Daerah Tertinggal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal ditujukan untuk

9-30 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG 4. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal; 5. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana publik dasar di daerah tertinggal; 6. Rendahnya produktivitas masyarakat di daerah tertinggal; 7. Belum optimalnya pengelolaan potensi sumber daya lokal dalam pengembangan perekonomian didaerah tertinggal; 8. Kurangnya aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat- pusat pertumbuhan wilayah; 9. Belum adanya insentif terhadap sektor swasta dan pelaku usaha untuk berinvestasi di daerah tertinggal.

9.1.10 Kawasan Rawan

Bencana Letak geografis Indonesia yang berada di kawasan rawan bencana, perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di seluruh provinsi. Berdasarkan data dari Indeks Rawan Bencana Indonesia IRBI BNPB yang dirilis pada tahun 2011, dari 496 kabupatenkota yang diidentifikasi oleh BNPB, terdapat 396 kabupatenkota 80 pada tingkatan tinggi rawan bencana, 77 kabupatenkota 16 pada tingkatan sedang rawan bencana alam, dan 21 kabupatenkota pada tingkatan rendah rawan bencana alam. Dalam satu dekade terakhir 2004-2013 berbagai bencana melanda Indonesia, diantaranya gempa bumi dan tsunami Aceh-Nias 2004, gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah 2006, banjir Jabodetabek 2007, gempa bumi Sumatera Barat 2007, gempa bumi Sumatera Barat dan Bengkulu 2007, gempa bumi Sumatera Barat 2009, gempa bumi dan tsunami Mentawai 2010, erupsi Gunung Merapi 2010, banjir bandang Wasior 2010. Tabel di bawah ini bisa memberikan gambaran yang lebih rinci, sebagai berikut: Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG 9-31 GAMBAR 9.12 JUMLAH KEJADIAN BENCANA TAHUN 2002-2014 Sumber: Data Informasi Bencana Indonesia, BNPB, Tahun 2014 Keterangan: Data kejadian hingga Februari 2014. Akibat dampak bencana-bencana tersebut, diperkirakan total kerusakan dan kerugian mencapai Rp. 162,7 triliun dan investasi spending pemerintah untuk pemulihan wilayah pasca bencana tersebut mencapai Rp. 102 triliun. Besarnya kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh bencana tersebut diperkirakan akan meningkat di masa mendatang dan akan menjadi beban fiskal yang dapat menghambat target pertumbuhan ekonomi, jika faktor-faktor risiko tidak diredam. Berdasarkan pencapaian pelaksanaan RPJMN 2010-2014, pemerintah telah melakukan langkah-langkah dan upaya- upaya untuk menerapkan manajemen krisis dan manajemen risiko bencana. Beberapa perangkat hukum berupa kebijakan dan peraturan terkait penanggulangan bencana telah diterbitkan oleh Pemerintah. Demikian juga untuk aspek kelembagaan di tingkat pusat dan daerah dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD. Hingga tahun 2014 ini telah terbentuk 33 BPBD tingkat provinsi dan 403 BPBD tingkat kabupaten kota. Dalam aspek pendanaan, setiap tahun pemerintah telah mengalokasikan dalam APBN berupa dana cadangan penanggulangan bencana. Dalam rangka penguatan kelembagaan penanggulangan bencana di daerah, dalam pelaksanaan RPJMN 2010-2014, BNPB maupun kementerianlembaga terkait juga memberikan dukungan dan fasilitasi penguatan kepada pemerintah daerah. Selain itu, BNPB juga menerbitkan berbagai panduan dan