Permasalahan Pengembangan Pola Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG 1-83 1.2.6.2 Sasaran Sasaran yang akan dicapai adalah: 1 tersusunnya kerangka acuan, standar, dan mekanisme pelaksanaan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan; 2 pengembangan pola produksi berkelanjutan di sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, energi, transportasi, dan industri; 3 pengembangan pola konsumsi meliputi penurunan penggunaan plastik dalam kemasan, perluasan sistem dan industri daur ulang, hemat konsumsi energi dan air; 4 terbangunnya sistem pendukung pola konsumsi dan produksi berkelanjutan seperti: sistem pengadaan barang dan jasa berkelanjutan; dan standardisasi komoditas berkelanjutan.

1.2.6.3 Arah Kebijakan

dan Strategi Pembangunan Tahun 2015 Arah Kebijakan yang akan ditempuh antara lain: 1 menyusun konsep kebijakan operasional pola konsumsi dan produksi berkelanjutan dan pengembangan sistem pendukungnya; dan 2 penerapan awal pola konsumsi dan produksi berkelanjutan di sektor prioritas, serta pola konsumsi masyarakat berkelanjutan. Strategi yang akan ditempuh: 1 inventarisasi dan sinkronisasi kebijakan sektor-sektor prioritas terkait dengan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan; 2 menggalakkan penggunaan teknologi bersih untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya dan mengurangi limbah; 3 penyebaran informasi ketersediaan produk ramah lingkungan bagi konsumenmasyarakat mengenai manfaat produk tersebut; 4 pengembangan standar produk ramah lingkungan yang terukur; dan 5 pengembangan peraturan dan standar pelayanan publik dalam penerapan pola konsumsi berkelanjutan.

1.2.6.4 Kerangka

Pendanaan Kerangka pendanaan untuk kebijakan lintas bidang Pengembangan Pola Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan bersumber dari pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Untuk pendanaan pemerintah terutama bersumber dari anggaran sektor-sektor prioritas, seperti sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, energi, transportasi, dan industri. Pendanaan dari swasta berupa investasi dari sisi produksi dalam rangka penerapan teknologi bersih dan efisien. Partisipasi masyarakat lebih bersifat swadaya untuk penerapan pola hidup bersih dan sehat, serta konsumsi produk-produk ramah lingkungan. Selain itu, diperlukan pula penyusunan kerangka mobilisasi pendanaan untuk penerapan sistem insentif dan disinsentif 1-84 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG guna mendukung penerapan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan.

1.2.6.5 Kerangka

Regulasi dan Kerangka Kelembagaan Diperlukan penyusunan kebijakan dan regulasi terkait pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan yang mengatur registrasi barangjasa yang ramah lingkungan, verifikasi kinerja teknologi ramah lingkungan, monitoring dan evaluasi. Selain itu, dengan adanya Kerangka Kerja 10 Tahun Penerapan Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan di Indonesia Tahun 2013-2023, diperlukan kerangka regulasi yang dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan peta jalan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan tersebut. Untuk pengembangan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan diperlukan koordinasi antara seluruh pemangku kepentingan dalam hal kerjasama riset, pelaksanaan kebijakan dan peraturan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Diharapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian PPNBappenas mengkoordinasikan kementerian lembaga dan pemangku kepentingan lain, sebagai berikut: 1 Mitra standardisasi: Badan Standardisasi Nasional, Badan Nasional Sertifikasi Profesi, Komite Akreditasi Nasional; 2 Mitra perekonomian: Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian ESDM, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, Lembaga Kebijakan Pengadaan BarangJasa Pemerinta, Biro Pusat Statistik, dan KADIN; 3 Mitra teknologilitbang: Kementerian Riset dan Teknologi, BPPT, LIPI, Persatuan Insinyur Indonesia, Ikatan Auditor Teknologi Indonesia; dan 4 Mitra Lembaga Swadaya Masyarakat, Asosiasi profesi, dan swasta: Badan Koordinasi Pusat Studi Lingkungan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Yayasan Pembangunan Berkelanjutan, Yayasan Bali Fokus, Green Building Council Indonesia , katan Konsultan Indonesia Inkindo, Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia Intakindo, Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Lingkungan Indonesia, Asosiasi Pengendali Pencemaran Lingkungan Indonesia, dan Kamar Dagang dan Industri Kadin.