Kerjasama Permasalahan Dan Isu Strategis
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI
3-29 inklusif dalam rangka meningkatkan perannya sebagai mesin
pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini sesuai dengan tema yang diangkat oleh Indonesia pada APEC 2013, yaitu: Resilience
Asia-Pacific, Engine of Global Growth. Indonesia juga mengusung tiga prioritas dalam keketuaan APEC 2013, yaitu:
Attaining the Bogor Goals, Sustainable Growth with Equity, serta Promoting Connectivity. Sebagian besar inisiatif dan
pencapaian Indonesia selama keketuaannya di tahun 2013 dilanjutkan oleh China sebagai ketua dan tuan rumah APEC
2014.
Pada tahun 2013, Indonesia juga terus berperan aktif pada KTT
ASEAN di
Brunei Darussalam,
dalam persiapan
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015, serta
dialog perdamaian pada KTT Asia
Timur East
Asia SummitEAS. Kemudian
dalam forum multilateral WTO
World Trade
Organization, Indonesia
telah menyuarakan suaranya dengan aktif melalui keketuaan pada forum G-33.
Pada bulan Desember tahun 2013 Indonesia telah diakui keberhasilannya sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat
Menteri Ministerial Conference WTO ke-9, yang telah menghasilkan Paket Bali Bali Package dan dinilai sangat
positif oleh dunia internasional, karena telah menghasilkan kesepakatan di tengah kebuntuan perundingan putaran Doha.
Paket Bali merupakan batu loncatan putaran Doha, dan dikenal sebagai small but credible package of deliverables .
Muatan utama Paket Bali adalah: i Trade Facilitation, ii Agriculture, dan iii Development and LDCs Issues.
Sampai saat ini, Indonesia telah menandatangani 7 tujuh kesepakatan kerjasama ekonomi internasional, baik dalam
tingkat bilateral dan regional, yaitu: Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement IJEPA, ASEAN Economic Community
AEC, ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA, ASEAN- Korea Free Trade Agreement AKFTA, ASEAN-Japan Free
Trade Agreement AJFTA, ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement AANZFTA, dan ASEAN-India Free Trade
Agreement AIFTA. Saat ini, Indonesia sedang melakukan
3-30 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015
BIDANG EKONOMI proses negosiasi 7 tujuh kerjasama, di mana enam di
antaranya sudah masuk putaran perundingan, sedangkan sisanya masih dalam taraf persetujuan kerangka negosiasi.
Jumlah total kesepakatan kerjasama ekonomi bilateral dan regional yang bersifat mengikat yang sudah dan dalam
proses penyelesaian oleh Indonesia adalah sebanyak 22.
TABEL 3.2 JUMLAH KESEPAKATAN KERJASAMA EKONOMI BERSIFAT MENGIKAT YANG
TELAH DAN AKAN DISEPAKAT OLEH NEGARA DI KAWASAN ASEAN
Negara Tahap
Pengeluaran Dalam Proses Negosiasi
Kesepakatan sudah
ditandatangani, tetapi belum di
Implementasi Sudah dalam
tahap Implementasi
Total
Kerangka Negosiasi
Disetujui Proses
Negosiasi Singapore
6 1
10 2
19 38
Thailand 8
3 6
12 29
Malaysia 7
1 6
1 12
27 Indonesia
6 1
6 2
7 22
Vietnam 4
1 6
8 19
Brunai Darusalam
6 2
2 8
18 Philippines
7 2
7 16
Cambodia 4
2 6
12 Lao PDR
4 2
8 14
Sumber: ADB diolah Bappenas
Di sisi lain, ASEAN Economic Community AEC dengan empat karakteristik utamanya yaitu: : a penciptaan pasar tunggal
dan kesatuan basis produksi; b kawasan ekonomi yang berdaya saing; c kawasan dengan pertumbuhan ekonomi
yang merata; dan d kawasan yang terintegrasi dengan kawasan global akan diimplementasikan pada akhir tahun
2015. Hal ini merupakan tantangan besar bagi Bangsa dan Rakyat Indonesia, sekaligus merupakan peluang jika dapat
memanfaatkannya secara optimal, mengingat ada lima elemen penting dalam upaya untuk mewujudkan pasar tunggal dan
kesatuan basis produksi di ASEAN yaitu: a perdagangan bebas barang di ASEAN; b aliran bebas sektor jasa di ASEAN; c
aliran bebas investasi di ASEAN; d aliran modal yang bebas di ASEAN; serta e aliran bebas tenaga kerja di ASEAN. Dalam
rangka menuju pelaksanaan AEC 2015, ASEAN telah
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI
3-31 menyepakati AEC Blue Print, yang berisi tentang langkah-
langkah tahapan dan sasaran yang perlu diimplementasikan oleh negara ASEAN untuk mencapai AEC 2015. Progress
implementasi AEC Blue Print diukur dengan AEC Score Card, yang pencapaiannya selama periode 2008-2013 adalah
sebesar 72,2 persen. Adapun Indonesia secara rata-rata dalam periode tersebut telah mencapai 77,0 persen, yang lebih
rendah dari Malaysia, Brunei, Kamboja, dan Myanmar.
TABEL 3.3 PENCAPAIAN AEC SCORE CARD PERIODE 2008-2013
Negara Periode
Fase 1: Fase 2:
Fase 3: Fase 1-3:
2008-2009 2010-2011
2012-2013 2008-2013
Brunei 96,4
84,1 62,3
79,3 Kamboja
96,3 83,3
60 78,4
Indonesia 92,1
81,9 60,3
77 Laos
95,3 80,1
60,3 76,9
Malaysia 95,4
86,2 62,5
80 Myanmar
94,4 80,2
61,6 77,2
Filipina 96,3
85,5 60,3
79,2 Singpura
96,3 87,4
63,8 81,3
Thailand 95,4
87,3 64,5
81,1 Vietnam
96,3 86,8
60,9 80,1
ASEAN 89,5
76,4 55,1
72,2
Sumber : Sekretariat ASEAN
Isu Strategis Isu strategis Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional pada
tahun 2015 adalah: i peningkatan koordinasi dan harmonisasi antar sektor selama proses penjajagan kerjasama
ekonomi dan penyusunan posisi runding Indonesia; sehingga kesepakatan kerjasama ekonomi dapat mengedepankan
kepentingan nasional dengan lebih adil; ii peningkatan persiapan lintas sektor dan daerah untuk menghadapi
implementasi AEC 2015 serta persiapan pemanfaatan peluang AEC untuk komunitas bisnis dan masyarakat Indonesia; serta
iii pengawalan implementasi Paket Bali dan tindaklanjutnya pada Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-10 tahun 2015.
3-32 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015
BIDANG EKONOMI 3.1.7
Industri Arahan RPJPN
Memperkuat perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing global, maka struktur perekonomian diperkuat
dengan mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak.
Pembangunan industri
diarahkan untuk
mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan terkait dengan pengembangan
industri kecil dan menengah, dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan serta mendorong perkembangan
ekonomi di luar Pulau Jawa. Struktur industri dalam hal penguasaan usaha akan disehatkan dengan meniadakan
praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi pasar melalui penegakan persaingan usaha yang sehat dan prinsip-prinsip
pengelolaan usaha yang baik dan benar. Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan menjadikan
industri kecil dan menengah sebagai basis industri nasional yang sehat, sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam
mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala besar.
Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian secara global, sektor industri perlu dibangun guna menciptakan
lingkungan usaha mikro lokal yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat dan kuat melalui 1
pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifikasi produk pengembangan ke hilir, pendalaman struktur ke
hulunya, atau pengembangan secara menyeluruh hulu-hilir; 2 penguatan hubungan antar industri yang terkait secara
horizontal termasuk industri pendukung dan industri komplemen,
termasuk dengan
jaringan perusahaan
multinasional terkait, serta penguatan hubungan dengan kegiatan sektor primer dan jasa yang mendukungnya; dan 3
penyediaan berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif yang antara lain, meliputi sarana dan prasarana fisik
transportasi, komunikasi, energi, serta sarana dan prasarana teknologi; prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian,
dan pengendalian kualitas; serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri.
Kondisi Umum
Sejak tahun 2009, pertumbuhan industri non-migas secara konsisten meningkat sehingga pada tahun 2011 sudah sedikit
melewati pertumbuhan PDB yang berlanjut sampai dengan tahun 2013. Tahun 2014 diperkirakan kondisinya lebih baik,
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI
3-33 yaitu tumbuh 6,22. Penggerak utama dari pertumbuhan
sektor industri ini adalah industri makanan, minuman dan tembakau; industri tekstil, produk tekstil dan alas kaki; dan
industri otomotif yang juga merupakan sektor penyerap banyak tenaga kerja.
GAMBAR 3.17 PERTUMBUHAN INDUSTRI NON-MIGAS DAN PERTUMBUHAN PDB
Daya tarik sektor industri bagi investasi sangat tinggi yang ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah ijin usaha yang
diterbitkan melalui fasilitas PMA dan PMDN. Pada periode tahun 2010-2013, investasi PMDN mengalami kenaikan yang
cukup pesat, dengan persentase kenaikan rata-rata sebesar 24,89 persen dengan total ijin usaha yang diterbitkan
sebanyak 2.057. Cabang-cabang industri yang mengalami kenaikan cukup tinggi diantaranya industri tekstil, industri
barang dari kulit dan alas kaki, industri kertas dan percetakan, industri karet dan plastik, industri mineral nonlogam, industri
logam, mesin dan elektronik serta industri kendaraan bermotor alat transportasi lain. Investasi PMA sektor
industri pada tahun 2010-2012 terus mengalami kenaikan yang sangat pesat dengan rata-rata kenaikannya sebesar 51,92
persen per tahun sehingga total ijin usaha PMA yang diterbitkan sebanyak 6.997.
Perkembangan jumlah tenaga kerja di sektor industri dalam juta jiwa ditunjukkan dalam Gambar 3.6 di bawah ini.
Peningkatan pertumbuhan industri yang konsisten dari tahun 2009 yang diperkuat oleh meningkatnya investasi di sektor
industri menyediakan banyak lapangan kerja baru. Dari Februari 2009 hingga Agustus 2013 lapangan kerja baru di
3-34 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015
BIDANG EKONOMI sektor industri mencapai 2,26 juta.
GAMBAR 3.18 PERKEMBANGAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI
FEBRUARI 2009 – AGUSTUS 2013
Tantangan
Tantangan pembangunan industri pada tahun 2015, antara lain adalah sebagai berikut:
Sejak tahun 2001, kontribusi share industri dalam PDB terus menurun; itu sebabnya ditenggarai terjadi deindustrialisasi di
Indonesia. Sehingga tantangan utamanya adalah melakukan akselerasi pertumbuhan industri.
1. Postur populasi industri yang kurang kuat, yang antara lain ditunjukkan oleh jumlah industri besar dan sedang
terlalu sedikit, sementara industri mikro dan kecil sangat banyak namun sangat sedikit yang terkait dengan industri
besarsedang;
2. Ekspor bahan mentah dari pertanian dan pertambangan sangat besar tanpa nilai tambah, sementara impor bahan
intermediate sangat tinggi; 3. Produktivitas industri sangat rendah, hal ini antara lain
disebabkan oleh kemampuan mencipta nilai tambah melalui pengembangan produk baru sangat rendah;
4. Sebaran industri tidak merata, terkonsentrasi di Pulau
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI
3-35 Jawa dan Sumatera.
Isu Strategis Tantangan pembangunan yang diuraikan diatas akan dapat
diatasi dengan mendorong terjadinya investasi pendirian industri baru untuk:
1. Mengolah komoditas hasil pertanian dan pertambangan menjadi produk yang bernilai tambah lebih tinggi
hilirisasi; 7. Menghasilkan bahan baku penolong yang masih diimpor
memperdalam struktur industri; 8.
Menyebarkan pertumbuhan industri ke luar pulau Jawa; 9.
Mengembangan hubungan bisnis antara industri kecil dan menengah dengan industri besar;
10. Meningkatkan daya saing dan produktivitas industri dalam negeri.
Dengan demikian secara singkat isu strategis pembangunan industri adalah:
TRANSFORMASI STRUKTUR INDUSTRI
Di samping sektor industri, sektor pariwisata dan sektor ekonomi kreatif berperan cukup signifikan dalam
perekonomian.