Meningkatkan kapasitas kelembagaan perlindungan

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG 1-71 terhadap anak di Indonesia, pelaku KtA, faktor resiko dan faktor pelindung terjadinya KtA, dan akses anak korban KtA terhadap layanan yang dibutuhkan. Upaya melengkapi perundang-undangan untuk memperlancar dan mempercepat implementasi pemenuhan hak anak tercermin dari: 1 terbitnya Perpres No.602013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif PAUD HI; 2 penyusunan rancangan 6 Peraturan Pemerintah dan 2 Perpres sebagai amanat dari UU no.112012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak SPPA. Selain itu, telah dilakukan optimalisasi penerapan UU SPPA dengan membentuk Komite Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Berhadapan dengan Hukum KPRS ABH dibawah koordinasi Kemensos, serta pelibatan Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial LPKS sebagai penempatan sementara bagi ABH dan penyelenggara proses-proses rehabilitasi perubahan perilaku khusus terhadap ABH di setiap provinsi. Dalam upaya mewujudkan lingkungan yang layak bagi anak, sampai pada tahun 2013 sebanyak 186 kabupatenkota telah menuju KabupatenKota Layak Anak KLA. KLA merupakan gambaran pencapaian kabupatenkota dalam hal pemenuhan hak anak, yang mencakup hak atas pendidikan, kesehatan, partisipasi, serta perlindungan dari tindak kekerasan, penelantaran, eksploitasi, dan perlakuan salah lainnya. Beberapa permasalahan yang masih akan dihadapi pada tahun 2015 antara lain: 1 masih terdapat disharmonisasi antarperundang-undangankebijakan terkait perlindungan anak, antara perundang-undangankebijakan pusat dengan daerah, serta belum lengkapnya aturan pelaksanaan dari suatu undang-undang; 2 masih kurangnya kapasitas lembaga perlindungan anak dalam mengimplementasikan berbagai perundangan-undangan dan kebijakan yang ada, yang tercermin dari jumlah dan kualitas sumber daya manusia pelaksana layanan dan sarana prasarana yang tersedia; 3 masih kurangnya koordinasi antarkementerianlembagaSKPD dan pusat-daerah dalam pelaksanaan perlindungan anak; dan 4 kurangnya ketersediaan data, masih bersifat sektoral dan tidak berkelanjutan. Sedangkan tantangan ke depan adalah meningkatkan sinergi dan koordinasi antarstakeholder terkait untuk pemenuhan hak anak dan perlindungan anak.

1.2.4.2 Sasaran

Dengan memperhatikan permasalahan tersebut di atas, maka sasaran pembangunan lintas bidang perlindungan 1-72 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG anak pada tahun 2015 adalah: 1 Meningkatnya akses dan kualitas layanan kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang anak, termasuk anak dengan kondisi khusus, seperti anak dari keluarga miskin, ABK, ADD, anak di Lapas, anak di panti, anak korban kekerasan, dan lain-lain. Hal ini antara lain diukur dengan menurunnya AKB dan AKBa, menurunnya persentase balita yang kekurangan gizi, stunting dan gizi lebih, menurunnya bayi lahir dengan BBLR, meningkatnya cakupan imunisasi dasar, meningkatnya balita yang mendapat ASI eksklusif, meningkatnya APK PAUD, APS 7-12 tahun, APS 13-15 tahun, dan APS 16-18 tahun, meningkatnya cakupan layanan pendidikan inklusifkhusus, serta meningkatnya partisipasi anak dalam pembangunan; 2 Meningkatnya perlindungan anak dari tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya. Hal ini diukur dengan meningkatnya cakupan anak balitaanak yang memiliki akta kelahiran, menurunnya prevalensikasus kekerasan terhadap anak, menurunnya pekerja anak, menurunnya jumlah ABH yang dihukum penjara dan ABH yang dipenjara dengan orang dewasa, meningkatnya penanganan kasus ABH berbasis restorative justice dan diversi, menurunnya jumlahpersentase pekerja anak, menurunnya perkawinan di usia anak, serta meningkatnya cakupan anak korban kekerasan yang mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan; dan 3 Meningkatnya efektivitas kelembagaan perlindungan anak, baik di tingkat nasional maupun daerah. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh ketersediaan dan kualitas datainformasi perlindungan anak, sinergi perundang-undangan dan kebijakan terkait perlindungan anak, kuantitas dan kualitas tenaga pelaksana perlindungan anak, koordinasi antar kementerianlembaga SKPD dan antarpusat dan daerah dalam perlindungan anak, efektivitas pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan anak, tingkat pemahaman dan komitmen para pengambil keputusan, masyarakat, dan keluarga tentang hak anak, pentingnya perlindungan anak, dan pengasuhan yang baik.

1.2.4.3 Arah Kebijakan

dan Strategi Pembangunan Tahun 2015 Kebijakan lintas bidang perlindungan anak tahun 2015 diarahkan pada: 1 Peningkatan akses semua anak terhadap pelayanan yang berkualitas dalam rangka mendukung tumbuh kembang dan kelangsungan hidup, melalui: a peningkatan pemerataan ketersediaan layanan; b penyediaan layanan inklusif atau khusus untuk anak-anak dengan kondisi khusus seperti ABK dan ADD; c