Harmonisasi Peraturan BUKU II RKP TAHUN 2015

8-18 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR korupsi yang diamanatkan oleh ketentuan Konvensi Anti Korupsi UNCAC yang telah diratifikasi oleh Indonesia; ii Perubahan revisi peraturan perundang-undangan di bidang tindak pidana korupsi agar selaras dengan ketentuan UNCAC.

6. Efektivitas Implementasi Kebijakan Anti-Korupsi,

dilakukan melalui beberapa strategi yaitu: a. Optimalisasi penanganan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan eksekusi kasus tindak pidana korupsi; b. Optimalisasi pelaksanaan kerjasama luar negeri mutual legal assistance dalam pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi yang berada di luar negeri; c. Menguatkan mekanisme koordinasi dan monitoring evaluasi Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Stranas PPK guna meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan anti korupsi di KL dan Pemda.

7. Pencegahan Korupsi, dilakukan melalui beberapa

strategi yaitu: a. Optimalisasi program pendidikan anti korupsi untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman anti-korupsi masyarakat; b. Optimalisasi program pendidikan anti korupsi untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman anti-korupsi penyelenggara negara.

8. Penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan HAM

Upaya untuk meningkatkan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM dilaksanakan melalui: a. Harmonisasi dan Evaluasi Peraturan Terkait HAM, dilakukan melalui beberapa strategitahapan: i Melakukan harmonisasi dan RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-19 sinkronisasi ketentuan konstitusi dan Konvensi Internasional dalam peraturan perundang-undangan nasional; ii Melakukan penyempurnaan parameter HAM dalam penyusunan produk hukum di daerah; iii Melakukan optimalisasi mekanisme pengujian peraturan daerah yang berperspektif HAM dan gender; iv Menguatkan mekanisme pemantauan dan evaluasi perundang-undangan responsif gender secara terintegrasi dan tersinkronisasi; v Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM perancang peraturan perundang-undangan yang responsif gender. 9. Penegakan HAM, dilakukan melalui beberapa strategitahapan: a. menguatkan peran NHRI national human rights institution b. menyempurnakan dokumen RANHAM mencakup kejelasan tujuansasaranvisi misi dan proses penyusunan aksi; c. Menguatkan Sekretariat RANHAM di Pusat dan Daerah mencakup penguatan SOP dan mekanisme monitoring dan evaluasi; d. Menguatkan koordinasi penanganan pengaduan pelanggaran HAM; e. Menguatkan mekanisme mediasi penanganan pengaduan pelanggaran HAM. 10. Optimalisasi Bantuan Hukum dan Layanan Peradilan bagi Masyarakat, dilakukan melalui beberapa strategitahapan: a. Melakukan sosialisasi mekanisme penyaluran dana bantuan hukum hingga ke tingkat daerah; b. Menguatkan institusi penyelenggara bantuan 8-20 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR hukum; c. Menguatkan kapasitas Organisasi Bantuan Hukum OBH Pemberi Bankumcalon Pemberi Bankum; d. Menyempurnakan mekanisme penyaluran dana bantuan hukum di pusat dan daerah yang mencakup pembentukan struktur organisasi penyelenggaraan bantuan hukum; e. Mengembangkan mekanisme kerjasama antara aparat penegak hukum dan penyelenggara bantuan hukum, yang mencakup: i Informasidatabase mengenai OBH maupun bantuan hukum bagi orangkelompok orang yang berperkara di pengadilan; ii Kerjasama pemanfaatan fasilitas di pengadilan dalam penyelenggaraan bantuan hukum; iii Mekanisme koordinasi penyelenggaraan bantuan hukum; dan iv Mekanisme pendanaan bantuan hukum di daerah f. Melakukan monitoring dan evaluasi serta pengawasan penyelenggaraan bantuan hukum di daerah g. Mendorong Pemda untuk bekerjasama memberikan kontribusi pendanaan dan penyelenggaraan bankum di daerah

11. Penanganan Kekerasan

Terhadap Perempuan, dilakukan melalui beberapa strategitahapan: a. Menguatkan mekanisme koordinasi aparat penegak hukum dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan; b. Menguatkan mekanisme tindak lanjut penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan; c. Menguatkan mekanisme perlindungan korban perempuan; d. Meningkatan pemahaman dan koordinasi aparat RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG HUKUM DAN APARATUR 8-21 penegak hukum dan pihak terkait LPSK, Komnas Perempuan, dan lembaga bantuan hukum lainnya dalam perlindungan korban perempuan.

12. Pendidikan HAM, dilakukan melalui beberapa

strategitahapan: a. Menyusun kurikulum HAM yang mengakomodasi materi tentang gender, kelompok difabel, kelompok miskin, kelompok minoritas dan terpinggirkan pada pendidikan aparat penegak hukum pada setiap tahapan proses hukum; b. Menyusun kurikulum HAM pada pendidikan dan pelatihan aparat penegak hukum terpadu; c. Memasukkan materi penguatan perspektif, termasuk perspektif gender, pada kurikulum dan pelatihan jenjang karir hakim, jaksa dan kepolisian; d. Menyusun panduan atau pedoman bagi aparat penegak hukum dan lembaga terkait dalam setiap proses peradilan yang responsif gender dan memperhatikan upaya perlindungan terhadap perempuan;

e. Melakukan sinkronisasi dan sinergi fungsi

penelitian, pengkajian dan kerjasama HAM pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat sipil dan swasta, yang dapat juga diarahkan untuk pendidikan HAM di luar aparat penegak hukum.

8.1.4 Kerangka Pendanaan

Adapun kerangka pendanaan dari kegiatan pembangunan bidang hukum dan HAM, berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN.

8.1.5 Kerangka

Regulasi dan Kerangka Kelembagaan Dalam rangka mewujudkan arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang hukum dan HAM, maka dibutuhkan langkah-langkah penataan regulasi sebagai berikut:

1. Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP

dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP Ketentuan KUHP dan KUHAP sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat saat ini. Beberapa 8-22 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG HUKUM DAN APARATUR permasalahan dalam ketentuan KUHAP bertentangan dengan perkembangan hukum pidana kontemporer maupun peraturan perundang-undangan di luar KUHAP yang mengatur mengenai penanganan tindak pidana. Ketidakharmonisan ketentuan KUHAP dengan peraturan perundang-undangan lainnya seringkali menimbulkan konflik kewenangan antara aparat penegak hukum maupun bolak balik berkas perkara, yang mengakibatkan tidak terpadunya sistem peradilan pidana. Sehingga, diperlukan pembahasan revisi KUHAP dalam rangka pelaksanaan sistem peradilan pidana yang terpadu. Pembahasan revisi KUHP dan KUHAP ini perlu ditingkatkan lagi baik di tingkat Pemerintah maupun DPR.

2. Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

KUHPer dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata KUHAPer Ketentuan hukum perdata dan hukum acara perdata yang mengatur hubungan keperdataan, utamanya dalam transaksi ekonomi dan kontraktual, telah tidak sesuai dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang kian pesat. Sehingga, dibutuhkan pembahasan revisi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPer dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata KUHAPer yang yang memperhitungkan tuntutan aktifitas ekonomi di regional dan internasional. Serta perlu pula dilakukan harmonisasi komponenprinsip hukum kontrak negara- negara ASEAN dalam rangka menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN. Pembahasan ini dapat diawali dengan penyusunan kajian naskah akademik revisi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPer dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata KUHAPer.

3. Kajian dan Harmonisasi Kelembagaan Aparat

Penegak Hukum Pelaksanaan penegakan hukum seringkali menemui kendala dalam pelaksanaan koordinasi antara aparat penegak hukum. Minimnya koordinasi ini bahkan sering berakibat pada timbulnya konflik antar aparat penegak hukum dan egosektoral yang mengakibatkan kualitas penegakan hukum memburuk. Sehingga, dibutuhkan revisi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan