Alutsista TNI Permasalahan Dan Isu Strategis

7-4 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN rata-rata mencapai 52 persen, dan kesiapan matra udara rata- rata mencapai 74 persen. Dengan kesiapan rata-rata sebesar itu, maka kegiatan latihan mandiri ataupun gabungan, operasi militer perang OMP, dan operasi militer selain perang OMSP menjadi kurang optimal. Kesiapan operasional ini juga terkait dengan kemampuan negara menyediakan bahan bakar minyak dan pelumas BMP alutsista yang selama ini sebagian masih dipenuhi dengan hutang ke Pertamina yang terakumulasi semakin membengkak. Lahirnya Undang-Undang No. 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan turut mewarnai langkah-langkah kebijakan pemenuhan Alutsista TNI. Industri pertahanan kedepannya akan lebih diberdayakan baik melalui inisiatif pengembangan mandiri maupun program kerja sama transfer of technology dengan negara lain.

7.1.2 Kesejahteraan

prajurit dan profesionalisme Konsepsi kesejahteraan dan profesionalisme prajurit TNI dan Polri adalah ibarat dua sisi mata uang, saling berhubungan. Kesejahteraan bukan lah satu-satunya faktor pembentuk profesionalisme, tetapi dapat menjadi faktor utama. Kesejahteraan prajurit adalah konsep yang terkait erat dengan kekuatan militer secara umum dan profesionalisme individu secara khusus. British War Doctrine menekankan pentingnya morale, yakni kemampuan untuk menggerakkan faktor manusia dalam operasi militer, sebagai salah satu komponen utama perang di samping komponen fisik dan konseptual. Profesionalisme militer diterjemahkan oleh Huntington sebagai yakni keahlian, tanggung jawab sosial dan kesatuan korsa expertise, social responsibilities, corporateness. Keahlian militer yang utama adalah mengelola kekerasan manager of violence dalam konteks bela negara. Seiring dengan perubahan karakter perang, teknologi serta merebaknya ancaman nontradisional, tuntutan atas keahlian militer menjadi semakin kompleks. Militer saat ini dituntut untuk dapat menjalani berbagai misi yang tidak hanya terkait dengan kompetensi utama core expertise, tapi juga berbagai dukungan kepada pemerintah sipil seperti pada penanganan bencana alam, sehingga dibutuhkan pendidikan dan latihan yang lebih luas agar bisa melaksanakan tugas-tugas diluar kompetensinya. Prajurit TNI secara kontinyu terus melaksanakan latihan baik yang bersifat per matra maupun gabungan. Pada akhir tahun 2013, prajurit TNI berhasil menggelar latihan gabungan yang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN 7-5 melibatkan sekitar 16.000 prajurit yang dilaksanakan di Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat selama 40 hari. Konsepsi kesejahteraan prajurit tersebut, di Indonesia dikelompokkan dalam 4 komponen yaitu pendapatan minimal, perumahan, kesehatan dan purna tugas Permenhan No.: Per23MXII2007 tentang Doktrin Pertahanan Negara Republik Indonesia. Untuk komponen gaji, kesehatan, dan pensiun sudah dipenuhi disamakan dengan aparatur negara lain. Sementara untuk perumahan prajurit, khususnya untuk keperluan dinas, diperlukan perlakukan khusus mengingat mobilitas prajurit yang cukup tinggi dibandingkan dengan aparatur negara yang lainnya. Pada tahun 2013, ketersediaan perumahan prajurit baru mencapai 272.908 unit sementara secara ideal jumlah prajurit yang berhak untuk menempati rumah dinas sebanyak 474.570 orang. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya rumah dinas yang masih dihuni orang yang tidak berhak seperti purnawirawanwirakawuri, keluarga dan lainnya yang jumlahnya mencapai 34.388 unit.

7.1.3 Kepercayaan

Masyarakat Terhadap Polisi Sebagai alat negara yang berkewajiban memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman; Polri juga berkewajiban memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri kamdagri. Oleh karena itu, kebijakan peningkatan profesionalisme Polri dilakukan melalui pembinaan kinerja Polri dengan meningkatkan kompetensi pelayanan inti, manajemen operasional, pengembangan sumber daya organisasi dan manajemen perilaku, termasuk penerapan program quick win” oleh Polri sampai ke tingkat Polres di seluruh wilayah NKRI. Dalam periode 2010 – 2014, Polri telah melakukan penambahan sebanyak 50.000 anggota Polri untuk mencapai tingkat rasio dengan masyarakat menjadi 1 : 575. Rekrutmen personil Polri dilakukan secara transparan dan telah mendapat sertifikat manajemen mutu ISO 9001:2008. Dalam hal penuntasan penanganan tindak kejahatan, selama tahun 2010 sampai dengan Juni 2013 rata-rata terselesaikan lebih dari 55 untuk semua kejahatan yang dikategorikan sebagai kejahatan konvensional, kejahatan transnasional, kejahatan terhadap kekayaan negara, dan kejahatan yang berimplikasi kontijensi. Sementara itu, pelanggaran anggota Polri baik dalam bidang tata tertib, disiplin, pidana, etika profesi, maupun pemberhentian tidak hormat menunjukkan kecenderungan menurun.