Perdagangan Permasalahan Dan Isu Strategis
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI
3-23 masyarakat seperti daging sapi, minyak goreng, cabe rawit,
cabe merah, daging ayam, dan gula berada pada rentang 5,5 persen
– 36,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi fluktuasi harga bahan pokok yang cukup tinggi di masyarakat.
Selain itu, harga bahan pokok juga mengalami kenaikan harga rata-rata bulanan 0,2 persen
– 3,8 persen.
GAMBAR 3.13 KOEFISIEN VARIASI HARGA DAN RATA-RATA KENAIKAN HARGA BULANAN
BAHAN POKOK TAHUN 2010 –MARET 2014
Sumber: Kementerian Perdagangan diolah
Fluktuasi dan kenaikan harga bahan pokok tersebut tidak terlepas dari kondisi logistik dan distribusi dalam negeri yang
masih kurang mendukung. Meskipun peringkat indeks kinerja logistik Logistic Performance IndexLPI Indonesia telah
meningkat dari peringkat 59 di tahun 2012 menjadi peringkat 53 di tahun 2014 namun peringkat ini masih jauh di bawah
beberapa negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Lebih lanjut, rasio biaya logistik
terhadap PDB di Indonesia cenderung meningkat yaitu di tahun 2011, 2012, dan 2013 masing
–masing sebesar 23,36 persen, 24,37 persen, dan 25,15 persen.
Fluktuasi dan kenaikan beberapa bahan pokok tersebut cenderung dikendalikan oleh sekelompok pedagang antara
ataupun supplier, sehingga fluktuasi ketersediaan stok dan harga cenderung tidak mengikuti mekanisme persaingan
usaha yang sehat dan margin perdagangan tidak dinikmati oleh petani.
Di samping itu, perdagangan dalam negeri juga dihadapkan dengan kondisi perlindungan konsumen yang kurang
memadai. Kelembagaan perlindungan konsumen yang ada
3-24 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015
BIDANG EKONOMI dirasa masih sangat kurang dari segi kuantitas, kualitas,
maupun pendanaannya.
Permasalahan Perdagangan Dalam Negeri
Beberapa permasalahan yang menjadi tantangan dalam perdagangan dalam negeri antara lain meliputi: i produksi
cenderung tidak merata dan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu, ii terbatasnya sarana penyimpanan yang mampu
mempertahankan kesegaran produk secara efisien, iii adanya indikasi praktek monopoli dan kartel oleh pelaku
usaha khususnya distributor dalam rangka mengendalikan harga beli di tingkat produsen maupun harga jual di tingkat
konsumen,
iv panjangnya
rantai pemasaran
yang mengakibatkan akumulasi bias transmisi harga yang semakin
besar, dan
v terbatasnya
kapasitas kelembagaan
perlindungan konsumen baik dalam hal regulasi, organisasi, sumberdaya manusia, dan pendanaan.
Isu Strategis
Berkenaan dengan permasalahan dan tantangan tersebut di atas maka pada tahun 2015 dirumuskan isu strategis di bidang
perdagangan dalam negeri adalah Peningkatan Efisiensi Sistem Distribusi dan Logistik serta Peningkatan Aktivitas
Perdagangan Dalam Negeri.
PERDAGANGAN LUAR NEGERI Arahan RPJPN
Perdagangan luar negeri yang lebih menguntungkan dan mendukung
perekonomian nasional
agar mampu
memaksimalkan manfaat sekaligus meminimalkan efek negatif dari proses integrasi dengan dinamika globalisasi.
Upaya tersebut diselenggarakan melalui a perkuatan posisi nasional di dalam berbagai fora kerja sama perdagangan
internasional baik secara global, regional, bilateral, maupun multilateral untuk meningkatkan daya saing dan akses pasar
ekspor
nasional sekaligus
mengamankan kepentingan
strategis nasional. Selain itu upaya tersebut juga ditujukan untuk mendorong penurunan tingkat kemiskinan dan tingkat
pengangguran, mengembangkan perdesaan, serta melindungi aktivitas perekonomian nasional dari persaingan dan praktik
perdagangan internasional yang tidak sehat, dan b pengembangan citra, standar produk barang dan jasa nasional
yang berkualitas internasional, serta fasilitasi perdagangan internasional yang berdaya saing.
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI
3-25
Kondisi Umum GAMBAR 3.14
PERTUMBUHAN EKSPOR INDONESIA TAHUN 2010 –MARET 2014
Sumber: BPS diolah
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir kinerja perdagangan luar negeri Indonesia menunjukkan hasil yang kurang
menggembirakan yang ditunjukkan oleh pertumbuhan negatif sebagian besar komoditas ekspor. Pada tahun 2012, 2013 dan
tiga bulan pertama tahun 2014 pertumbuhan total ekspor adalah sebesar -6,6 persen, -3,9 persen dan -2,4 persen.
Penurunan ekspor juga terjadi pada komoditas non-migas terutama hasil industri dan pertambangan.
Penurunan kinerja ekspor tersebut merupakan dampak dari krisis ekonomi global terutama di pasar ekspor tradisional
Indonesia seperti Amerika Serikat dan Eropa. Krisis tersebut kemudian mengakibatkan menurunnya volume perdagangan
dunia dan memicu penurunan harga komoditas primer yang menjadi andalan ekspor Indonesia.
Penurunan nilai ekspor yang disertai dengan nilai impor yang relatif tidak banyak berubah mengakibatkan terjadinya defisit
neraca perdagangan. Namun demikian, neraca perdagangan komoditas non-migas yang selalu surplus memberikan
3-26 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015
BIDANG EKONOMI harapan untuk memperbaiki kinerja perdagangan luar negeri
Indonesia melalui peningkatan ekspor non-migas khususnya untuk produk yang bernilai tambah tinggi seiring dengan
semakin pulihnya kondisi perekonomian dunia
GAMBAR 3.15 NERACA PERDAGANGAN INDONESIA TOTAL DAN NONMIGAS
TAHUN 2010 –MARET 2014
Sumber: BPS diolah
Selain itu, upaya diversifikasi pasar tujuan ekspor juga perlu menjadi perhatian serius mengingat pada saat ini pangsa
ekspor produk Indonesia di negara tujuan ekspor non tradisional seperti Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah
masih relatif tertinggal dibanding negara pesaing seperti China, Malaysia dan Thailand.
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI
3-27 GAMBAR 3.16
KOMPOSISI EKSPOR NONMIGAS INDONESIA BERDASARKAN SEKTOR 2007- TRIWULAN I 2014
Sumber: BPS diolah
Sementara itu, komposisi ekspor nonmigas Indonesia sebagian besar merupakan ekspor produk manufaktur, tetapi dengan
tingkat teknologi yang masih relatif rendah. Di lain pihak, peranan ekspor produk manufaktur terhadap ekspor
nonmigas total mengalami penurunan dari yang sebesar 83,1 persen pada tahun 2007 menjadi sekitar 75 persen pada pada
tahun 2013, walaupun pada tahun 2014 sampai dengan bulan Maret peranan produk manufaktur mencatatkan peningkatan
peranan terhadap total ekspor menjadi 80,3 persen.
Permasalahan Perdagangan Luar Negeri
Beberapa permasalahan yang menjadi tantangan dalam peningkatan kinerja perdagangan luar negeri secara eksternal
adalah meliputi: i harga komoditas yang diperkirakan akan stagnan dan cenderung turun, ii beberapa negara tujuan
ekspor utama Indonesia masih dalam proses pemulihan ekonominya sehingga permintaan diperkirakan belum akan
meningkat tinggi dalam waktu dekat, iii semakin meningkatnya tingkat persaingan produk-produk sejenis di
pasar internasional, dan iv meningkatnya hambatan non- tarif di pasar tujuan ekspor.
3-28 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015
BIDANG EKONOMI Sedangkan tantangan yang berasal dari dalam negeri antara
lain meliputi:
i lemahnya
daya saing
produk industrimanufaktur dan jasa Indonesia, sehingga kontribusi
ekspor produk manufaktur terhadap ekspor nonmigas mengalami penurunan dan ekspor jasa mengalami defisit, ii
masih terbatasnya jumlah eksportir, iii masih terbatasnya ragam produk berkualitas yang dapat dipasarkan di pasar
internasional, iv terbatasnya jasa pendukung perdagangan luar negeri seperti jasa transportasi laut yang menyebabkan
semakin meningkatnya defisit neraca jasa, dan v belum kondusifnya iklim usaha dalam mendukung peningkatan
investasi, industri dan perdagangan baik di tingkat pusat maupun di daerah.
Isu Strategis
Berkenaan dengan permasalahan dan tantangan tersebut di atas maka pada tahun 2015 dirumuskan isu strategis di bidang
perdagangan luar negeri adalah Peningkatan daya saing ekspor produk nonmigas dan jasa yang dapat mendorong
peningkatan Rantai Nilai perekonomian.