2-64 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015
BIDANG PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA kegiatan-kegiatan prioritas nasional baik fisik maupun
non-fisik; c Perbaikan mekanisme dan cakupan penggunaan dana BOS; d Peningkatan sumber
pembiayaan pendidikan melalui PPP; e Pemberian insentif fiskal bagi industri yang melakukan kerja sama
dengan satuan pendidikan; dan f Peningkatan cost- effectiveness pendanaan pendidikan secara sistematis
seperti melalui perbaikan rasio guru-murid baik di satuan pendidikan negeri maupun swasta dan
pembenahan LPTK.
4.
Perpustakaan: a Peningkatan dukungan pembiayaan pusat dan daerah dalam peningkatan minat dan budaya
membaca masyarakat; dan b Peningkatan dukungan pembiayaan dunia usahaswasta melalui Kerjasama
Pemerintah-Swasta
KPS dan
Corporate Social
Responsibility CSR dalam rangka meningkatkan minat dan budaya membaca masyarakat.
5.
Pemuda dan Olahraga: a Peningkatan dukungan pembiayaan pembinaan olahragawan andalan; b
Peningkatan dukungan pembiayaan dari daerah dan swasta dalam penyelenggaraan kejuaraan olahraga.
6. Agama: a Peningkatan pembiayaan pembangunan
bidang agama; dan b Pemanfaatan skema pembiayaan pembangunan bidang Agama melalui Surat Berharga
Syariah Negara SBSN.
7. Kebudayaan: a Peningkatan dukungan pembiayaan
pusat dan daerah dalam pelestarian budaya; serta b Peningkatan dukungan pembiayaan dunia usahaswasta
melalui Kerjasama Pemerintah-Swasta KPS dan Corporate Social Responsibility CSR.
8. Kesejahteraan Sosial: Upaya peningkatan akses dan
kualitas kesejahteraan sosial bagi penduduk rentan membutuhkan sinergi dan upaya bersama semua pihak.
Pemerintah termasuk pemerintah daerah, kalangan swasta, legislatif, akademisi, dan masyarakat perlu
membangun visi, pola pikir dan juga pola tindak yang saling menguatkan dengan difokuskan dalam upaya
peningkatan inklusivitas untuk penduduk rentan.
Keterbatasan pendanaan
akses dan
kualitas kesejahteraan sosial merupakan tantangan yang dihadapi
saat ini. Untuk itu dibutuhkan upaya untuk menggali
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA
2-65 potensi sumber pembiayaan di luar APBN. Hal ini dapat
dilakukan melalui sinkronisasi antara kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah
satunya adalah dengan optimalisasi dana sumbangan keagamaan, Corporate Social Responsibility CSR dari
perusahaan, Tanggung Jawab Sosial Lingkungan TJSL dari Perseroan Terbatas, Program Kemitraan Bina
Lingkungan PKBL dari BUMN, serta SBSN yang digunakan untuk masyarakat miskin dengan sinergi
waktu, target, dan lokasi.
9. Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan:
a Peningkatan pendanaan untuk fasilitasi dan pendampingan KL dan Pemda tentang PUGPPRG dan
perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan b Peningkatan pendanaan untuk penyediaan data
terpilah dan kekerasan terhadap perempuan; serta c Peningkatan pendanaan untuk koordinasi penanganan
perempuan korban kekerasan, termasuk perdagangan orang.
10. Perlindungan Anak: a Peningkatan pendanaan untuk
harmonisasi perundang-undangan dan kebijakan terkait perlindungan anak serta menyusun aturan pelaksanaan
dari perundang-undangan yang sudah ada; b Peningkatan
pendanaan untuk
koordinasi antarkementerianlembaga SKPD dan antara pusat
dengan daerah
dalam perlindungan
anak; c
Peningkatan pendanaan
untuk kapasitas
kementerianlembagaSKPD terkait perlindungan anak; d
Peningkatan pendanaan
untuk pengawasan
pelaksanaan perlindungan anak; dan e Peningkatan pendanaan untuk sarana prasarana di lembaga
perlindungan anak.
2.5 KERANGKA
REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan program dan
kegiatan di bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, perlu dilakukan beberapa penataan regulasi dan kelembagaan
sebagai berikut:
1. Kependudukan dan
Keluarga Berencana.
a Penyelesaian penyusunan RPP terkait UU No.522009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga; b Pengembangan regulasi registrasi penduduk
mencakup penyebab kematian, yang terintegrasi dengan sistem SIAK; c Harmonisasi peraturan perundangan agar
2-66 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015
BIDANG PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA lebih mendukung program KB, antara lain UU berkaitan
dengan desentralisasi
dan otonomi
daerah UU
No.322004, PP No.382007, PP No.412007 dengan UU No.522009
dan PP
No.552005 Tentang
Dana Perimbangan DAK hanya untuk fisik, dimana diharapkan
DAK dapat
menampung kegiatan
yang bersifat
operasionalnonfisik; d Penyusunan regulasi yang mendukung integrasi program KB ke dalam program-
program penanggulangan kemiskinan misal: PKH, PNPM, dll.; e Revisi SPM bidang KB sesuai dengan amanat UU
No.522009 memasukkan aspek kependudukan; f Penguatan
implementasi NSPK
di daerah
kabupatenkota; dan g Penyusunan regulasi yang mendukung pencapaian sasaran program KB di daerah,
antara lain: penyaluran anggaran mekanisme operasional dan
penggerakan KB,
distribusi alokon
dari kabupatenkota ke fasyankes, serta insentif bagi tenaga
lapangan KB; h Penguatan kualitas dan sinergitas kebijakan perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan di
pusat dan daerah sesuai dengan regulasi yang berlaku; i Sinkronisasi struktur organisasi kelembagaan dengan
program, termasuk nomenklatur kelembagaan antara pusat dan daerah; j Penguatan kapasitas SDM di daerah
dalam menyusun perencanaan dan penganggaran serta implementasi kebijakan kependudukan dan keluarga
berencana; k Penyusunan sistem registrasi penduduk yang terpadu; l Peningkatan kualitas pendataan KB dari
tingkat kabupatenkota sampai ke pusat, didukung sistem informasi yang terpadu; m Penguatan fungsi institusi
masyarakat perdesaanperkotaan, kader, tenaga lapangan KB, tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam
penggerakan KB; n Memperkuat pemantauan dan evaluasi kebijakanprogram di tataran implementasi serta
pemanfaatannya untuk perbaikan kebijakan ke depan; o Mendukung pembentukan kelembagaan Kependudukan
dan KB sesuai dengan ketentuan di daerah provinsi dan kabupatenkota;
dan p
Penguatan koordinasi
lintassektor dan memperluas kemitraan dengan berbagai stakeholders.
2. Kesehatan dan Gizi Masyarakat. a Perumusan
peraturan pemerintah dan peraturankeputusan menteri yang terkait urusan dan kewenangan antara pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten kota, termasuk standar