanah  sama  besar  tetapi  berlawanan
tanda.
Kapan  peluru  mencapai  tanah  kembali?  Kita  asumsikan  bahwa ketinggian  tempat  penembakan  sama  dengan  ketinggian  tempat  jatuh
peluru. Pada saat penembakan, t = 0, terpenuhi
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
169
 
cos tan
tan v
g 
 
atau  = .
Dengan memperhatikan Gambar 3.7 jelas bahwa pada saat peluru kembali  menyentuh  tanah  maka  sudut  yang  dibentuk  oleh  vektor
kecepatan memenuhi  = -. Jika saat ini waktu tempuh adalah T maka
persamaan 3.5 dapat ditulis
 
cos tan
tan v
gT 
 
 
cos tan
tan v
gT 
 
atau
  tan
cos 2
g v
T 
 sin
2 g
v 
3.7
Dari  persamaan  ini  tampak  bahwa  T  =  2t
m
atau  waktu  yang  diperlukan untuk  mencapai  tanah  kembali  sama  dengan  dua  kali  waktu  untuk
mencapai puncak lintsan. Gambar  3.8  memperlihatkan  posisi  maksimum  yang  dicapai
peluru  dan  jangkauan  peluru.  Berapakan  nilai-nilai  tersebut?  Mari  kita coba  hitung.  Dengan  menggunakan  persamaan  3.4  kita  dapat
menentukan posisi peluru pada saat t
m
, yaitu
 
 
 
 
 
2
2 1
sin ˆ
cos ˆ
m m
m m
gt t
v j
t v
i r
t r
 
 
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
170
Substitusi t
m
dari persamaan 3.6 sehingga diperoleh
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2
sin 2
1 sin
sin ˆ
cos sin
ˆ
 
 
g v
g g
v v
j g
v v
i r
t r
m
 
 
2 2
2
sin 2
ˆ cos
sin ˆ
g v
j g
v i
r 
 
3.8
v
v
0x
= v cos
v
1
X Y
v
1x
= v cos
v
1y
= 0 v
0y
= v sin
h
m
R
Gambar 3.8 Ketinggian lintasan sama dengan jarak vertical dari puncak lintasan ke dasar yang sejajar dengan titik penembakan. Jarak tempuh adalah jarak mendatar dari titik penembakan ke titik jatuh peluru.
Dari  persamaan 3.8 kita simpulkan bahwa ketinggian maksimum yang dicapai peluru adalah
2 2
sin 2g
v y
m
 
3.9
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
171
Jarak dalam arah x tepat di bawah puncak lintasan adalah
 
cos sin
2
g v
x
m
 
 2
sin 2
2
g v
3.10
di mana
kita telah
menggunakan hubungan
trigonomentri
 
cos sin
2 2
sin 
. Dengan menggunakan T pada persamaan 3.7 maka posisi peluru
saat kembali mencapai tanah adalah
 
 
 
 
 
2
2 1
sin ˆ
cos ˆ
gT T
v j
T v
i r
T r
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2
sin 2
2 1
sin sin
2 ˆ
cos sin
2 ˆ
g v
g g
v v
j g
v v
i r
 
 
 
g v
i r
 
cos sin
2 ˆ
2
 
 3.11
Kita  definisikan  jarak  tempuh  sebagai  jarak  horizontal  dari  titik penembakan  benda  ke  titik  jatuh  peluru  di  tanah  asumsi  titik
penembakan dan titik jatuh berada pada bidang datar. Dengan mengacu pada persamaan 3.11 maka jarak tempuh adalah
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
172
g v
R
 
cos sin
2
2
g v
 2
sin
2
3.12
Pertanyaan  menarik  adalah  berapakah  sudut  penembakan  agar dicapai jarak tempuh maksimum? Mengingat nilai maksimum sin 2
 = 1 maka  jarak  tempuh  maksimum  akan  dicapai  jika
1 2
sin 
.  Sudut  yang nilai sinusnya satu adalah 90
o
. Dengan demikian sudut penembakan yang menghasilkan  jangkauan  maksimum  memenuhi
o
90 2
atau
o
45 
. Dengan sudut ini maka jangkauan maksimum adalah
g v
R
maks 2
3.13
Apa yang dapat disimpulkan dari hasil ini? Kesimpulannya adalah dengan menggunakan peluru yang memiliki laju awal v
maka kita hanya sanggup menembak hingga jarak
g v
2
. Sasaran yang lebih jauh dari itu tidak  mungkin  dijangkau  oleh  peluru  tersebut  berapa  pun  sudut
tembaknya.
Sasaran dengan Jarak Bervariasi
Dalam  peperangan,  senjata  yang  digunakan  telah  memiliki  laju awal  tertentu.  Namun,  sasaran  yang  akan  ditembak  kadang  jauh  dan
kadang dekat. Agar peluru mengenai sasaran maka yang dapat dilakukan adalah mengantur sudut tembak. Berapakah sudut tembak jika sasaran
berada dalam arah horisontal sejauh R? Jelas di sini bahwa
maks
R R
. Mari kita hitung.
Kita sudah mendapatkan persamaan jarak tembak yang diberikan
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
173
oleh  persamaan  3.12.  Jika  jarak  tembak  R  berbeda-beda  maka  besar sudut tembak memenuhi
2
2 sin
v gR
Solusinya adalah
 
 
 
2
arcsin 2
v gR
atau
 
 
 
2
arcsin 2
1 v
gR 
3.14
Sebagai contoh, jika jarak sasaran adalah setengah dari jangkauan maksimum peluru atau
2
maks
R R
maka
 
 
 
 2
1 arcsin
2 1
Tetapi  arcsin12  memiliki  dua  solusi,  yaitu  30
o
dan  150
o
.  Dengan demikian, ada dua sudut yang menghasilkan solusi yaitu
o o
15 2
30  
dan
o o
75 2
150  
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
174
Dengan  sudut  penembakan  15
o
atau  75
o
maka  peluru  akan  jatuh  pada titik yang sama. Namun ada yang berbeda, yaitu waktu tempuh. Dengan
mengguakan  persamaan  3.7  maka  peluru  yang  ditembakkan  dengan sudut kecil akan mencapai sasaran dalam waktu yang lebih pendek. Jadi,
jika  kita  ingin  segera  mengenai  sasaran  maka  dari  dua  alternatif  sudut tersebut kita memilih sudut yang kecil.
Gambar 3.9 adalah kurva sudut tembak sebagai fungsi jangkauan. Jangkauan  dinyatakan  dalam  satuan  jangkauan  maksimum.  Tampak
bahwa  untuk  setiap  jangkatan  yang  dikehendaki  maka  ada  dua  sudut tempak yang dapat dilakukan, yaitu dengan sudut kecil dan dengan sudut
besar.  Penembakan  dengan  sudut  kecil  menyebabkan  peluru  mencapai sasaran lebih cepat. Namun, jika antara posisi penembakan dan sasaran
terdapat  penghalang  yang  cukup  tinggi  seperti  bangunan,  pepohonan, atau bukit kecil maka kita memilih sudut tembak yang besar.
Gambar  3.9  Sudut  penembakan  peluru  sebagai  fungsi  jarak  sasaran  agar  peluru  tepat  mengenai  sasaran. Tampak  bahwa  selalu  ada  dua  sudut  untuk  mencapai  jarak  yang  sama,  yang  satu  lebih besar  dari  45
o
dan yang satu lebih kecil dari 45
o
. Namun, jarak terjauh hanya dapat dicapai dengan satu sudut, yaitu 45
o
.
Menembak Sasaran yang Bergerak
Misalkan sasaran yang akan kita tembak bergerak. Berapa sudut tembak agar peluru mengenai sasaran    yang bergerak tersebut? Mari kita
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
175
bahas.  Agar  lebih  sederhana  kita  asumsikan  bahwa  sasaran  bergerak dalam arah sumbu x dengan laju  v
s
. Misalkan jarak mula-mula sasaran dari lokasi penembakan adalah X
s
. Dengan demikian, posisi sasaran tiap saat memenuhi
 
 
 
 
t s
s s
dt v
X i
t r
ˆ 
3.15
Karena posisi penembakan dianggap berada pada pusat koordinat maka posisi peluru tiap saat kita gunakan
 r
 memenuhi persamaan
 
 
 
 
2
2 1
sin ˆ
cos ˆ
gt t
v j
t v
i t
r
p
 
3.16
Peluru akan mengenai sasaran setelah selang waktu T yang memenuhi
T r
T r
s p
 
 atau
 
 
 
 
 
 
 
 
T s
s
dt v
X i
gT T
v j
T v
i
2
ˆ 2
1 sin
ˆ cos
ˆ
 
3.17
Persamaan 3.17 menghasilkan dua persamaan berikut ini
 
T s
s
dt v
X T
v cos
3.18a
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
176
2 1
sin
2
  gT
T v
3.18b
Dari persamaan 3.18b kita dapatkan
 sin
2 g
v T
3.19
Jika sasaran bergerak dengan laju konstant dan menjauhi lokasi penembakan maka persamaan 3.18a menjadi
T v
X T
v
s s
 
cos atau
s s
v v
X T
 
 cos
3.20
Samakan persamaan 3.19 dan 3.20 maka diperoleh
 
sin 2
cos g
v v
v X
s s
 
atau
 
 
 
 
2
cos sin
2 v
v v
gX
s s
 
3.21
Jika kita
definisikan untuk
sementara x
sin dan
2 2
1 sin
1 cos
x 
 
 
maka persamaan 3.21 dapat ditulis
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
177
 
 
 
 
2 2
1 2
v v
x x
v gX
s s
atau
 
 
 
 
2
1 2
v v
x x
R X
s maks
s
3.22 di mana R
maks
diberikan oleh persamaan 3.13. Persamaan  3.22  dapat  diseselaikan  secara  numerik  jika  kita
sudah  mengetahu  X
s
,  v dan  v
s
.  Gambar  3.10  adalah  contoh  hasil perhitungan  numerik  sudut  tembak  sebagai  fungsi
maks s
R X
2
jika sasaran  bergerak  menjauh  dengan  laju  sepersepuluh  laju  awal  peluru.
Tampak di sini juga bahwa selalu terdapat dua pilihan sudut agar peluru mengenai sasaran.
Gambar 3.10 Sudut tembak agar mengenai sasaran yang bergerak menjauh dengan laju  v
s
= 0,1v . Di sini
pun tampak bahwa untuk jarak tertentu maka selalu ada dua sudut tembakan yang memenuhi syarat.
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
178
Jika sasaran mendekati arah penembakan maka persamaan yang dipenuhi adalah dengan mengganti tanda vs dan diperoleh
 
 
 
 
2 2
1 2
v v
x x
v gX
s s
3.23
Persamaan 3.23 juga mesti diselesaikan secara numerik.
Sasaran Tidak Pada Ketinggian Yang Sama
Bagaimana jika sasaran tidak berada pada ketinggian yang sama dengan tempat peluru ditembakkan? Seperti diilustrasikan pada Gambar
3.11. Kita pilih lokasi penembakan berada di koordinat sedangkan sasaran berada pada posisi
j Y
i X
r
s
ˆ ˆ 
 
3.24
Peluru mengenai sasaran setelah selang waktu t
s
yang memenuhi
j Y
i X
gt t
v j
t v
i
s s
s
ˆ ˆ
2 1
sin ˆ
cos ˆ
2
 
 
 
 
 
 
3.25
Jadi  peluru  mengenai  sasaran  saat  vektor  posisi  peluru  sama  dengan vektor  posisi  sasaran.  Kita  samakan  suku  yang  mengandung  verktor
satuan sejenis sehingga diperoleh
X t
v
s
cos 3.26a
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
179
Y gt
t v
s s
 
2
2 1
sin
3.26b
malvern-hills.co.uk
Y X
R
Gambar 3.11 Peluru menembak sasaran yang memiliki ketinggian yang berbeda dengan lokasi penembakan sumber gambar: malvern-hills.co.uk.
Dari persamaan 3.26a kita peroleh waktu yang diperlukan peluru mengenai sasaran adalah
cos v
X t
s
 3.27
Substitusi persamaan 3.27 ke dalam persamaan 3.26b maka diperoleh
Y v
X g
v X
v
o o
 
 
 
 
 
 
 
2
cos 2
1 sin
cos
 
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
180
Y v
gX X
 
 
2 2
2
cos 2
1 cos
sin
 
2 2
2
cos 2
cos sin
Y v
gX X
 
3.28
Untuk  menyederhanakan  persamaan  3.28  kita  gunakan hubungan trigonometri berikut ini
 
2 sin
2 1
cos sin
 
2 cos
2 1
2 1
cos
2
 
2 sin
1 2
1 2
1
2
 
Dengan demikian persamaan 3.28 dapat ditulis menjadi
 
 
 
 
 
 
2 sin
1 2
1 2
1 2
2 2
sin
2 2
2
Y v
gX X
 
 
2 sin
1 1
2 sin
2 2
2
 
 
Y v
gX X
3.29
Agar  lebih  sederhana  lagi  kita  misalkan z
2 sin
sehingga persamaan 3.29 menjadi
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
181
2 2
2
1 z Y
Y v
gX Xz
 
 
 
 
 
Kita kuadrat sisi kiri dan kanan sehingga
 
2 2
2 2
2 2
2 2
2
1 2
z Y
Y v
gX z
Y v
gX X
z X
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2
2 2
2 2
2 2
2 2
2
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Y
Y v
gX z
Y v
gX X
z Y
X
Solusi untuk z adalah
2 4
4 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 ,
1
Y X
Y Y
v gX
Y X
Y v
gX X
Y v
gX X
z 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
3.30
Ada  dua  solusi  yang  diberikan  oleh  persaman  di  atas.  Tetapi mengingat
2 sin
 z
maka  nilai  z  hanya  boleh  berada  antara  1  dan  -1. Dari dua solusi di atas, jika dua nilai z berada antara -1 sampai 1 maka
kedua solusi benar. Ini berarti ada dua sudut penembakan agar mengenai sasaran. Namun, jika salah satu nilai z tidak berada antara -1 sampai 1
maka hanya solusi antara -1 sampai 1 yang digunakan. Ini artinya, hanya satu kemungkina sudut tembakan yang dapat mengenai sasaran. Setelah
kita peroleh z maka sudut  dapat dihitung dengan mudah.
Contoh 3.1
Sasaran yang akan ditembak berada pada posisi
j i
r
s
ˆ 00
ˆ 400
 
m. Berapa  sudut  tembak  agar  peluru  yang  memiliki  laju  awal  100  ms
mengenai sasaran?
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
182
Jawab Dengan menggunakan g = 9,8 ms
2
maka kita dapatkan z
1
= 0.000931183 dan z
2
= 31.05174208. Nilai z
2
tidak dipakai karena lebih besar daripada 1. Jadi solusi untuk z hanyalah z
1
= 0.000931183. Dengan demikian sin 2 
1
= 0,00093. Solusi yang memenuhi adalah 2
 = 177
o
atau  = 88,5
o
.
Aplikasi Olah Raga
Lempar  cakram,  lempar  lembing,  tolak  peluru,  dan  lompat  jauh adalah  olah  raga  yang  dinilai  berdasarkan  jarak  tempuh  yang  dicapai.
Jangkauan  maksimum  ditentukan  oleh  laju  awal  maupun  sudut  awal. Karena laju awal yang dilakukan seorang atlit sudah tertentu maka yang
dapat dikontrol untuk mencapai jarak terjauh adalah sudut awal. Berapa besar sudut awal agar menjadi juara dalam olah raga tersebut?
sull.tv
= 45
o
v
Gambar 3.12 Atlit lompat jauh akan melakukan lompatan terjauh jika membentuk sudut 45
o
. Para atlit lompat jauh harus berlatih keras agar memiliki feeling yang kuat sehingga sudut lompatannya selalu mendekati 45
o
sumber gambar: sull.tv
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
183
Kebergantungan jarak tempuh pada sudut ditentukan oleh faktor
2 sin
persamaan 3.12. Faktor ini memiliki nilai maksimum satu, yaitu ketika
o
90 2
 
Gambar 3.12. Maka agar dicapai loncatan atau lemparan terjauh maka para atlit tersebut harus membentuk sudut
 = 45
o
.
v
iaaf.org
Gambar  3.13  Pelompat  tinggi  harus  membentuk  sudut  mendekati  90
o
saat  melompat  agar  diperoleh ketinggian  maksimum.  Yang  harus  dilatih  oleh  pelompat  tinggi  adalah  bagaimana  agar  melompat  dengan
sudut hampir 90
o
tetapi tidak menyentuh penghalang sumber gambar: iaaf.org.
Pemenang  olah  raga  lompat  tinggi  didasarkan  pada  ketinggian batang  penghalang  yang  berhasil  dilampaui.  Ketinggian  maksimum
ditentukan oleh laju awal dan sudut yang dibentuk saat melompat. Untuk seorang atlit, laju awal sudah tertentu. Agar tercapai ketinggian tertentu
maka dia harus dapat mengontrol sudut lompatan. Ketinggian lompatan bergantung pada sudut lompatan sesuai dengan fungsi
2
sin persamaan
3.9.  Ketinggian  makin  besar  jika  sudut  makin  mendekati  90
o
.  Oleh karena itu, atlit lompat tinggi selalu mengambil posisi sedekat mungkin ke
penghalang  sebelum  meloncat  Gambar  3.13.  Sehingga,  ketika  dia melompat, dia membntuk sudut yang mendekati 90
o
.
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
184
Aplikasi dalam Peperangan
Kecepatan  keluarnya  peluru  dari  moncong  tank  atau  merian sudah  tertentu  Gambar  3.14.  Dalam  suatu  peperangan,  peluru  harus
dijatuhkan  ke  lokasi  musuh.  Sebelum  penembakan  peluru  dilakukan maka jarak musuh diestimasi terlebih dahulu. Berdasarkan jarak tersebut
maka  sudut  penembakan  diatur  sehingga  peluru  tepat  jatuh  ke  lokasi musuh.  Untuk  memperkirakan  sudut  penembakan,  kita  dapat
menggunakan  persamaan  jangkauan  maksimum.  Jarak  tank  ke  posisi musuh  adalah  R.  Agar  peluru  tepat  jatuh  ke  posisi  musuh  maka  sudut
penembakan harus memenuhi persamaan 3.14.
v
Gambar 3.14 Tank mengantur sudut penembakan agar peluru tepat jatuh di lokasi musuh. Biasanya dilakukan denan coba-coba. Ketika tembakan pertama terlampau dekat maka sudut moncong tank diatur mendekati 90
o
. Sebaliknya  jika  tembakan  pertama  terlalu  jauh  maka  arah  moncong  meriam  diatur  sehingga  menjauhi  45
o
sumber gambar:
Bom  yang  dijatuhkan  dari  pesawat  yang  sedang  bergerak mendatar  akan  membentuk  lintasan  setengah  parabola.  Benda  tersebut
memulai gerak  di  puncak  parabola.  Kecepatan  awal  yang  dimiliki  hanya komponen  horizontal  yang  sama  dengan  laju  pesawat.  Gerakan  bom
tersebut serupa dengan gerakan bola pada Gambar 3.15.
Posisi awal bom adalah
j h
r ˆ
 
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
185
v v
0x
= v
v
0y
= 0
v
x
= v v
0y
v v
x
 gt
v
y
 
t v
x 
2
2 1
gt h
y 
X Y
h
Gambar  3.15  Gerakan  bola  yang  digelindingkan  dari  tepi  meja  menempuh  lintasan  setengah  parabola. Kecepatan awal hanya memiliki komponen horisontal. Gerak arah vertikal menjadi gerak dengan percepatan
konstan dan laju awal nol. Gerak arah horisontal adalah gerak dengan laju konstan.
dengan  h  adalah  ketinggian  pesawat  saat  melepas  bom.  Kecepatan  awal bom hanya memiliki komponen arah horisontal, atau
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
186
i v
v
o
ˆ 
Percepatan bom adalah percepatan gravitasi atau
j g
a ˆ
 
 Dengan demikian, kecepatan bom tiap saat adalah
j gt
i v
t v
ˆ ˆ
 
3.31
Posisi bom tiap saat adalah
 
 
  
 
2
2 1
ˆ ˆ
gt h
j t
v i
t r
 3.32
Saat mencapai tanah ketinggian bom adalah 0. Misalkan T adalah waktu yang diperlukan bom untuk mencapai tanah maka terpenuhi
2
2 1
gT h
 
atau
g h
T 2
3.33
Karena  gerak  arah  horisontal  memiliki  laju  konstan  tidak  memiliki percepatan maka jarak tempuh benda arah horizontal ketika menyentuh
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
187
tahan adalah
T v
R 
3.34
Pesawat  pengembom  menggunakan  persamaan  ini  untuk menentukan  saat  yang  tepat  ketika  akan  menjatuhkan  bom.  Ketika
pesawat bergerak, besaran yang dimiliki adalah laju dan ketinggian. Ketika di  depan  ada  lokasi  musuh  yang  harus  dibom,  kapankah  saatnya  bom
dilepas?
Dari ketinggian pesawat dapat ditentukan waktu yang diperlukan bom mencapai tanah persamaan 3.33. Berdasarkan waktu ini dan data
laju  pesawat  maka  akan  diteketahui  berapa  jauh  bom  bergerak  secara horizontal  saat  mencapai  tanah  persamaan  3.34.  Dengan  demikian,
pilot  dapat  menentukan  di  posisi  di  belakang  sasaran  bom  tersebut dijatuhkan.  Semua  informasi  ini  ada  di  layar  kontrol  pesawat  dan  telah
dihitung  oleh  komputer  yang  ada  di  pesawat.  Jadi  pilot  tidak  perlu pelakukan perhitungan.
Lebih  sering  pesawat  pembom    tidak  hanya  menjatuhkan  satu bom,  tetapi  menjatuhkan  sejumlah  bom  Gambar  3.16.  Jika  pesawat
hanya  menjatuhkan  satu  bom  maka  bisa  terjadi  posisi  jatuhnya  bom meleset  dari  sasaran  yang  mungkin  disebabkan  kesalahan  data  yang
diolah. Untuk menghindari lolosnya sasaran maka pesawat menjatuhkan bom  secara  bertubi-tubi.  Dengan  dijatuhkan  bom  secara  bertubi-tubi
maka bom akan mengenai wilayah di tanah yang cukup panjang sehingga kemungkinan mengenai sasaran menjadi lebih tinggi.
Misalkan bom dijatuhkan selama selang waktu t. Maka panjang daerah  di  tanah  yang  dikenai  bom  menjadi  v
t,  dengan  v adalah  laju
pesawat.  Misalkan  perode  pelepasan  bom  selang  waktu  dijatuhkan  dua bom berurutan adalah
 maka jumlah bom yang dijatuhkan selama selang waktu t adalah
t n
 
3.35
Jarak dua lokasi berdekatan di tanah yang dikenai bom adalah
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
188
 
v x
 3.36
science.howstuffworks.com
v
0x
v
0x
v
0x
v
0x
v
y
v
y
v
y
X Y
Gambar 3.16 Lintasan bom yang dilepas pesawat ke sasaran di tanah sumber gambar : .
Efek Hambatan Udara bagian ini dapat dilewati
Pada  pemahasan  gerak  peluru  di  atas  kita  sama  sekali mengabaikan gesekan oleh udara pada peluru yang bergerak. Seolah-olah
peluru bergerak dalam ruang hampa. Padahal gesekan oleh udara ada dan nilainya makin besar jika peluru makin kencang. Arah gesekan tersebut
berlawanan  dengan  arah  gerak  peluru.  Dengan  adanya  gesekan  maka peluru mendapat percepatan dalam arah berlawanan dengan arah gerak.
Dengan  demikian,  selama  bergerak  maka  peluru  mendapat  dua percepatan  yaitu  percepatan  gravitasi  ke  arah  bawah  dan  percepatan
gesekan dalam arah berlawanan dengan arah gerak.
Percepatan peluru akibat gesekan memenuhi persamaan umum
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
189
v a
f
 
 
3.37
dengan  adalah konstanta yang bergantung pada volume peluru, bentuk
peluru, dan massa jenis udara yang dilewati. Dengan adanya percepatan ini maka percepatan total yang dialami peluru selama bergerak menjadi
g a
a
f
 
 
 
j g
j v
i v
y x
ˆ ˆ
ˆ 
 
 
 
j g
v i
v
y x
ˆ ˆ
 
 
 
3.38
Dengan demikian, kecepatan peluru tiap saat memenuhi
a dt
v d
 
 
 
j g
v i
v j
v i
v dt
d
y x
x x
ˆ ˆ
ˆ ˆ
 
 
 
3.39
Kita selanjutnya menyamakan faktor yang memiliki vektor satuan sejenis sehingga kita peroleh persamaan berikut ini
x x
v dt
dv 
 
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
190
 
g v
dt dv
y x
 
 
atau
dt v
dv
x x
 
3.40
dt g
v dv
y x
 
 
3.41
Kita  lakukan  integral  dua  ruas  persamaan  3.40  dan  3.41  sehingga diperoleh
 
 
t v
v x
x
dt v
dv
x x
 
 
t v
v y
x
dt g
v dv
y y
 
Untuk  menyelesaikan  integral  di  atas  kita  gunakan  kesamaan  integral berikut
ln a
x a
x dx
 
. Dengan kesamaan ini maka hasil integral di atas adalah
t v
v
x x
 
 ln
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
191
t g
v g
v
y y
 
 
 
 ln
atau
t x
x
e v
t v
 
3.42a
t y
y
e g
v g
v
 
 
 
 
 
atau
 
g e
g v
t v
t y
y
 
 
 
 
3.42b
Posisi  peluru  tiap  saat  dapat  ditentukan  dengan  melakukan integral pada komponen kecepatan. Misalkan mula-mula peluru berada di
pusat koordinat sehingga x = 0 dan y
= 0. Dengan demikian, komponen posisi peluru tiap saat memenuhi
t x
dt t
v t
x
dt e
v
t t
x
dt e
v
t t
x
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
192
t t
x
e v
1 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
1 1
t x
e v
 
t x
e v
 
1
 
t
e v
 
 
1 cos
3.43 dan
t y
dt t
v t
y
 
 
 
 
 
 
 
 t
t y
dt g
e g
v 
 
gt e
g v
t t
y
 
 
 
 
 
 
 
 
1
 
 
gt g
v e
g v
y t
y
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
1 1
 
 
gt e
g v
t y
 
 
 
 
 
1 1
 
 
 
gt e
g v
t
 
 
 
 
 
1 sin
1
3.44
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
193
Pertanyaan  selanjutnya  adalah,  kapan  peluru  mencapai  puncak lintasan?  Pada  puncak  lintasan  peluru  hanya  memiliki  komponen
kecepatan arah horisontal. Komponen kecepatan arah vertikal adalah nol. Misalkan  waktu  saat  peluru  ada  di  puncak  lintasan  adalah  t
m
maka dengan menggunakan persaamaan 3.42b kita peroleh
 
g e
g v
m
t y
 
 
 
 
atau
 
g e
g v
m
t y
 
 
 
 
atau
g v
g e
y t
m
 
atau
g v
g t
y m
 
 ln 
atau
g g
v t
y m
 
ln 
atau
g g
v t
y m
 
ln 1
 
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
194
 
 
 
 
g v
y
1 ln
1 
3.45
Kemudian  kapan  paluru  mencapai  tanah  kembali?  Kondisi  ini dicapai  saat  posisi  dalam  arah  vetikal  nol.  Misalkan  waktu  yang
diperlukan adalah T maka terpenuhi
 
1 sin
1 
 
 
 
 
 
 
gT e
g v
T
atau
 
1 sin
 
 
 
 
 
gT e
g v
T 
 
3.46
Persamaan ini hanya bisa diselesaikan secara numerik.
Contoh 3.2
Peluru ditembakkan dengan laju awal v = 200 ms dengan sudut elevasi
45
o
terhadap  arah  horisontal.  Besar  gaya  gesekan  peluru  dengan  udara adalah  f  =  0,05mv.  Tentukan  posisi  tertinggi  dan  jarak  tempuh  peluru.
Bandingkan dengan kasus jika gesekan udara diabaikan.
Jawab Dari  bentuk  persamaan  gaya  gesekan  ini  kita  simpulkan
  =  0,05  s
-1
. Waktu  yang  diperlukan  peluru  mencapai  posisi  tertinggi  lintasannya
diberikan oleh persamaan 3.45 yaitu
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
195
 
 
 
 
g v
t
y m
1 ln
1 
 
 
 
 
 
82 ,
9 45
sin 200
05 ,
1 ln
05 ,
1
o
= 10,85 s.
Ketinggian lintasan peluru dihitung dengan persamaan 3.44, yaitu
 
 
 
 m
t m
gt e
g v
y
m
 
 
 
 
 
1 sin
1
 
05 ,
85 ,
10 82
, 9
1 05
, 82
, 9
45 sin
200 05
, 1
85 ,
10 05
,
 
 
 
 
 
 
 
e
o
= 698 m
Waktu yang diperlukan pleuru mencapai tanah kembali diberikan oleh  persamaan  3.46.  Dengan  memasukkan  data  yang  diberikan  maka
persamaan tersebut menjadi
 
82 ,
9 1
05 ,
82 ,
9 45
sin 200
05 ,
 
 
 
 
 
T e
T o
atau
 
82 ,
9 1
82 ,
337
05 ,
 
T e
T
Dengan menggunakan Excel, solusi persamaan di atas adalah T = 24,08 s. Substitusi T ke dalam persamaan 3.43 maka diperoleh jarak tempuh
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
196
 
08 ,
24 05
,
1 05
, 45
cos 200
 
 
 e
R
o
= 1.980 m
Jika  dianggap  tidak  ada  gesekan  udara  maka  ketinggian  maksimum lintasan peluru adalah
g v
y
m
2 sin
2 2
 
82 ,
9 2
45 sin
200
2 2
 
o
= 1.018 m
Jangkauan peluru
g v
R
2 sin
2
82 ,
9 45
2 sin
200
2 o
 
= 4.073 m
Peluru Kendali cukup rumit dan dapat dilewati
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
197
Peluru  kendali  dapat  dipandang  sebagai  peluru  yang  dapat mengenai  sasaran  yang  sedang  terbang.  Ketika  melihat  sasaran  maka
peluru  terus  bergerak  mengikuti  sasaran.  Jika  sasaran  berbelok  maka peluru akan ikut berbelok sehingga makin lama jarak peluru ke sasaran
makin dekat. Di sini kita membuat persamaan sederhana tentang peluru kendali. Kita turunkan persamaan untuk untuk peluru anti rudal. Rudal
ditembakkan  dengan  kecepatan  awal  tertentu  sehingga  bergerak  dalam lintasan parabola. Kemudian beberapa saat berikutnya peluru kendali anti
rudal ditembakkan untuk meledakaan rudal di udara.
Untuk menurunkan persamaan kita gunakan arumsi berikut ini: a
Peluru kendali ditembakkan pada pusat koordinat. b
Rudal ditembakkan dari posisi awal x
r0
dan y
r0
= 0. Peluru kendali dan rudal bergerak dalam bidang vertikal yang sama
c Rudal ditembakkan pada saat t = 0
d Peluru kendali ditembak pada saat t
p0
. e
Laju  peluru  kendali  selalu  konstan.  Artinya  peluru  kendali dilengkapi  dengan  mesin  berbahan  bakar  sehingga  bisa  terus
diarahkan ke rudal pada kecepatan tinggi.
f Gaya gesekan udara dibaikan
g Arah  prluru  kendali  sama  dengan  vektor  penghubung  peluru
kendali dengan rudal liah Gambar 3.17 Anggap rudal ditembakkan dari posisi awal
ˆ
r r
x i
r 
. Posisi rudal tiap saat memenuhi persamaan
 
 
 
 
 
2
2 1
sin ˆ
cos ˆ
gt t
v j
t v
i r
t r
r r
r r
 
 
3.47 Posisi peluru kendali tiap saat adalah
ˆ ˆ
t y
j t
x i
r
p p
p
 
3.48
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
198
Lintasan rudal
r
r 
p
r 
rp
r 
r
v 
p
v 
Gambar  3.17  Rudal  bergerk  dalam  lintasan  parabola  sedangkan  peluru  kendali  selalu  bergerak  menuju  ke arah rudal.
Dengan demikian vektor yang menghubungkan peluru kendali dan rudal adalah
p r
rp
r r
r 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2 1
sin ˆ
cos ˆ
2
t y
gt t
v j
t x
t v
x i
p r
p r
r
 
3.49
Vektor satuan yang menyatakan arah gerak peluru kendali adalah
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
199
rp rp
rp
r r
r 
 
ˆ
3.50
di mana
 
2 2
2
2 1
sin cos
 
 
 
 
 
 
t y
gt t
v t
x t
v x
r
p r
p r
r rp
 
 3.510
Karena  arah  gerak  peluru  kendali  sama  dengan  arah  vektor  yang menguhungkan peluru kendali dan rudal maka kecepatan peluru kendali
tiap saat dapat ditulis
rp p
p
r v
v ˆ
 
rp rp
p
r r
v 
 
3.52
Posisi peluru kendali tiap saat menjadi
t t
p p
p
dt v
t r
 
t t
rp rp
p
p
dt r
r v
 
3.53
Persamaan 3.53 sulit diintegral secara langsung. Yang dapat kita
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
200
lakukan  adalah  mengitung  secara  numerik  dengan  memulai  dari persamaan
p p
v t
r 
 
 
3.54
Persamaan 3.54 dapat ditulis
t v
t t
r t
t r
p p
p
 
 
 
 
atau
t t
v t
r t
t r
p p
p
 
 
 
 
3.55
Jika  diuraikan  atas  komponen-komponennya  maka  persamaan  3.55 menjadi
t t
v t
x t
t x
px p
p
 
 
 3.56a
t t
v t
y t
t y
py p
p
 
 
 3.56b
Dengan  menggunakan  persamaan  3.40,  3.50,  3.51,  3.52, 3.56a, dan 3.56b maka kita mendapatkan persamaan rekursif berikut
 
 
2 2
2
2 1
sin cos
cos 
 
 
 
 
 
 
 
 
 t
y gt
t v
t x
t v
x t
t x
t v
x t
x t
t x
p r
p r
r p
r r
p p
 
3.57a
Bab 3 Gerak Dua Dimensi
201
 
2 2
2 2
2 1
sin cos
2 1
sin 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 t
y gt
t v
t x
t v
x t
t y
gt t
v t
y t
t y
p r
p r
r p
r p
p
 
3.57b
Persamaan  3.57a  dan  3.57b  merupapakan  persamaan  dasar  untuk melakukan proses perhitungan numerik. Perhitungan dimulai dari waktu
t
p0
.
                