Kerangka Kerangka Perubahan Iklim

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG 1-61 bidang dalam dokumen perencanaan pembangunan perlu dilaksanakan terlebih dahulu. Kegiatan REDD+ dilaksanakan utamanya melalui kegiatan kementerian dan lembaga, termasuk satuan kerja pemerintah daerah dan dapat didukung oleh kegiatan dari dunia usaha dan lembaga swadaya masyarakat. Kerangka Kelembagaan: Penanganan perubahan iklim menuntut koordinasi yang erat antar pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan swasta. Di tingkat pusat, terdapat Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri PPNKepala Bappenas No. KEP.38M.PPNHK032012 tanggal 1 Maret 2012. Tim tersebut terdiri atas: 1 Kelompok Kerja Bidang Pertanian, yang beranggotakan Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Pusat Statistik, dan Kementerian PPNBappenas, 2 Kelompok Kerja Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut, yang beranggotakan Kementerian Kehutanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Kementerian PPNBappenas, Bakosurtanal, Badan Pertanahan Nasional, dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; 3 Kelompok Kerja Bidang Energi, Transportasi, dan Industri, yang beranggotakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian PPNBappenas, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kementerian Riset dan Teknologi, PT. PLN, Badan Pusat Statistik, dan Dewan Energi Nasional; 4 Kelompok Kerja Bidang Pengelolaan Limbah yang beranggotakan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lignkungan Hidup, BPPT, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian PPNBappenas; 5 Kelompok Kerja Bidang Pendukung Lainnya dan Lintas Bidang, yang beranggotakan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian PPNBappenas, Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Dalam Negeri; dan 6 Kelompok Kerja Bidang Adaptasi Perubahan Iklim, yang beranggotakan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian PPNBappenas, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Kementerian 1-62 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, Badan Penanggulangan Bencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Bencana Nasional, dan Kementerian Pekerjaan Umum. Ke depan, diperlukan penataan fungsi dan kewenangan berbagai lembaga yang menangani perubahan iklim, untuk mensinergikan dan mengoptimalisasikan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perubahan iklim, serta menjawab tantangan dunia internasional.

1.2.3 Pembangunan Kelautan Berdimensi Kepulauan

1.2.3.1 Permasalahan

dan Isu Strategis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 70 persen wilayahnya berupa laut dan memiliki 17.504 pulau masih belum memanfaatkan kekayaan yang terkandung di dalamnya secara optimal. Selama ini pengelolaan kelautan termasuk pulau-pulau di dalamnya masih terbatas, baik dari sisi penguatan dan eksistensi NKRI, penanganan kesejahteraan masyarakat terutama di pulau-pulau kecil dan terluar; maupun pemanfaatan ekonomi isi laut dan kandungan di dalam dan di dasar laut. Indonesia sebagai negara kepulauan berbatasan di laut dengan 10 negara tetangga Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand, Vietnam, Australia, India, Papua Nugini, Timor Lesle, Palau. Sampai saat ini batas laut dengan negara tetangga yang berhasil diselesaikan adalah dengan Papua Nugini. Sedangkan dengan yang lainnya masih dalam taraf perundingan. Berbagai permasalahan yang masih dihadapi dalam pengelolaan wilayah laut Indonesia, antara lain adalah: 1 belum efektifnya pengelolaan dan penanganan pulau-pulau kecil, terutama untuk eksistensi dan kesejahteraan masyarakat; 2 penyelesaian tata batas laut dan tata ruang serta belum selesainya rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sampai dengan 2013, hanya 3 provinsi dan 9 kabupatenkota yang telah menetapkan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; 3 masih lemahnya pengawasan aktifitas pembangunan di laut, belum optimalnya koordinasi lintas kementerianlembaga dalam pengawasan laut, serta belum efektifnya penegakan hukum menyebabkan masih maraknya illegal fishing, kerusakan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG 1-63 lingkungan maupun polusi laut; 4 belum optimalnya konektivitas laut penghubung antar pulau-pulau kecil dan antara pulau besar dengan pulau kecil; dan 5 belum tercapainya sasaran luasan kawasan konservasi perairan.

1.2.3.2 Sasaran

Peningkatan jaringan sarana dan prasarana dalam mendukung konektifitas laut. Adapun sasaran kegiatan ini adalah: 1 penambahan penyediaan 10 kapal laut perintis; 2 pembangunanrehabilitasi 26 pelabuhan laut perintis; dan 3 penyediaan 80 lintas subsidi perintis angkatan laut. Peningkatan dan penguatan sumber daya manusia, Iptek, wawasan dan budaya bahari, dengan sasaran: 1 pengembangan pilot project pemanfaatan sumber daya kelautan; 2 penyediaan tenaga kerja terdidik kelautan dan perikanan 6.250 orang dan terlatih sebanyak 15.000 orang; dan 3 meningkatnya wawasan bahari. Penetapan batas wilayah NKRI, aset-aset dan peningkatan tata kelola serta perecepatan penyusunan zonasi untuk mendukung pengelolaan wilayah pesisir. Sasaran: 1 penyusunan Roadmap dan rencana aksi pembangunan kelautan; 2 meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam pengelolaan laut dan kawasan konservasi laut, termasuk memperkuat dan mengembangkan kerjasama regional maupun Internasional dalam pengelolaan wilayah laut, seperti program Coral Reef Triangle CTI, Sulu-Sulawesi Marine Ecoregion SSME, Mangrove for the Future dan sebagainya; 3 penyelesaian tata batas dengan 9 negara Malaysia, Singapura, Thailand, India, Australia, Vietnam, Filipina, Palau, Timor Leste melalui perundingan perbatasan laut; 4 penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupatenkota; dan 5 Meningkatnya ketersediaan data dan informasi geospasial kelautan dan wilayah pantai sebanyak 78 NLP. Peningkatan pengawasan sumber daya kelautan dan penegakan hukum di laut, melalui: 1 meningkatnya ketaatan pelaku usaha kelautan terhadap peraturan perundangan sebesar 45 persen dan pelaku usaha perikanan sebesar 85 persen; 2 meningkatnya jumlah tindak pidana kelautan dan perikanan illegal fishing yang diselesaikan sebanyak 80 persen. Mengoptimalkan pemanfaatan keekonomian bioresources