Jaminan Sosial Kerangka Pendanaan, Regulasi dan Kelembagaan

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI 3-109 sosial ketenagakerjaan; b pengelolaan keuangan BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan; c skema monitoring dan evaluasi jaminan sosial yang terpadu; serta d perluasan skema manfaat jaminan sosial dan koordinasi manfaat CoB. 3. Harmonisasi peraturan perundangan dalam konteks perlindungan sosial secara umum, misalnya antara regulasi yang mengatur tentang Pensiun dan regulasi yang mengatur tentang Jamsostek serta dengan peraturan lain yang mengatur bantuan sosial seperti UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial. 4. Sosialisasi dan penegakan enforcement peraturan dan perundangan yang telah disusun untuk menjamin perluasan kepesertaan yang progresif, pengelolaan keuangan yang berkesinambungan serta efektifitas program. Kerangka Kelembagaan Sedangkan penguatan kerangka kelembagaan Sistem Jaminan Sosial Nasional diarahkan pada tiga lembaga utama terkait, yaitu DJSN, pemerintah, dan BPJS. Penguatan kelembagaan dilaksanakan melalui:

1. Penguatan DJSN. Anggota dewan memiliki posisi yang

lebih strategis setingkat eselon 1, menjalankan tugas penuh waktu dengan dukungan kapasitas sekretariat yang kuat. Posisi DJSN dalam hubungan koordinasi dan kelembagaannya dengan Presiden dan kementerianinstitusi terkait perlu diperjelas.

2. Peningkatan peran pemerintah pusat dan daerah.

Peran pemerintah dibutuhkan pada penguatan sisi supply pelayanan kesehatan, pendidikan masyarakat, monitoring dan evaluasi, komplementaritas program, registrasi kependudukan, penentuan kebijakan lainnya seperti transformasi ekonomi dan ketenagakerjaan ke arah sektor formal. Penataan kelembagaan BPJS. Penataan kelembagaan BPJS diarahkan pada proses transformasi dari lembaga profit menjadi non-profit, dan dari program atau lembaga yang terfragmentasi menjadi program atau lembaga tunggal. 3-110 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG EKONOMI Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI 4-1 BAB 4 ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

4.1 PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS

4.1.1 Arahan RPJPN

2005-2025 Dalam rangka memperkuat perekonomian domestik dan meningkatkan daya saing global, maka pengembangan iptek diarahkan pada peningkatan kualitas dan kemanfaatan iptek nasional. Hal itu dilakukan melalui peningkatan, penguasaan, dan penerapan iptek secara luas dalam sistem produksi barangjasa, pembangunan pusat-pusat keunggulan iptek, pengembangan lembaga penelitian yang handal, perwujudan sistem pengakuan terhadap hasil pertemuan dan hak atas kekayaan intelektual, pengembangan dan penerapan standar mutu, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM iptek, peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana iptek. Berbagai langkah tersebut dilakukan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan, serta pengembangan kelembagaan sebagai keterkaitan dan fungsional sistem inovasi dalam mendorong pengembangan kegiatan usaha. Pembangunan iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, serta mengembangkan ilmu sosial dan humaniora untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian, pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian, dan daya saing bangsa melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas iptek yang senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan lokal, serta memerhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi. Dukungan tersebut dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia iptek, peningkatan anggaran riset, pengembangan sinergi kebijakan iptek lintas sektor, perumusan agenda riset yang selaras dengan 4-2 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI kebutuhan pasar, peningkatan sarana dan prasarana iptek, dan pengembangan mekanisme intermediasi iptek. Dukungan tersebut dimaksudkan untuk penguatan sistem inovasi dalam rangka mendorong pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan. Di samping itu, diupayakan peningkatan kerja sama penelitian domestik dan internasional antarlembaga penelitian dan pengembangan litbang, perguruan tinggi dan dunia usaha serta penumbuhan industri baru berbasis produk litbang dengan dukungan modal ventura.

4.1.2 Kondisi Umum

Sumber Daya Manusia Iptek Pengembangan kapasitas inovasi nasional mengalami kemajuan yang secara garis besar dimulai dengan kebijakan untuk memenuhi anggaran pendidikan 20 persen dari APBN yang dimulai pada tahun 2009. Di samping itu, juga dilakukan pembenahan pendidikan tinggi dengan ditetapkannya UU no 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mengamanatkan bahwa penyelenggaran pendidikan tinggi dibagi ke dalam 3 tiga jenis yakni: 1 pendidikan akademik merupakan program sarjana danatau program pascasarjana dan diarahkan pada penguasaan dan pengembangan cabang ilmu pengetahuan dan teknologi; 2 pendidikan vokasi merupakan program diploma untuk menyiapkan mahasiswa bagi pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan; serta 3 pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang menyiapkan mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus. Jumlah tenaga peneliti Indonesia baik yang ada di lembaga penelitian pemerintah, perguruan tinggi, maupun yang bekerja di lembaga penelitian swasta, pada tahun 2009 tercatat 21.367 orang yang berarti hanya sekitar 90 orang per 1 juta penduduk. Angka ini sangat kecil bila dibandingkan dengan Thailand yang pada tahun 2007 mencatat 316 peneliti per 1 juta penduduk. Di samping jumlah peneliti yang kurang, faktor input yang lain yaitu anggaran yang tersedia untuk kegiatan riset juga sangat kecil, pada tahun 2012 hanya sekitar 0,2 persen dari produk domestik bruto. Sarana Prasarana Iptek Kegiatan penerapan teknologi di dunia usaha membutuhkan peralatan yang mahal yang sering tidak layak dalam kalkulasi bisnis. Untuk itu Pemerintah telah membangun berbagai