Sektor Keuangan Kerangka Pendanaan

3-104 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG EKONOMI Indonesia, seperti UU Perbankan tahun 1992 dan penyempurnaannya dalam tahun 1998, UU Perasuransian dan lembaga keuangan lainnya. Salah satu bidang perangkat hukum yang belum lengkap dimiliki oleh sektor keuangan adalah di bidang Jaring Pengaman Sektor Keuangan. Perangkat hukum ini diharapkan dapat dilengkapidisempurnakan dalam waktu yang tidak lama lagi. Di sisi pengawasan, upaya pengawasan lembaga-lembaga keuangan lebih diperkuat lagi dengan dibentuknya sebuah institusi pengawas lembaga-lembaga keuangan baik perbankan dan non-perbankan seperti Pasar Modal, Asuransi, Dana Pensiun dan Lembaga Keuangan lainnya, setelah dikeluarkannya UU No 212011 tentang Otoritas Jasa Keuangan OJK. Setelah melalui tahap transisi pada tahun 2013, OJK telah resmi beroperasi mulai awal Januari 2014. Salah satu regulasi penting yang dikeluarkan pada tahun 2013 adalah Undang Undang No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro LKM. Dengan tersedianya UU LKM ini, lembaga-lembaga keuangan mikro telah mempunyai payung hukum sendiri, sehingga diharapkan dapat lebih berkembang lagi. Selain itu, dalam rangka pemberdayaan petani dan kaitannya dengan asuransi pertanian, Pemerintah dan DPR telah pula menerbitkan UU No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Dengan adanya dasar hukum di bidang asuransi pertanian ini, diharapkan industri asuransi pertanian dapat berkembang di Indonesia, baik untuk komoditas pangan pokok dan komoditas pertanian komersil lainnya. Guna mendukung pelaksanaan kebijakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme, kerangka regulasi yang dibutuhkan diantaranya: 1. Penyusunan dan penetapan Undang-undang yang mengatur tentang perampasan aset; dan

2. Penyusunan dan penetapan Undang-undang tentang

pembatasan transaksi tunai. Kerangka Kelembagaan Kerangka kelembagaan berperan penting dalam pembangunan ketahanandaya saing sektor keuangan dalam RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI 3-105 rangka mendukung pembangunan nasional. Seperti diketahui, pengembangan sektor keuangan di berbagai industri keuangan perbankan dan non-bank, ditentukan oleh beberapa faktor penentu, yaitu: Regulasi, Infrastruktur dan Tata-kelola Governance. Regulasi di sektor keuangan berperan penting dalam mendukung ketahanan daya saing sektor keuangan, baik fungsinya sebagai lembaga pendanaan di dalam negeri, maupun dalam persaingannya dengan lembaga keuangan luar negeri. Perangkat hukum utama Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya, pada umumnya telah dimiliki oleh industri-industri keuangan di Indonesia, seperti UU Perbankan tahun 1992 dan penyempurnaannya dalam tahun 1998, UU Perasuransian dan lembaga keuangan lainnya. Meskipun demikian, salah satu bidang perangkat hukum yang belum lengkap dimiliki oleh sektor keuangan adalah di bidang Jaring Pengaman Sektor Keuangan. Perangkat hukum ini diharapkan dapat dilengkapidisempurnakan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Infrastruktur juga mempunyai peran yang sangat berarti dalam pengembangan sektor keuangan. Infrastruktur keuangan terutama berperan dalam perkembangan sektor perbankan melalui jaringan mesin ATM, dan mobile banking. Demikian pula, dalam pengembangan usaha Pasar Modal, yang memerlukan jaringan pemasaran on-line di daerah- daerah dalam rangka pemasaran saham dan obligasi retail. Jasa-jasa keuangan lainnya, seperti asuransi, dana pensiun dan pegadaian juga memerlukan dukungan infrastruktur yang berteknologi maju. Tatakelola yang baik good governance juga sangat diperlukan dalam pengembangan industri-industri jasa keuangan di sektor keuangan. Berbagai industri keuangan telah mempunyai tatakelola governance dalam pelaksanaanoperasional kegiatan usahanya di masing- masing industri. Pada awal tahun 2014, Otoritas Jasa Keuangan telah menerbitkan Peta Jalan Tatakelola Perusahaan Emiten penerbit surat berharga dan Perusahaan Publik lainnya. Penyempurnaan tatakelola ini terus dilakukan dan dilengkapi pada industri-industri jasa keuangan di Indonesia. Berkaitan dengan kerangka kelembagaan, pada awal tahun 2014, telah beroperasi lembaga pengawas lembaga-lembaga 3-106 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG EKONOMI keuangan perbankan dan non-bank di Indonesia, yaitu Otoritas Jasa Keuangan OJK. OJK adalah gabungan dari lembaga pengawas perbankan yang berasal dari Bank Indonesia, dan lembaga pengawas lembaga keuangan non- bank yang berasal dari Kementerian Keuangan Bappepam- LK. Lembaga OJK ini diharapkan dapat meningkatkan dan mensinergikan pengawasan lembaga keuangan di Indonesia, sehingga lembaga keuangan di Indonesia dapat lebih sehat dan berdaya saing, yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan inklusif.

3.4.6 Ketenagakerjaan Kerangka Pendanaan

Terdapat dua program besar untuk merespon tantangan dalam menciptakan lapangan kerja yang berkualitas : 1. Program untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, salah satunya melalui peningkatan kualitas tenaga kerja. Ditujukan kepada angkatan kerja sudah bekerja + pencari kerja termasuk skill up-grading; dan 2. Program untuk mempertahankan daya beli kelompok pekerja berpendapatan menengah kebawah, salah satunya dengan menyediaan program-program pembangunan infrastruktur perdesaan multi function. Kegiatan lainnya: 1. Pelatihan bagi pekerja yang kurang terampil melalui pelatihan praktis termasuk pekerja miskin agar kualitas hidupnya meningkat; dan 2. Dukungan pembiayaan lainnya, belum diperhitungkan dalam kerangka pembiayaan ini. Sumber pendanaan: 1. Pemerintah Pusat: APBN; 2. Pemerintah Daerah: APBD provkabkota; 3. Pendanaan swasta murni, termasuk dana pengembangan di perusahaanindustri; 4. Dana hibah dari mitra pembangunan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan angkatan kerja; dan 5. DPKK dana peningkatan keahlian dan keterampilan, yang dipungut oleh pemerintah sesuai PP. 65 tahun 2012, terkait pungutan US 100,0bulan kepada TKA yang RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI 3-107 bekerja di Indonesia. Kerangka Regulasi Landasan perundangan: 1. Peraturan Ketenagakerjaan Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, dan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh; 2. UU. 132003: sejak disahkan menjadi perhatian pemerintah khusus pasal terkait: a Kebijakan pengupahan, b Perekrutan, dan c Pemberhentian pekerja; dan 3. Dalam Dokumen resmi pemerintah Tahun 2004-2009 dan 2010-2014 mengamanatkan untuk dilakukan penyempurnaan. Kebutuhan regulasi: 1. Penetapan revisi UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 2. Kajian harmonisasi terkait pengaturan Pesangon dalam UU No.132003 dengan Jaminan Pensiun dalam UU No.402004 tentang SJSN; 3. Penetapan UU tentang Standardisasi dan Sertifikasi Kompetensi; 4. Penetapan perpres yang mengatur mekanisme dan proses pelaksanaan Kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha, termasuk pendanaan pelatihan; 5. RPP tentang Pengupahan yang mengkaitkan antara pengupahan dan produktivitas sebagai amanat dari UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Kerangka Kelembagaan Membangun Kemitraan antara Pemerintah dan Dunia Usahaindustri. Lemahnya alur informasi dan komunikasi antara berbagai penyelenggara pelatihan, baik antar pemerintah maupun swasta dengan industri, memerlukan koordinasi yang intensif. Selain itu, belum adanya lembaga yang mampu melakukan fungsi koordinasi penyelenggaraan pelatihan secara menyeluruh. Berkaitan dengan itu, program kemitraan merupakan