Pemberdayaan Peningkatan Penerimaan Negara

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI 3-85 UMKM; dan 2. Kebijakan untuk meningkatkan tata kelola usaha koperasi yang difokuskan pada: a. peningkatan dan penguatan kontribusi anggota koperasi dalam memajukan usaha koperasi sehingga terbangun kemandirian koperasi; dan b. modernisasi tata kelola kelembagaan dan usaha koperasi dalam rangka memperkuat kapasitas koperasi untuk berperan secara optimal dalam pasar domestik dan internasional. Strategi yang akan ditempuh untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut mencakup lima aspek pemberdayaan UMKMK yaitu: a. Peningkatan kompetensi SDM UMKMK, yang akan dilaksanakan di antaranya melalui pengembangan kewirausahaan dan penyediaan insentif bagi tumbuhnya technopreneur, peningkatan kompetensi teknis dan manajemen SDM UMKMK, dan peningkatan ketersediaan layanan usaha terpadu; b. Perluasan akses UMKMK ke pembiayaan di antara melalui i pengembangan dan inovasi skema pembiayaan yang berbasis perbankan dan lembaga non bank; ii penguatan KSP dan lembaga keuangan mikro LKM, penyediaan insentif untuk skema penjaminan usaha bagi UMKMK; iii pengembangan sistem penilaian kredit dan infomasi debitur yang terintegrasi dengan melibatkan berbagai jenis lembaga keuangan termasuk KSP dan LKM; serta iv pengembangan kerja sama pembiayaan antara bank dan lembaga keuangan bukan bank, termasuk Lembaga Pengelola Dana Bergulir LPDB; c. Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran UMKMK, yang akan dilaksanakan di antaranya melalui pengembangan dan penguatan produk unggulan, peningkatan inovasi dan penerapan teknologi, standardisasi mutu dan sertifikasi produk, penyediaan insentif bagi tumbuhnya trading house bagi UMKMK, dan penyediaan informasi pasar; 3-86 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG EKONOMI d. Penguatan kelembagaan usaha dan koperasi, yang akan dilaksanakan di antaranya melalui pengembangan kemitraan usaha yang berbasis rantai nilai baik yang melibatkan kerja sama antar UMKMK, maupun antara UMKMK dengan usaha besarinvestor, serta revitalisasi dan modernisasi tata kelola kelembagaan dan usaha koperasi yang melibatkan sinergi antara Pemerintah, Gerakan Koperasi, dunia usaha dan masyarakat; dan e. Peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi UMKMK di antaranya melalui penataan regulasi dalam rangka meningkatkan kepastian dan perlindungan usaha bagi UMKMK, pendaftaran usaha untuk memperkuat legalitas UMKM, serta penyediaan insentif dan penegakan hukum terkait perlindungan usaha bagi UMKMK.

3.3.13 Stabilitas Sektor

Keuangan Strategi dan arah kebijakan utama sektor keuangan ke depan, dapat dikelompokkan dalam tiga koridor, yaitu sebagai berikut. Pertama, pemeliharaan stabilitas sistem keuangan, yang diimplementasikan dengan memperkuat ketentuan makroprudensial. Kebijakan ini, bersama-sama dengan kebijakan suku bunga dan nilai tukar, merupakan bagian dari bauran kebijakan makroprudensial yang terkait dengan prinsip kehati-hatian perbankan. Protokol manajemen krisis BI telah berintegrasi di bawah Forum Stabilitas Sistem Keuangan FSKK. Forum ini perlu dipayungi oleh Undang- undang Jaring Pengaman Sektor Keuangan JPSK, agar dapat menanggulangi krisis keuangan dengan lebih baik. Kebijakan makroprudensial akan memperkuat fungsi dan peran aktif BI sebagai salah satu otoritas pengelola krisis moneterperbankan yang membahayakan sistem moneterperbankan secara keseluruhan. Penguatan fungsi ini sangat tepat waktu pasca disahkannya UU Otoritas Jasa Keuangan OJK dimana fungsi pengaturan dan pengawasan bank dan lembaga keuangan non-bank beralih kepada OJK pada awal tahun 2014. Pemeliharaan stabilitas sistem keuangan ini mencakup pula penguatan stabilitas subsistem keuangan mikroBPR, yang meliputi penyusunan mekanismeperaturan, termasuk sistem peringatan dini early warning system. RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI 3-87 Kedua, penguatan ketahanan dan daya saing sektor keuanganperbankan ditempuh melalui: i pelaksanaan ketentuan penyediaan modal minimum KPMM, ii implementasi arsitektur perbankan Indonesia API dan penataan struktur kepemilikan bank, dan iii pengaturan penyesuaian kegiatan usaha dan perluasan jaringan kantor bank berdasarkan modal inti. Ketentuan KPMM akan mendorong kemampuan permodalan bank dalam menyerap risiko yang disebabkan oleh kondisikrisis perbankan termasuk pertumbuhan kredit yang berlebihan, sesuai dengan standar internasional Basel III. Ketentuan permodalan yang mengacu pada standar ini akan diupayakan dipenuhi secara bertahap. Penguatan struktur perbankan diupayakan pula melalui program penguatan Bank Pembangunan Daerah BPDBank Provinsi BPD Regional Champion, BRC sebagai upaya pelaksanaan API. Selain itu, dalam ketentuan kepemilikan bank, Pemegang Saham Pengendali PSP diatur pembatasan pemilikan lebih dari satu bank dengan memberikan opsi bagi PSP untuk melakukan penggabungan anak-anak perusahaanbank-banknya. Selain itu, pengaturan kegiatan usahajaringan kantor berdasarkan modal inti bertujuan untuk meningkatkan tata kelola dan kesehatan perbankan. Pengaturan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan ketahanan dan daya saing bank. Perbankan juga didorong berkontribusi dalam pembangunan ekonomi, di wilayah yang selama ini kurang terlayani. Di bidang lembaga keuangan non-bank, penguatan kualitas manajemen termasuk manajemen risiko dan operasional lembaga jasa keuangan diarahkan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kemudahan bertransaksi serta pelaporan di bidang pasar modallembaga jasa keuangan non bank. Ketiga, kebijakan penguatan fungsi intermediasi. Diupayakan peningkatan akses layanan pemberian kreditpembiayaan UMKM oleh bank umum. Perluasan akses layanan keuangan dilakukan pula tanpa melalui kantor bank atau dilakukan melalui cara non-konvesional, melalui pemanfaatan teknologi informasi, dan kerjasama keagenan branchless banking. Secara lebih rinci, intermediasi perbankan didorong melalui berbagai langkah seperti: i perluasan akses keuangan financial inclusion kepada masyarakat khususnya layanan perbankan berbiaya rendah bagi