Permasalahan dan Isu Strategis
11-2 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL lebih baik, dilakukan upaya perbaikan, salah satunya
dilakukan melalui evaluasi terhadap pelaksanaan. Evaluasi paruh waktu atas RPJMN 2010-2014 telah dilakukan dan
diharapkan dapat memberikan gambaran bagi persiapan penyusunan RPJMN 2015-2019.
Menurut hasil evaluasi yang telah dilakukan, beberapa kondisi yang mempengaruhi kualitas hasil perencanaan pembangunan
adalah; i kurangnya kejelasan tujuan, target, dan sasaran sehingga menyulitkan pengukuran kinerja; ii belum
optimalnya proses pengintegrasian, sinkronisasi dan sinergi antardaerah, antarruang, antarwaktu, dan antarfungsi
pemerintah, serta antara pusat dan daerah; iii belum optimalnya keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; serta iv belum optimalnya integrasi keterkaitan dan konsistensi antara
pencapaian tujuan pembangunan nasional RPJMN dan RKP dengan tujuan pembangunan yang dilaksanakan oleh masing-
masing fungsi pemerintahan baik di tingkat pusat RenstraRenja KementerianLembaga maupun daerah
RPJMDRKPD Renstra SKPD.
Dalam dimensi kewilayahan, terdapat permasalahan, antara lain:
1 lambatnya
penyelesaian dokumen
rencana pembangunan dan tata ruang di daerah; 2 masih sulitnya
konversi lahan di daerah untuk kegiatan pembangunan serta investasi; 3 belum memadainya penyediaan infrastruktur
dalam mendukung penguatan konektivitas nasional dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat dalam menunjang
kegiatan ekonomi dan mobilitas; 4 regulasi pusat dan daerah yang masih tumpang tindih dan mengakibatkan ekonomi biaya
tinggi; 5 struktur birokrasi yang masih gemuk dan kurang transparan serta akuntabel; 6 difusi teknologi dan transfer
pengetahuan masih berjalan lambat karena kapasitas sumber manusia di daerah yang masih rendah; 7 rendahnya akses
dan kualitas pelayanan kesehatan di semua wilayah; dan 8 masih rendahnya kualitas data dari daerah, terutama yang
berkaitan dengan dana transfer yang dibutuhkan untuk pengalokasian Dana Alokasi Khusus DAK.
Untuk mendukung perencanaan pembangunan nasional dan juga perumusan kebijakan, pemantauan, maupun evaluasi
pembangunan, data dan informasi statistik secara resmi digunakan Pemerintah sebagai rujukan. Data dan informasi
statistik berkualitas tersebut tidak saja menjadi rujukan Pemerintah, tetapi juga dibutuhkan oleh kalangan swasta dan
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 | SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
11-3 masyarakat untuk pengembangan usaha maupun beragam
kebutuhan lainnya. Dalam menyediakan data dan informasi yang berkualitas,
Badan Pusat Statistik BPS sebagai penyedia statistik resmi di Indonesia menghadapi beberapa permasalahan. Dengan
pesatnya perkembangan otonomi daerah dan pemekaran wilayah, memberi dampak langsung pada BPS yang
merupakan KementerianLembaga vertikal, antara lain adalah adanya provinsikabupatenkota yang belum memiliki kantor
perwakilan beserta perangkatnya, termasuk SDM. Adapun kepedulian masyarakat terhadap pentingnya data dan
informasi statistik, merupakan faktor penunjang bagi penyediaan data yang berkualitas, yang tercermin dari respon
rate dan jawaban yang diberikan responden. Survei terhadap perusahaan memiliki respon rate yang masih rendah.
Selain permasalahan tersebut, penyelenggaraan kegiatan statistik menghadapi beberapa tantangan yang disebabkan
oleh perkembangan globalisasi yang menuntut penentuan metodologi yang tepat dalam pelaksanaan survei, yaitu: 1
arus barang dan jasa bergerak sangat cepat dan dalam jumlah besar; 2 mobilitas pergerakan manusia antar negara yang
berjalan cepat; dan 3 tidak ada lagi sekat antar wilayah.
Sistem pengadaan barang dan jasa memiliki peran strategis untuk mendukung manajemen pembangunan nasional secara
efektif, utamanya dalam upaya efisiensi belanja negara, pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel,
penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat, dan tentu saja upaya peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan bebas KKN.
Dalam pelaksanaannya, pengelolaan pengadaan barangjasa pemerintah masih menghadapi berbagai permasalahan
diantaranya: 1 Masih adanya disharmonisasi peraturan pengadaan barangjasa dengan peraturan perundangan
sektoral lainnya, misalnya saja peraturan di bidang keuangan daerah, serta kepastian hukum yang lemah yang diakibatkan
belum adanya pengaturanregulasi yang dapat memberikan kekuatan memaksa maupun legal standing yang lebih kuat
terhadap peraturan perundangan lainnya yang terkait; 2 Kekuatan sistem pengadaan barangjasa pemerintah sebagai
motor pengerak pembangunan belum mampu mempercepat penyerapan anggaran pemerintah; 3 Sebagian besar KLDI
belum
membentuk ULP.
Hal ini
menghambat
11-4 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL kelancaranefektivitas
proses pengadaan;
4 Belum
memadainya kompetensi sumber daya manusia dalam mengelola pengadaan barangjasa pemerintah sejalan dengan
makin kompleksnya proses pengadaan; 5 Belum optimalnya penerapan sistem pengadaan secara elektronik. Hal ini
ditandai dengan: a belum seluruh paket pengadaan dilakukan secara elektronik; b system e-procurement e-
tendering yang ada belum seluruhnya berlangsung secara elektronik; c cakupan produk dalam sistem e-catalogue
masih terbatas; 6 Infrastruktur pendukung yang berkualitas dan memadai seperti penerapan teknologi informasi dan
telekomunikasi sebagai sarana untuk mengimplementasikan e-procurement masih belum sepenuhnya tersedia secara
merata; dan 7 Integritas dan profesionalisme pejabat pengelola pengadaan belum optimal. Hal ini ditandai dengan
masih banyaknya kasus penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengadaan barangjasa pemerintah.
Untuk mendukung pelaksanaan manajemen pembangunan nasional secara efektif dan mencapai sasaran pembangunan
sebagaimana yang sudah ditetapkan, upaya perbaikan yang dilakukan
Pemerintah antara
lain melalui:
1 Penyempurnaanpenyusunan sosialisasi regulasi pengadaan;
2 Pengembangan
sumber daya
manusia pengelola
pengadaan dengan mengimplementasikan Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan; 3 Pengembangan kelembagaan
layanan pengadaan dengan membentuk Unit Layanan Pengadaan ULP; 4 Pengembangan sistem e
–Procurement dan e-Purchasinge-Catalogue; 5 Pengembangan sistem
perencanaan pengadaan dan sistem monitoringevaluasi pengadaan; serta 6 Pemberian bimbingan teknis, advokasi
dan bantuan hukum di bidang pengadaan barangjasa pemerintah.
Hingga tahun 2013, upaya penyempurnaanpenyusunan regulasi pengadaan barangjasa pemerintah, telah dilakukan
melalui penetapan: 1 Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan BarangJasa Pemerintah; 2 Perpres No. 84 Tahun 2012 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah dalam
Rangka Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; dan 3 Perka LKPP No. 13 Tahun 2013 tentang
Tatacara Pengadaan BarangJasa di Desa.
Profesionalisme SDM pengelola pengadaan barangjasa terus
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 | SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
11-5 ditingkatkan seiring dengan telah ditetapkannya: 1
PermenPAN dan RB No. 77 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan BarangJasa Pemerintah; 2
Peraturan Bersama Kepala LKPP dan Kepala BKN No. 1 Tahun 2013 dan No. 14 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 77 tahun 2012 tentang Jabatan
Fungsional Pengelola Pengadaan BarangJasa; 3 Perka LKPP No. 14 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Formasi
Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan BarangJasa; dan 4 Perka LKPP No. 15 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis
Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan BarangJasa Melalui Mekanisme Penyesuaian Inpassing.
Dalam rangka
pengembangan kelembagaan
layanan pengadaan, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 130 ayat
1 Perpres 542010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, ULP wajib dibentuk KementerianLembaga
Pemerintah DaerahInstansi Lainnya KLDI paling lambat pada tahun anggaran 2014. Untuk itu, LKPP telah melakukan
sosialisasi, konsultasi, dan fasilitasi pembentukan ULP secara intensif. Sampai dengan bulan Februari 2014 telah terbentuk
sebanyak 290 ULP di KLDI, dengan rincian sebagaimana terlihat dalam Gambar 11.1 berikut.
11-6 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
GAMBAR 11.1 JUMLAH ULP YANG TERBENTUK DI KEMENTERIANLEMBAGAPEMERINTAH
DAERAHINSTANSI LAINNYA
Sumber: Direktorat Pengembangan Profesi LKPP, per Februari 2014
Pengembangan e-Procurement melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik LPSE dan e-Purchasinge-Catalogue
dilakukan guna
mewujudkan penyelenggaraan
proses pengadaan barangjasa pemerintah yang lebih transparan,
efisien, terbuka, bersaing, adil dan tidak diskriminatif. Hasil- hasil yang telah dicapai hingga 2013 antara lain: 1 telah
terbentuk 602 LPSE yang melayani 33 provinsi, 773 instansi serta 318.369 penyedia barangjasa; 2 telah terlaksana
sebanyak 256.151 paket pengadaan secara elektronik senilai Rp 471,5 triliun; 3 telah dibangun sistem aplikasi e-catalogue
untuk kendaraan bermotor, internet service provider, alat dan mesin pertanian, obat generik dan alat kesehatan, sarana
bahan pabrikasi hot-mix dan ready mix, serta peralatan berat; 4 meningkatnya kualitas layanan e-procurement dengan
telah terstandardisasinya 99 LPSE.
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 | SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
11-7 GAMBAR 11.2
PERKEMBANGAN JUMLAH PAKET DAN NILAI PAGU PENGADAAN MELALUI LPSE 2008-2013
Sumber: Smart Report LPSE LKPP, 2013
Kinerja implementasi pengadaan secara elektronik telah memberikan dampak signifikan berupa efisiensi penggunaan
anggaran belanja negara dalam beberapa tahun terakhir. Dengan e-procurement, rata-rata penghematan anggaran
dalam pengadaan barangjasa pemerintah hingga akhir 2013 mencapai 10,86 persen atau sebesar Rp 44,8 triliun.
Perkembangan efisiensi pengadaan melalui LPSE disajikan pada Gambar 11.3 berikut.
11-8 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013
SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
GAMBAR 11.3 PERKEMBANGAN NILAI EFISIENSI PENGGUNAAN
ANGGARAN PENGADAAN 2008-2013 DALAM MILIAR RUPIAH
Sumber: Smart Report LPSE LKPP, 2013
Upaya pengembangan sistem perencanaan pengadaan telah dilakukan melalui pengembangan aplikasi Sistem Rencana
Umum Pengadaan SiRUP berbasis web. Aplikasi ini menjadi mediasarana komunikasi untuk memudahkan masyarakat
dalam mengakses informasi yang menyangkut pengadaan barangjasa secara nasional. Sementara upaya pengembangan
sistem monitoringevaluasi pengadaan dilakukan melalui pengembangan aplikasi monitoring dan evaluasi pengadaan
barangjasa secara online. Aplikasi ini akan mempermudah pelaporan bagi pengguna, antara lain mengetahui rencana dan
realisasi paket pengadaan.
Dalam upaya mengurangi penyimpangan dalam pengadaan barangjasa, LKPP memberikan bimbingan teknis, advokasi
dan bantuan hukum di bidang pengadaan barangjasa pemerintah. Hasil-hasil yang telah dicapai pada tahun 2013,
antara lain: 1 implementasi Whistleblowing System dalam pengadaan barangjasa pemerintah dengan ditetapkannya
Perka LKPP No. 10 Tahun 2013 tentang Whistleblowing System dalam Pengadaan BarangJasa; 2 pemberianpelayanan
keterangan ahli sebanyak 316 kasus; 3 rekomendasi sengketa kontrakaudit sebanyak 132 kasus; 4 pemberian
6,6 519,0
1.386,7 4.474,6
16.758,4 21.646,7
0,0 5.000,0
10.000,0 15.000,0
20.000,0 25.000,0
2008 2009
2010 2011
2012 2013
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 | SISTEM PENDUKUNG MANAJEMEN PEMBANGUNAN NASIONAL
11-9 layanan konsultasi pengadaan kepada 9.373 pihak; dan 5
layanan bimbingan teknis pengadaan kepada 35 pihak. Berdasarkan permasalahan, hasil evaluasi, maupun capaian
yang telah diraih sebelumnya, serta memperhatikan peran strategis sistem pengadaan barangjasa pemerintah dalam
mendukung manajemen pembangunan nasional secara efektif, maka upaya perbaikan sistem pengadaan barangjasa
pemerintah
menuju implementasi
sistem pengadaan
barangjasa pemerintah yang transparan, profesional dan berintegritas, serta terkendali risikonya, perlu terus dilakukan.