Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan melalui : i Penyelenggaraan Pengembangan SDM
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PENGELOLAAN SDA DAN LH
10-25 melalui: i pengembangan penelitian dasar sektor
kehutanan, ii pengembangan penelitian terapan untuk meningkatkan produktivitas hasil hutan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati, iii pengembangan pilot project hasil penelitian terapan, khususnya dalam pemanfaatan
biomassa untuk sumber alternatif energi terbarukan.
10. Pengembangan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dilakukan melalui: i perkuatan pendidikan dan
pelatihan aparatur, ii perkuatan kerjasama dengan dunia pendidikan menengah dan tinggi untuk menyediakan
sumber daya manusia siap pakai, iii pengembangan dan perkuatan kompetensi penyuluh kehutanan sebagai motor
KPH dalam melakukan kemitraan dengan masyarakat, iv pengembangan dan penguatan Kelompok Tani Hutan
KTH, dan v pengembangan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja PPPK sebagai pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara untuk mendukung pengelolaan KPH yang
berkualitas.
Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan
Dalam peningkatan daya saing hasil hutan kayu diperlukan revisi Permendag No. 44M-DAGPER72012 tentang Barang
Dilarang Ekspor. Pada permen tersebut terdapat larangan untuk mengekspor kayu bulat. Sementara itu, beberapa
komoditas kayu tertentu memiliki value yang tinggi serta memiliki daya saing tinggi dalam perdagangan kayu bulat
global. Revisi diperlukan untuk membuka ekspor kayu bulat namun dengan ketentuan tertentu yang ketat antara lain jenis
kayu bulat yang dapat diekspor, kuota ekspor kayu bulat, kriteria perusahaan yang mendapatkan ijin untuk melakukan
penebangan bagi keperluan ekspor serta kriteria perusahaan yang diperbolehkan melakukan ekspor.
Perbaikan tata kelola hutan mengindikasikan perlunya revisi PP No. 62007 jo PP No. 32008 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, PP No. 442004 tentang Perencanaan Hutan,
Permenhut P.442012 dan Permenhut P.472010 Revisi PP No. 442004 tentang Perencanaan Hutan, Permenhut
P.442012 dan Permenhut P.472010. Terkait peraturan tersebut, perlu dilakukan penyempurnaan aturan pengukuhan
kawasan hutan yang secara subtansi menjamin kepastian hukum atas status, letak, batas dan luas kawasan hutan,
10-26 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015
BIDANG PENGELOLAAN SDA DAN LH melindungi hak masyarakat atas tanah dan sumber daya alam,
transparan, partisipatif, dan bebas dari korupsi. Akses masyarakat yang bertempat tinggal di dalam dan di
sekitar hutan masih rendah sejalan dengan rendahnya proporsi perhutanan sosial dalam pemanfaatan kawasan
hutan, baik di hutan produksi maupun hutan lindung. Salah satu kendala yang dirasakan adalah rumitnya perizinan yang
sulit diikuti oleh komunitas masyarakat tanpa pendampingan serta panjangnya jalur birokrasi hingga ke Pemerintah Pusat.
Untuk itu diperlukan revisi Peraturan Menteri Kehutanan yang mempermudah
proses perizinan
untuk Hutan
Kemasyarakatan HKm, Hutan Tanaman Rakyat, dan Hutan Desa serta mendelegasikan kewenangan tersebut kepada
tingkat KPH Kesatuan Pengelolaan Hutan. Permenhut no. P.49MENHUT-II 2008 jo p.14 MENHUT-II 2010 jo p.53
MENHUT-II 2011 tentang Hutan Desa, Permenhut no. P.37 MENHUT-II
2007 jo
P.18MENHUT-II2009 jo
P.13MENHUT-II2010 tentang
Hutan Kemasyarakatan,
Permenhut no. P.23MENHUT-II2007 jo P.5 MENHUT- II2008 jo P.55MENHUT-II2011 jo P.31MENHUT-II2013
tentang Tata Cara Permohonan Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman.
Konflik di dalam kawasan hutan yang terjadi karena ketidakjelasan tata batas dan tenurial ataupun hal lainnya
sering terjadi dalam pengelolaan hutan. Diperlukan Peraturan Menteri Kehutanan dalam penyelesaian sengketakonflik
tersebut antara lain melalui percepatan penyelesaian tata batas, percepatan penetapan kawasan hutan, dan penyediaan
serta regular update data dan informasi serta penyediaan peta kerja yang sama untuk semua provinsi, kabupaten, dan KPH
Dalam rangka mendukung daya saing sektor kehutanan diperlukan pemisahan antara regulator dan operator
pelaksana operator di tingkat tapak dalam pengelolaan hutan. Dari sisi kelembagaan, hal ini dilaksanakan melalui
pembangunan dan operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH, baik berupa KPH Konservasi yang merupakan
kewenangan Pemerintah Pusat maupun KPH Lindung dan KPH Produksi yang merupakan kewenangan Pemerintah Daerah
KabupatenKota. Pembentukan KPHP dan KPHL, sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah daerah, dilakukan
melalui tahapan UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah dan BLUD Badan Layanan Umum Daerah. KPH Konservasi
beserta Manajemen Resort dibawahnya, yang merupakan
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PENGELOLAAN SDA DAN LH
10-27 kewenangan Pemerintah Pusat, perlu dibentuk untuk
mengelola kawasan hutan konservasi di luar Taman Nasional yang telah ada.