Permasalahan Sub Bidang Aparatur Negara

8-28 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR periode sebelumnya serta aspirasi publik yang menuntut birokrasi pemerintah menjadi lebih transparan, akuntabel, partisipatif dan berkinerja tinggi. Berdasarkan pelaksanaan pembangunan sebelumnya, beberapa capaian penting yang telah berhasil diwujudkan antara lain: meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan negara; dikembangkannya sistem integritas penyelenggara negara; semakin baiknya sistem pengendalian intern pemerintah; diterapkannya secara luas e-procurement dalam pengadaan barangjasa pemerintah; meningkatnya kualitas kelembagaan dan ketatalaksanaan untuk mendukung efisiensi dan efektivitas pemerintahan; meningkatnya kualitas pelayanan publik; meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah; makin membaiknya pengelolaan manajemen kepegawaian berbasis merit; dan dilaksanakannya reformasi birokrasi pada instansi pemerintah pusat dan daerah. Meskipun pembangunan bidang aparatur negara selama kurun waktu 2010-2013 telah menunjukkan kemajuan dan perkembangan, namun ternyata kualitas birokrasi Indonesia masih rendah dan tertinggal dibandingkan dengan negara- negara di kawasan ASEAN dan negara-negara BRIC. Birokrasi belum dapat berfungsi secara optimal sebagaimana yang diharapkan karena masih ditandai dengan korupsi, buruknya pelayanan, dan inefisiensi. Birokrasi di Indonesia masih menjadi bagian dari permasalahan dalam pembangunan daripada sebagai solusi untuk membantu keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan. Global Competitiveness Report misalnya, sampai dengan laporan yang terakhir 2013-14 menempatkan korupsi, inefisiensi birokrasi, dan ketersediaan infrastruktur sebagai the most problematic factors dalam berbisnis di Indonesia. Dilihat dari beberapa indikator internasional lainnya, kualitas dan daya saing birokrasi Indonesia juga masih rendah, yang antara lain ditandai dengan: a peringkat kemudahan berusaha Ease of Doing Business; EoDB tahun 2014, Indonesia menempati peringkat 120 dari 189 Negara; b parameter tingkat korupsi dilihat dari skor Indeks Persepsi Korupsi Corruption Peception Index; CPI tahun 2013, Indonesia menempati peringkat 114 dari 177 negara, dengan skor 32 dari skala 0-100; c skor Control of Corruption CoC index tahun 2012, -0,66 dari skala -2,5 sampai dengan 2,5; d skor Government Effectiveness Index RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-29 tahun 2012 Indonesia, -0,29 dari skala -2,5 sampai dengan 2,5; e perangkat daya saing global secara total Global Competitiveness Report; GCR tahun 2013-2014, Indonesia menempati peringkat 38 dari 148 negara; sedangkan untuk variabel institusi GCR - Institution, Indonesia menempati peringkat 67dari 148 negara; dan f peringkat e-Government, Indonesia berada pada peringkat 97 dari 190 negara. Apabila dilihat korelasinya, kualitas birokrasi suatu negara memiliki pengaruh pada pencapaian kualitas hasil-hasil pembangunan. Hal ini ditunjukkan oleh parameter yang mencerminkan indikator dari hasil-hasil pembangunan suatu negara pada kualitas kehidupan umat manusia. Salah satu pramater yang menjadi rujukan utama pemerintah di seluruh dunia adalah pencapaian Indeks Pembangunan Manusia IPM Human Development Index HDI yang diterbitkan oleh UNDP setiap tahunnya. Pada tahun 2012, menurut hasil penilaian UNDP, pencapaian IPM oleh Indonesia menempati peringkat 121 dari 186 negara. Parameter-parameter tersebut memperlihatkan bahwa kualitas birokrasi Indonesia apabila dibandingkan dengan bebarapa negara di kawasan ASEAN dan negara-negara anggota negara industri baru yang tergabung dalam BRIC Brasilia, Rusia, India, dan Cina, masih tertinggal. Konsekuensi dari kualitas birokrasi yang demikian, adalah pencapaian hasil-hasil pembangunan yang juga memperlihatkan kondisi yang tidak berbeda. Gambar 8.3. memperlihatkan hubungan antara kualitas birokrasi dengan pencapaian hasil-hasil pembangunan. 8-30 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR GAMBAR 8.3 HUBUNGAN ANTARA KUALITAS BIROKRASI NEGARA ASEAN DAN BRIC DENGAN PENCAPAIAN HASIL-HASIL PEMBANGUNAN Sumber: http:www.doingbusiness.org~mediaGIAWBDoing20BusinessDocumentsAnnual-ReportsEnglishDB14- Full- Report.pdf; http:cpi.transparency.orgcpi2013results, http:info.worldbank.orggovernancewgiindex.aspxhome; http:www3.weforum.orgdocsWEF_GlobalCompetitivenessReport_2013-14.pdf, http:unpan1.un.orgintradocgroupspublicdocumentsununpan048065.pdf, http:hdr.undp.orgsitesdefaultfilesreports14hdr2013_en_complete.pdf. Capaian kinerja pembangunan bidang aparatur negara selama RPJMN 2010-2014 dan posisi daya saing birokrasi Indonesia dibandingkan dengan negara di kawasan ASEAN dan negara-negara BRIC yang masih terbilang rendah kualitas dan kurang kompeten, merupakan salah satu dimensi pelajaran yang sangat penting sebagai referensi dalam perumusan isu strategis pembangunan bidang aparatur negara pada RPJMN 2015-2019. Dalam rangka melanjutkan reformasi pembangunan, khususnya untuk meningkatkan daya saing nasional, maka pembangunan bidang aparatur negara tahun 2015-2019 diorientasikan pada: a pemantapan fungsi birokrasi sebagai regulator dan fasilitator pembangunan serta pilar utama pemerintahan; b revitalisasi sistem dan manajemen RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-31 birokrasi publik secara efisien, responsif, dan fokus pada pencapaian kinerja; c pengembangan organisasi birokrasi yang lincah, inovatif, dan adaptif melalui penciptaan tata kelola yang dinamis; d pengembangan SDM aparatur sebagai pendorong reformasi; e pemantapan peran birokrasi untuk mendukung sinergi, integrasi, dan kolaborasi serta keterpaduan dalam manajemen pembangunan. Pada RKP 2015 ini, orientasi pembangunan tersebut menjadi dasar dalam perumusan isu strategis dan perumusan arah kebijakan dan strategi pembangunan. Sedangkan faktor lingkungan strategis yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan bidang aparatur negara ke depan, antara lain: perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang makin mutakhir; tatanan globalisasi yang berwujud liberalisasi, kompetisi dan integrasi; proses demokratisasi dan desentralisasi; dan kultur birokrasi yang masih diwarnai politisasi, praktek KKN, inefisiensi, dan rendahnya kapasitas. Berdasarkan uraian hal tersebut di atas, maka dirumuskan 3 tiga isu strategis pembangunan bidang aparatur negara pada RKP 2015, yakni:

1. Pemerintahan yang bersih dan akuntabel;

2. Pemerintahan yang efisien dan produktif; dan

3. Peningkatan kualitas pelayanan publik.

Pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel merupakan prasyarat dasar bagi pembentukan birokrasi yang profesional dan pelayanan publik yang prima. Dalam kerangka pengembangan sistem integritas nasional, permasalahan yang masih dihadapi adalah lemahnya penegakan kode etik dan kode perilaku, masih maraknya konflik kepentingan, dan praktek penyalahgunaan kewenangan dari para penyelenggara negara dan pemerintahan. Sistem integritas nasional belum terbangun dan terimplementasikan dengan efektif secara nasional pada tingkatan KL, Provinsi, dan KabupatenKota. Sedangkan tantangan ke depan, antara lain: pengembangan inisiatif strategis untuk mendorong pelaksanaan sistem integritas pada birokrasi pemerintah dan penyelenggara negara secara konsisten; pemantapan implementasi whistleblowing system; pelaporan kekayaan pejabat; 8-32 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR penanganan benturan kepentingan; penerapan pakta integritas, dan lainnya. Penerapan sistem integritas nasional yang efektif dapat menjadi instrumen pencegahan korupsi dan penyalahgunaan wewenang sehingga turut memperkuat dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Pengawasan yang independen dan profesional, perlu didukung auditor internal yang kompeten, berintegritas dan berfungsi secara optimal dalam menjalankan quality assurance. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas dan kompetensi auditor internal terus diupayakan. Hingga tahun 2013, jumlah auditor internal JFA telah mencapai 12.310 orang, yang tersebar di BPKP 3.329 orang 27, APIP Pusat 2.033 orang 16,5, dan APIP Daerah 6.948 orang 56,4. Dalam pelaksanaannya, masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, diantaranya: tumpang tindih peraturankebijakan pengawasan; independensi dan kapasitas APIP yang belum memadai untuk mendeteksi dan mencegah korupsi dan penyalahgunaan wewenang; sinergi pengawasan intern dan pengawasan eksternal belum optimal; sinergi pengawasan dan penegakan hukum belum optimal; dan pengawasan dari masyarakat belum diakomodasi dengan efektif untuk penguatan pengawasan. Adapun tantangan ke depan adalah membangun sistem pengawasan yang independen dan profesional, baik yang bersifat internal maupun eksternal, melalui kelembagaan pengawasan yang efektif. Pengawasan tidak hanya fokus pada aspek pengelolaan keuangan negara, namun secara bertahap terus disempurnakan dan areanya diperluas pada pengawasan kinerja. Kualitas pengelolaan keuangan negara baik pada instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terus meningkat. Secara bertahap, akuntabilitas pengelolaan keuangan juga sejalan dan memiliki korelasi pada pencapaian sasaran kinerja yang telah ditetapkan. Hal ini tercermin dari makin meningkatnya instansi pemerintah yang mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP berdasarkan audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Pada tahun 2013, instansi KementerianLembaga KL yang telah mendapatkan opini WTP sebanyak 74, sedangkan instansi pemerintah provinsi 52 dan instansi pemerintah kabupatenkota sebanyak 21. Namun demikian, beberapa permasalahan masih dihadapi, antara lain: pencapaian opini RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-33 WTP pada kabupatenkota masih rendah; pencapaian opini WTP belum mencerminkan birokrasi yang bersih dan bebas KKN; manajemen aset barang milik negara belum terkelola secara optimal dari aspek tertib administrasi dan tertib hukum; dan sistem pengendalian internal belum berjalan efektif. Tantangan ke depan yang perlu ditindaklanjuti, diantaranya: peningkatkan kualitas dan independensi pemeriksaan keuangan; pengembangan sistem dan pemantapan pemeriksaan kinerja; memperbaiki manajemen pengelolaan aset secara modern berbasis TIK; dan peningkatan efektivitas Sistem Pengendalian Intern SPI. GAMBAR 8.4 PERKEMBANGAN OPINI WTP AUDIT BPK ATAS LKKL DAN LKPD 2010-2013 GAMBAR 8.5 PERKEMBANGAN PERSENTASE INSTANSI PEMERINTAH YANG AKUNTABEL 2010-2013 Sejalan dengan hal tersebut, upaya untuk memperkuat dan meningkatkan akuntabilitas kinerja melalui penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah SAKIP terus dimantapkan. Implementasi SAKIP dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja seluruh instansi pemerintah, dan melihat komitmen penerapan manajemen pemerintahan berbasis kinerja. Setiap tahun, melalui koordinasi Kementerian PAN dan RB, dilakukan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, atas penyelenggaraan manajemen kinerja pada seluruh instansi pemerintah pusat KementerianLembaga sumber: BPK, IHPS Semester II, Maret 2014 8-34 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR dan pemerintah daerah ProvinsiKabupatenKota. Dalam kurun waktu tahun 2010-2013, instansi yang akuntabel terus meningkat. Data yang diterbitkan Kemenpan dan RB tahun 2013 memperlihatkan bahwa instansi pusat yang akuntabel mencapai 94,05, instansi provinsi mencapai 84,85 dan instansi pemerintah kabapatenkota mencapai 30,00. Berdasarkan hasil evaluasi atas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, masih ditemukan berbagai masalah antara lain: rendahnya signifikasi input anggaran dengan kinerja organisasi; lemahnya orientasi pada pencapaian indikator hasil outcome; lemahnya akuntabilitas kinerja instansi kabupatenkota. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya komitmen pimpinan instansi untuk menghasilkan kinerja lebih baik, dan mendorong terwujudnya integrasi pelaporan keuangan dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah KLPemda. Upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel, ditempuh pula melalui penyempurnaan sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah, baik dari sisi kebijakan maupun dalam implementasinya. Kemajuan signifikan selama kurun waktu 2010-2013 telah berhasil diwujudkan antara lain telah terbentuknya 602 Layanan Pengadaan Secara Elektronik LPSE di 33 provinsi, yang mampu melayani sebanyak 773 instansi pemerintah dan 318.370 penyedia terdaftar. Adapun kinerja LPSE terlihat dari beberapa indikator sebagaimana pada Gambar 8.6 dan Gambar 8.7. RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-35 GAMBAR 8.6 PERKEMBANGAN JUMLAH PAKET DAN NILAI PAGU PENGADAAN MELALUI LPSE 2010-2013 GAMBAR 8.7 PERKEMBANGAN NILAI EFISIENSI PENGGUNAAN ANGGARAN PENGADAAN 2010-2013 Proses pengadaan barang dan jasa pemerintah masih menghadapi berbagai permasalahan. Berbagai kasus korupsi masih didominasi oleh kasus penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa, yang disebabkan oleh antara lain: belum seluruh pengadaan dilakukan secara elektronik; sistem e-proc e-tendering yang ada belum seluruhnya berlangsung secara elektronik; cakupan produk dalam sistem e-catalogue masih terbatas; integritas dan profesionalisme pejabat pengadaan belum optimal; dan sebagian besar KLPemda belum membentuk unit layanan pengadaan ULP. Hal ini menghambat kelancaran proses pengadaan dan menghambat upaya peningkatan profesionalisme dan integritas pejabat pengadaan. Oleh karena itu, tantangan ke depan yang perlu direspon antara lain: peningkatan standarisasi dan kualitas LPSE; penataan kelembagaan ULP; dan Pengembangan Jabatan Fungsional Pengadaan Pemerintahan yang efisien dan produktif. Isu strategis pemerintahan yang efisien dan produktif, memiliki korelasi yang kuat pada upaya peningkatan daya saing nasional suatu negara. Daya saing nasional sebagai kemampuan 8-36 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas, dan berkelanjutan. Fokus perhatian yang perlu ditekankan dalam peningkatan daya saing nasional, diantaranya adalah pada kualitas kebijakan dan implementasinya; pengembangan kapasitas kelembagaan birokrasi; serta aspek-aspek lainnya yang mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan tersebut. Birokrasi pemerintah yang tidak efisien, selama ini menjadi salah satu kelemahan mendasar pada daya saing Indonesia. Pada aspek kelembagaan instansi pemerintah, penataan kelembagaan terus diintensifkan antara lain melalui konsolidasi struktural dan penyempurnaan hubungan kelembagaan diantara berbagai KementerianLembaga KL, yang diawali dengan penataan KL yang membidangi pendayagunaan aparatur negara Kemenpan dan RB, LAN dan BKN. Penataan kelembagaan terus diperluas dan fokus pada bidangsektor yang strategis. Sejalan hal tersebut, telah dibentuk Tim Penataan Organisasi KL, yang tahun 2013 telah melakukan evaluasi terhadap 13 KL. Disadari bahwa kelembagaan birokrasi pemerintah masih dihinggapi permasalahan yang mendasar, yakni postur organisasi biro krasi masih ‘gemuk , baik secara makro maupun mikro; fragmented dan tumpang tindih fungsi; dan banyaknya undang-undang yang mewajibkan pembentukan lembaga di pusat dan di daerah yang berpotensi over institusi dan tumpang tindih tugas dan fungsi. Tantangan ke depan adalah mewujudkan organisasi pemerintah tepat fungsi dan tepat ukuran rightsizing; melanjutkan auditevaluasi dan penataan organisasi; dan penetapan arsitektur organisasi birokrasi modern dengan tujuan agar terwujud efisiensi, produktivitas dan implementasi kebijakan makin efektif. Pengembangan bisnis proses yang efisien, komprehensif, dan berbasis TIK merupakan salah kunci utama pendorong terwujudnya birokrasi yang efisien dan produktif. Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang mendasarinya terus dimantapkan, antara lain implementasi UU No. 112008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No 142008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, dan Inpres No. 32003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Penerapan e-government dalam birokrasi pemerintah terus diperluas, didukung RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-37 infrastruktur ICT yang memadai dan ditingkatkan kualitasnya, sehingga menjadi ujung tombak alam pelayanan publik. Secara bersamaan, inisiatif Open Government Indonesia OGI terus disebarluaskan dan diimplementasikan secara bertahap pada birokrasi pemerintah. Permasalahan yang masih dihadapi dalam pengembangan bisnis proses pada birokrasi pemerintah dan sekaligus menjadi tantangan ke depan, adalah belum terwujud sinergi, integrasi, dan keterpaduan dalam pengembangan e-government pada berbagai KLPemda. Untuk menyelesaikannya, diperlukan sinkronisasi dan harmonisasi berbagai kebijakan yang terkait dengan e-government dan peningkatan koordinasi antar instansi yang memiliki kewenangan dalam pembinaan dan implementasi e-government. Di bidang kearsipan, implementasi UU No. 432009 tentang Kearsipan dilaksanakan melalui pemantapan manajemen kearsipan berbasis TIK melalui Sistem Informasi Kearsipan Dinamis SIKD dan Sistem Informasi Kearsipan Statis SIKS, serta pengembangan Sistem Informasi Kearsipan Nasional SIKN dan jaringan Informasi Kearsipan Nasional JIKN terus dikembangkan. Ke depan, sistem kearsipan merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengembangan birokrasi modern melalui peningkatan tertib administrasi dan tata kelola arsip berbasis TIK. Dalam rangka mewujudkan Aparatur Sipil Negara ASN yang berintegritas, profesional dan berwatak melayani, dengan unsur utamanya adalah Pegawai Negeri Sipil PNS, telah diterbitkan UU No. 52014 tentang Aparatur Sipil Negara ASN. Kemajuan yang berhasil diwujudkan selama kurun waktu 2010-2014 antara lain: perbaikan sistem rekrutmen dan seleksi CPNS secara lebih transparan; standarisasi soal seleksi CPNS yang dirumuskan oleh konsorsium perguruan tinggi negeri dan pemerintah; mulai diterapkannya secara bertahap sistem CAT, dan pemberlakuan passing grade dalam seleksi CPNS; implementasi PP 462011 tentang Penilaian Kinerja PNS melalui penerapan Sasaran Kinerja Pegawai SKP; penerapan sistem promosi secara terbuka open career system; dan pemanfaatan assessment center untuk mendukung dan mendata profil kompetensi kader-kader birokrasi. Pengembangan kualitas PNS juga dilakukan melalui pembaharuan modul dan kurikulum diklat mulai dari diklat prajabatan hingga akhir diklat kepemimpinan tingkat II dan I. Namun demikian, masih dirasakan terdapat berbagai 8-38 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR permasalahan yang dihadapi seperti proses seleksi CPNS secara terbuka dan fair belum terkelola secara profesional, penempatan pegawai dalam jabatan belum sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, praktek politisasi PNS untuk kepentingan politik, dan kinerja pegawai yang masih rendah dalam mendukung kinerja organisasi atau instansi. Permasalahan tersebut akan menjadi tantangan melalui strategi penyempurnaan implementasi sistem merit dalam manajemen kepegawaian sejalan dengan mandat UU ASN. Keberhasilan pembangunan nasional khususnya untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, sangat tergantung pada praktek pengelolaan pembangunan dalam bentuk sistem manajemen kinerja pembangunan nasional. Disadari bahwa implementasi dari UU No. 252004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No. 172003 tentang Keuangan Negara beserta peraturan pelaksanaannya masih memerlukan langkah-langkah harmonisasi dan sinergi agar terwujud keselarasan dan kesinambungan dalam tahapan perencanaan, penganggaran, pengendalian pengawasan, dan pelaporan, dan evaluasi kinerjanya. Pada level penyelenggaraan pembangunan daerah, juga diperlukan sinergi khususnya dalam implementasi UU No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah. Permasalahan yang masih terjadi tersebut, menjadi tantangan ke depan melalui antara lain: pengembangan dan penetapan indikator kinerja pembangunan nasional secara terpadu dan terintegrasi; peningkatan sinergitas sistem perencanaan, penganggaran, pengadaan, pengendalianpengawasan, pelaporan, pengawasan dan monev secara optimal; dan pengembangan sistem reward dan punishment yang efektif untuk menopang implementasi sistem manajemen kinerja pembangunan nasional. Penyempurnaan pengelolaan pembangunan melalui sistem manajemen kinerja pembangunan secara langsung turut mendorong penciptaan efisiensi belanja operasional birokrasi. Mengingat keterbatasan anggaran belanja negara, maka diperlukan upaya optimalisasi atau penghematan pada pos-pos belanja di bidang administrasi pemerintahan atau operasional birokrasi. Belanja aparatur atau belanja birokrasi mencakup antara lain dalam bentuk belanja pegawai dan belanja barang yang tidak berkaitan dengan penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan publik. Sedangkan belanja modal, dapat dikatakan sebagai belanja untuk pembangunan, RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-39 kecuali yang tujuannya untuk operasional birokrasi. Gambaran kondisi saat ini, terkait hubungan antara perkembangan belanja pemerintah pusat dan jumlah pegawai, disajikan dalam Gambar 8.8. GAMBAR 8.8 PERKEMBANGAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT JENIS BELANJA, 2007-2013 Sumber: 1 Data Pokok APBN 2007-2013, Kemenkeu. 2 Data BKN diolah. Komponen belanja pegawai dalam APBN meliputi antara lain: gaji dan tunjangan; honorarium dan vakasi; dan kontribusi sosial. Sedangkan komponen belanja barang, yang didalamnya merupakan sebagai salah satu komponen operasioanal birokrasi, meliputi antara lain: belanja barang; belanja jasa; belanja pemeliharaan; belanja perjalanan; BLU; dan PNBP. Tentunya, langkah efisiensi dapat difokuskan pada komponen tersebut. Upaya efisiensi belanja operasional birokrasi masih menghadapi permasalahan, antara lain: belum terdapat standarisasi sarana dan prasarana aparatur yang komprehensif; serta sistem dan budaya yang mendorong efisiensi belum terbangun dengan baik pada birokrasi pemerintah. Kepemimpinan dalam birokrasi memberikan dampak pada peningkatan kinerja birokrasi secara optimal. Kepemimpinan yang unggul dalam birokrasi, selain harus memiliki kecakapan dan kompetensi, dituntut pula memiliki karakter melayani, responsif dan inovatif, serta memiliki integritas dan sensitivitas terhadap persoalan publik serta berjiwa 8-40 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR nasionalisme yang tinggi sebagai perekat bangsa dan negara. Hal ini untuk memastikan mesin birokrasi dapat bekerja secara efektif dan menjadi landasan bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Langkah pembenahan dalam kepemimpinan birokrasi yang telah mulai diimplementasikan dalam kurun waktu RPJMN 2010-2014 antara lain: pengembangan dan implementasi sistem promosi terbuka untuk menjaring kader-kader birokrat unggul; penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran Diklatpim; pengembangan diklat Reform Leader Academy RLA; dan di dalam Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara diperkenalkan adanya Jabatan Pimpinan Tinggi dengan sistem pembinaan secara khusus. Permasalahan utama yang dihadapi untuk melakukan reformasi dalam kepempimpinan birokrasi adalah bahwa secara umum kepemimpinan birokrasi belum mampu mengawal dan mengakselerasi proses perubahan melalui reformasi birokrasi. Pelaksanaan reformasi birokrasi RB pada instansi pemerintah, khususnya pada KL selama kurun waktu 2010- 2013 telah menunjukkan kemajuan secara signifikan. Bila pada tahun 2010 terdapat 10 KL yang telah melaksanakan RB, maka sampai dengan tahun 2013 sebanyak 59 KL, sesuai dengan kebijakan nasional yang tertuang dalam Grand Design Reformasi Birokrasi 2005-2025 dan Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-41 GAMBAR 8.9 PERKEMBANGAN JUMLAH KL YANG TELAH MELAKSANAKAN REFORMASI BIROKRASI TAHUN 2008-2013 Beberapa permasalahan yang masih dihadapi dalam pelaksanaan RB antara lain: belum berorientasi pada hasil outcome karena masih menekankan pada aspek proses; sistem monev dan penilaian kualitas pelaksanaan RBI masih belum utuh dan komprehensif; sistem pemberian tunjangan kinerja bagi instansi yang telah melaksanakan RBI belum ditempuh secara fair dan berbasis kinerja; dan pelaksanaan RBI masih bersifat individual instansi KL sektoral, belum mencerminkan kerangka area reformasi birokrasi secara luas, lintas bidang dan lintas daerah. Hal ini, tentunya menjadi tantangan untuk diperbaiki dan disempurnakan kembali pada RKP 2015, sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja birokrasi, kinerja pelayanan, dan meraih kepercayaan masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan publik. Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu fungsi dari birokrasi pemerintah, sehingga pemerintah wajib memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Pada periode RPJMN Tahun 2015-2019, fokus prioritas yang akan dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik, adalah pemantapan dan penyempurnaan kelembagaan dan manajemen pelayanan; dan peningkatan efektivitas 8-42 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR pengendalian kinerja pelayanan publik melalui penerapan sistem pengawasan, monitoring, evaluasi, dan penilaian kinerja yang efektif. Pada aspek kelembagaan dan manajemen pelayanan, langkah-langkah yang telah ditempuh adalah pemantapan implementasi UU No. 252009 tentang Pelayanan Publik, diterapkannya sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSPOne Stop Services OSS, yang hingga tahun 2013 telah terbentuk 476 PTSP sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan perizinan; telah ditetapkan 15 Bidang Standar Pelayanan Minimal SPM yang terdiri atas 65 jenis pelayanan dan 174 indikator; dan adanya kewajiban penerapan standar pelayanan pada setiap unit penyelenggara pelayanan publik. Kemajuan lainnya adalah meningkatnya kompetensi SDM pelayanan dan pemanfaatan TIK. Pelaksanaan program quick wins pada berbagai bidang atau sektor pelayanan publik, terus diperluas dan ditingkatkan kualitasnya. Sedangkan berbagai permasalahan yang masih dihadapi, antara lain: praktek pungli dalam pelayanan perizinan masih terjadi sehingga menghambat iklim usaha dan investasi di tanah air; dan belum adanya konsistensi dalam implementasi penerapan standar pelayanan. Kelemahan lainnya, kompetensi, inovasi, dan budaya pelayanan bermutu serta pemanfaatan e-services belum merata diimplementasikan; SPM belum terimplementasikan dalam sistem perencanaan dan penganggaran dengan baik; dan masih terdapat fragmentasi dan tumpang tindih fungsi kelembagaan pelayanan. RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-43 GAMBAR 8.10 PERKEMBANGAN JUMLAH PTSPOSS DI DAERAH 2010-2013 GAMBAR 8.11 PERKEMBANGAN PERINGKAT KEMUDAHAN BERUSAHA INDONESIA 2010-2013 Pada aspek pengendalian kinerja pelayanan publik, beberapa kemajuan yang dapat dicatat antara lain: makin meningkatkan peran Ombudsman RI dalam pengawasan pelayanan publik, tersedianya unit pengaduan pada setiap instansi penyelenggara pelayanan publik untuk menjamin kualitas pelayanan dan agar masyarakat tidak kehilangan hak-haknya atas pelayanan terbaik. Monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan secara berkesinambungan dilakukan sebagai upaya pengendalian kinerja. Penilaian kinerja pelayanan publik yang telah berjalan antara lain melalui penerapan survei Indeks Kepuasan Masyarakat IKM dan pemeringkatan penyelenggara pelayanan terbaik oleh Kementerian PAN dan RB. Penerapan Survei IKM bertujuan untuk mendapatkan umpan balik dari masyarakat atas kualitas pelayanan yang diberikan. Pada tahun 2012, skor IKM rata-rata nasional adalah 75,2 rentang skor 0-100 dari 467 unit pelayanan yang melaksanakan survei IKM. Secara bersamaan, penilaian kinerja tersebut juga diikuti dengan pemberian penghargaan kepada unit pelayanan publik yang berkinerja baik sebagai bentuk reward atas kinerja yang berhasil dicapainya. KPK juga menyelenggarakan Survei Integritas Pelayanan Publik sebagai upaya mendorong perbaikan kualitas pelayanan. Hasil survei tersebut pada Sumber: International Finance Corporation, 2013 8-44 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR tahun 2013, skor integritas pelayanan publik pada instansi pemerintah pusat adalah 7,37 dan instansi pemerintah daerah adalah 6,71 dari rentang skor 1-10. Terdapat kemajuan dari tahun-tahun sebelumnya, namun belum menggambarkan kemajuan yang signifikan. GAMBAR 8.12 PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT PELAYANAN INSTANSI PEMERINTAH YANG MENERAPKAN IKM 2005-2012 GAMBAR 8.13 PERKEMBANGAN SKOR INTEGRITAS PELAYANAN PUBLIK 2010-2013 Berdasarkan capaian dalam pengendalian dan penilaian kinerja pelayanan publik, maka dapat digarisbawahi bahwa komponen integritas sangat penting untuk diperhatikan dalam manajemen pelayanan, dan perlu dibangun mekanisme yang dapat memastikan seluruh proses pelayanan, prosedur administrasi dan SOP dapat berjalan secara konsisten. Di sisi lain, saat ini masih terdapat beberapa permasalahan antara lain: pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik belum berjalan efektif; belum semua penyelenggara pelayanan publik memiliki mekanisme pengaduan yang efektif dan terintegrasi secara nasional. Disamping itu, Indeks Kepuasan Masyarakat IKM atas pelayanan publik belum dapat dijadikan sebagai rujukan dalam evaluasi kinerja pelayanan secara obyektif. RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-45 8.2.2 Sasaran Sub Bidang Aparatur Negara Tahun 2015 Sasaran utama pembangunan bidang aparatur negara pada tahun 2015 merupakan bagian dari tahapan pencapaian sasaran pada RPJMN 2015-2019, adalah sebagai berikut:

1. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan

akuntabel, yang ditandai dengan: meningkatnya integritas birokrasi; meningkatkan kapasitas dan independensi pengawasan, meningkatnya akuntabilitas keuangan dan kinerja birokrasi; meningkatnya transparansi proses pengadaan barangjasa; dan makin efektifnya penerapan dan sistem pengendalian intern pemerintah.

2. Terwujudnya pemerintahan yang efisien dan

produktif, yang ditandai dengan: terwujudnya kelembagaan birokrasi tepat fungsi dan tepat ukuran; meningkatnya efisiensi operasional birokrasi; terwujudnya implementasi manajemen ASN; dan meningkatnya kualitas implementasi RBN; dan semakin efektifnya sistem manajemen kinerja nasional.

3. Meningkatnya kualitas pelayanan publik, yang

ditandai dengan: meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap manajemen pelayanan publik; terwujudnya implementasi SPM; dan meningkatnya kinerja program Quick Wins Nasional Pelayanan Publik. Berdasarkan Isu Strategi dan Sasaran Bidang Pembangunan Aparatur Negara, maka selanjutnya dapat digambarkan kerangka pikir pembangunan sebagaimana di bawah ini. 8-46 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR GAMBAR 8.14 KERANGKA PIKIR PEMBANGUNAN BIDANG APARATUR NEGARA

8.2.3 Arah

Kebijakan dan Strategi Pembangunan Tahun 2015 Arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang aparatur negara pada tahun 2015 dikelompokkan berdasarkan sasaran sebagai berikut. Sasaran Pertama: Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Penerapan sistem integritas nasional yang efektif.

Strategi pembangunan yang ditempuh antara lain: penegakan kode etik dan kode perilaku; penerapan GLOBALISASI  Ketidakpastian  Integrasi Ekonomi  Kompetisi Global REVOLUSI ICT  Dampak e-Gov.  Faster, Cheaper, Better  Keterbukaan Informasi - DEMOKRATISASI - DESENTRALISASI  Partisipasi  Pro Rakyat  Keadilan Sosial BIROKRASI  KKN  Tidak EfisienEfektif  Kapasitas Rendah  Politisasi Birokrasi Pa nc asi la d an U U D ‘ R P JM N 2 1 5 -2 1 9 CAPAIAN DAN EVALUASI Opini WTP, Procurement; Kemudahan Berusaha; SPM; PTSP; Reformasi Birokrasi; Akuntabilitas Kinerja SASARAN POKOK RPJMN 2015-

2019: Profesionalisme

aparatur negara di pusat dan daerah yang mampu mendukung pembangunan nasional ASPIRASI PUBLIK  Transparansi  Akuntabilitas  Partisipasi  Kinerja Pemerintahan yang bersih dan akuntabel Pemerintahan yang efisien dan produktif Peningkatan kualitas pelayanan publik K e s e ja h te r a a n R a k y a t K e m a k m u r a n E k o n o m i D a y a S a in g B a n g s a ISU STRATEGIS Faktor Eksternal Faktor Internal RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-47 penanganan konflik kepentingan dengan efektif; pengelolaan laporan kekayaan pegawai; penerapan sistem whistleblowing; penerapan penanganan gratifikasi; penanganan pengaduan secara efektif; dan transparansi dalam penerapan sistem integritas di KLpemda, serta pembentukan unit penegak integritas yang kredibel dan independen.

2. Penerapan

pengawasan yang profesional, berintegritas, independen dan sinergis. Strategi pembangunan yang ditempuh antara lain: i peningkatan independensi pengawasan intern; sinergitas pelaksanaan pengawasan intern, ekstern, pengawasan masyarakat, dan penegakan hukum; ii peningkatan kuantitas, integritas dan kapabilitas auditor intern dan ekstern dan APIP yang mencakup penyelenggaraan program gelar bidang akuntansi pemerintahan, penyelenggaraan program non gelar atau diklat teknis substansi dan penyelenggaraan sertifikasi JFA. Strategi lainnya adalah peningkatan jumlah APIP KLPemda yang menerapkan JFA dan peningkatan tata kelolalevelling APIP berdasarkan Internal Audit Capability Model IACM minimal level 2.

3. Peningkatan kualitas pelaksanaan dan integrasi

antara sistem akuntabilitas keuangan dan kinerja. Strategi pembangunan yang ditempuh antara lain: i pengembangan sistem informasi manajemen keuangan yang terintegrasi antara KLPemda melalui penyempurnaan kebijakan, integrasi sistem manajemen keuangan KLPemda; dan pembangunan pusat data dan informasi manajemen keuangan nasional; ii peningkatan kompetensi dan penerapan pakta integritas bagi pengelola keuangananggaran; dan iii peningkatan kualitas pengelolaan BMN yang mencakup ketepatan, kepatuhan pelaporan BMN dan integrasi sistem informasi manajemen BMN dengan sistem sistem informasi manajemen keuangan; dan iv peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang mencakup penyempurnaan kebijakan; pemantapan implementasi SAKIP; dan evaluasi implementasi SAKIP; dan v peningkatan efektifitas penerapan sistem pengendalian intern pemerintah yang mencakup monitoring dan evaluasi penerapannya serta pengembangannya.