Prevalensi Permasalahan Dan Isu Strategis

7-12 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN kokain, dan amphetamine-type-stimulant methampethamin, ekstasi, LSD, dan lain-lainnya, akhir-akhir ini muncul jenis narkotika psikoaktif baru New Psychoactive Substance, NPS yang memberikan tantangan bagi penanganan peredaran narkoba, khususnya di Asia. Menurut Word Drug Report, jumlah NPS meningkat dari 166 jenis di tahun 2009 menjadi 251 jenis di pertengahan tahun 2011 yang berarti jumlah NPS melebihi total jumlah substansi di bawah kontrol internasional yaitu 234 jenis. Dari jumlah NPS tersebut, 38 di antaranya sudah masuk ke Indonesia. Sampai dengan Desember 2013, masih ada 24 NPS yang belum masuk dalam daftar lampiran UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sehingga menjadi celah bagi pengguna untuk lolos dari jeratan hukum. Asal NPS kebanyakan berasal dari Asia Timur dan Asia Selatan, terutama dari negara yang memiliki industri kimia dan farmasi yang maju. Kawasan Asia menjadi kawasan dengan jumlah negara terbanyak kedua yang melaporkan kemunculan NPS, yakni Brunei Darussalam, China termasuk Hong Kong, Indonesia, Jepang, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Kapasitas panti rehabilitasi yang dimiliki pemerintah saat ini baru menjangkau 18.000 orang atau 0,04 dari total korban yang mencapai 4,7 juta orang, sehingga sulit menurunkan angka prevalensi narkoba secara signifikan. Kondisi yang sama juga dialami oleh panti rehabilitasi berbasis masyarakat, padahal aspek sosial rehabilitasi sangat penting untuk menciptakan wilayah bebas narkoba dan mencegah relapse kambuh. Sementara dari aspek penegakan hukum, pada tahun 2013 jumlah penghuni lapas Indonesia sebanyak 159.882 orang, sekitar 60 95.000 orang adalah penyalahgunapencandu narkoba. Padahal menurut amanat UU No. 352009, pemerintah berkewajiban melakukan rehabilitasi korban penyalahgunaanpecandu narkoba. Hal ini merupakan permasalahan tersendiri, mengingat penghukuman korban penyalahgunaanpecandu narkoba yang dicampur dengan narapidana kriminal umum dapat merubahnya menjadi pelaku peredaran gelap narkoba setelah keluar dari penjara. Sebagai bagian dari pembanguan nasional, pembangunan pertahanan dan keamanan merupakan prasarat enabling environtment bagi berlangsungnya pembangunan nasional yang lainnya. Terwujudnya penguatan pertahanan nasional dan keamanan dalam negeri akan berdampak positif pada terselenggaranya pembangunan nasional yang lainnya secara Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN 7-13 aman dan lancar. Apabila terjadi gangguan terhadap kondisi pertahanan nasional dan keamanan dalam negeri, tentunya juga akan mengganggu pelaksanaan pembangunan nasional yang lainnya. GAMBAR 7.1 KERANGKA PIKIR PEMBANGUNAN BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN 2015 SEBAGAI BAGIAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2015-2019 Selaras dengan tema pembangunan RPJMN 2015-2019 yaitu Pencapaian daya saing kompetitif perekomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang be rkualitas serta kemampuan teknologi yang terus meningkat , maka secara langsung maupun tidak langsung isu strategis bidang pertahanan dan keamanan akan mengerucut pada tema tersebut. Sasaran goal bidang pertahanan dan keamanan adalah terwujudnya penguatan pertahanan nasional dan keamanan dalam negeri yang ditandai impact dengan terpenuhinya alutsista TNI yang didukung industri pertahanan dalam negeri, peningkatan kesejahteraan prajurit, meningkatnya kesejahteraan prajurit, meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Polri, menguatnya intelijen, menguatnya keamanan laut dan daerah 7-14 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN perbatasan, serta keberhasilan pencegahan dan penanggulangan kriminalitas narkoba. Dalam rangka mendukung keunggulan SDA, pembangunan bidang pertahanan dan keamanan difokuskan pada programkegiatan Inputouputoutcome peningkatan sarana prasarana perbatasan, peningkatan pengawasan wilayah perairan, modernisasi peralatan intelijen, dan sharing data intelijen melalui peningkatan koordinasi. Dalam rangka membangun SDM yang berkualitas, pembangunan bidang pertahanan dan keamanan difokuskan pada programkegiatan peningkatan kesejahteraan prajurit, sosialiassi P4GN, peningkatan fasilitas terapi dan rehabilitasi, serta peningkatan pemberantasan narkoba. Sedangkan dalam rangka mendukung pencapaian Iptek yang meningkat, pembangunan bidang pertahanan dan keamanan difokuskan pada programkegiatan terutama pada upaya penelitian dan pengembangan industri pertahanan.

7.2 Sasaran Pembangunan Tahun 2015

1. Terpenuhinya alutsista TNI dan Almatsus Polri yang didukung industri pertahanan. 2. Meningkatnya kesejahteraan dalam rangka pemeliharaan profesionalisme prajurit. 3. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Polri. 4. Menguatnya intelijen. 5. Menguatnya keamanan laut dan daerah perbatasan. 6. Menguatnya pencegahan dan penanggulangan narkoba.

7.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Tahun 2015

7.3.1 Arah

Kebijakan Pembangunan 1. Arah kebijakan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran terpenuhinya alutsista TNI dan Almatsus Polri yang didukung industri pertahanan, ditempuh dengan : a. Melanjutkan Pemenuhan MEF b. Meningkatkan upaya Pemeliharaan dan Perawatan harwat c. Melanjutkan Pemenuhan Almatsus Polri d. Meningkatkan Kontribusi Industri Pertahanan bagi Alutsita TNI dan Alut Polri. 2. Arah kebijakan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran meningkatnya kesejahteraan dalam rangka Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN 7-15 pemeliharaan profesionalisme prajurit di ditempuh dengan : a. Meningkatkan Fasilitas perumahan dan pelatihan prajurit TNI; serta b. Meningkatkan pelayanan kesehatan anggota Polri. 3. Arah kebijakan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Polri ditempuh dengan : a. Meningkatkan pelayanan publik b. Penguatan SDM c. Pemantapan Manajemen Internal 4. Arah kebijakan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran menguatnya intelijen ditempuh dengan : a. Pemantapan peran BIN sebagai Koordinator Intelijen Negara serta tata kelola dan koordinasi antar institusi intelijen negara b. Pemantapan efektivitas operasi intelijen melalui peningkatan profesionalisme personel dan modernisasi peralatan intelijen negara. 5. Arah Kebijakan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran menguatnya keamanan laut dan daerah perbatasan ditempuh ditempuh dengan : a. Meningkatkan pengawasan dan penjagaan, serta penegakan hukum di laut dan daerah perbatasan b. Meningkatkan sarana dan prasarana pengamanan daerah perbatasan c. Meningkatkan sinergitas pengamanan laut 6. Arah Kebijakan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran menguatnya pencegahan dan penanggulangan narkoba ditempuh dengan : a. Mengintensifkan upaya sosialisasi bahaya narkoba demand side b. Meningkatkan upaya terapi dan rehabilitasi korban penyalahguna narkoba demand side c. Meningkatkan efektifitas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba supply side