RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI
3-61 jaminan sosial apapun. Hal ini dikarenakan program jaminan
sosial yang berbasis asuransi belum dapat memfasilitasi penduduk yang tidak memiliki identitas. Kepesertaan di
kalangan sektor informal non miskin juga cukup sulit untuk ditingkatkan. Saat ini belum ada strategi penegakkan
peraturan, penjangkauan, dan penarikkan iuran jaminan sosial yang cukup handal untuk menjamin kepesertaan
penduduk pada sektor ekonomi informal.
Permasalahan berikutnya adalah rendahnya kualitas layanan kesehatan. Hal
ini antara
lain disebabkan
belum sempurnanya pengaturan rujukan antar faskes, serta
penentuan tarif layanan JKN yang belum mengarah pada harga keekonomian. Pada sisi manfaat, saat ini JKN hanya
menyediakan manfaat dasar yang belum memfasilitasi masyarakat dengan kebutuhan kesehatan khusus a.l:
penyandang disabilitas atau lansia. Kendala tersebut dapat diatasi dengan skema coordination of benefit CoB atau
koordinasi manfaat yang memungkinkan kerjasama BPJS dengan asuransi swasta yang menyediakan manfaat
tersiertambahan, namun saat ini mekanismenya belum tersedia.
Kemudian, tantangan
yang terkait
jaminan sosial
ketenagakerjaan adalah sulitnya penerapan jaminan pensiun pada pekerja informal atau bukan penerima upah. Sistem
pensiun yang dibangun dalam SJSN diproyeksikan hanya untuk pekerja sektor formal. Skema anuitas dengan manfaat
pasti tidak memungkinkan dilaksanakan pada kelompok pekerja bukan penerima upah. Padahal komposisi pekerja
bukan penerima upah saat ini cukup besar pada perekonomian Indonesia. Hal ini berarti kelompok penduduk
ini akan menghadapi resiko finansial yang cukup besar saat mereka memasuki lanjut usia.
Tantangan terakhir
adalah untuk
mepertahankan kesinambungan finansial BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Pendaftar baru JKN cenderung pada kelompok penduduk yang status kesehatannya lebih buruk
atau sedang sakit. Hal ini menimbulkan masalah adverse selection
yang mengakibatkan
meningkatnya resiko
keuangan kesehatan yang dihadapi peserta JKN secara tidak proporsional. Apabila ini terus berlangsung, jumlah iuran
yang dikumpulkan berpotensi tidak dapat mencukupi tanggungan klaim layanan kesehatan. Pada jaminan sosial
ketenagakerjaan
tantangan kesinambungan
finansial
3-62 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015
BIDANG EKONOMI terutama pada jaminan pensiun yang menggunakan sistem
manfaat pasti defined benefit. Kegagalan BPJS untuk menjaga kessinambungan finansial akan membebani resiko
fiskal yang besar bagi Pemerintah.
3.2 Sasaran Bidang Tahun 2015
3.2.1 Keuangan Negara Berdasarkan masalah dan tantangan yang akan dihadapi
bidang keuangan negara pada tahun 2015, kebijakan fiskal tahun 2015 tetap mempertimbangkan kebijakan fiskal yang
berlanjut sustainable dan dengan tetap mendukung stimulus fiskal. Untuk itu, sasaran yang akan dicapai adalah:
i optimalisasi sumber-sumber penerimaan negara; ii peningkatan kualitas belanja negara; iii pengendalian
defisit anggaran pada batas yang aman; dan iv pengendalian beban utang untuk menjaga sustainabilitas
utang Pemerintah.
Sasaran optimalisasi sumber-sumber penerimaan negara akan dicapai antara lain melalui reformasi administrasi
perpajakan secara
komprehensif dan
optimalisasi Penerimaan
Negara Bukan
Pajak PNBP.
Sasaran peningkatan kualitas belanja negara akan dicapai melalui
penyempurnaan perencanaan
penganggaran negara,
peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran negara, dan peningkatan kualitas pengelolaan desentralisasi fiskal dan
keuangan daerah.
Sasaran penurunan
rasio utang
pemerintah akan dicapai melalui peningkatan pengelolaan pembiayaan anggaran.
Dengan arah kebijakan fiskal tersebut, pendapatan negara dan hibah pada tahun 2015 diperkirakan lebih tinggi dari
tahun sebelumnya. Demikian juga dengan belanja negara yang juga diperkirakan meningkat dari tahun sebelumnya.
Dengan perkiraan pendapatan negara dan belanja negara tersebut, ketahanan fiskal yang mampu memberikan
dorongan terhadap perekonomian diperkirakan tetap terjaga. Terkait dengan masih tingginya beban subsidi
sebagai dampak tinginya harga minyak dunia dan melemahnya nilai tukar serta percepatan pembangunan
infrastruktur, defisit APBN 2015 diperkirakan masih cukup tinggi, lebih tinggi dari tahun sebelumnya, namun masih
dalam batas aman keuangan negara.
Sementara itu untuk pembiayaan defisit, kebijakan diarahkan dalam rangka pengendalian beban utang untuk
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI
3-63 menjaga sustainabilitas utang Pemerintah. Dengan kebijakan
tersebut, rasio utang pemerintah terhadap PDB akan tetap dijaga pada kisaran dibawah 30,0 persen.
3.2.2 Stabilitas Harga
dan Nilai Tukar
Sesuai dengan sasaran petumbuhan ekonomi 2015 dan asumsi makro lainnya serta berlangsungnya perbaikan
ekonomi global di tengah berlanjutnya proses konsolidasi ekonomi domestik yang mengarah kepada kondisi yang lebih
seimbang, inflasi pada tahun 2015 ditargetkan berada pada kisaran
3,0 – 5,0 persen, serta nilai tukar diasumsikan berada
pada kisaran Rp.11.500 – Rp. 12.000
per dolar AS.
3.2.3 Investasi
Dengan mempertimbangkan berbagai permasalahan di bidang investasi tersebut di atas, maka sasaran yang hendak
dicapai dalam tahun 2015 adalah:
i meningkatnya investasi berupa PMTB sebesar
4,7-6,1 persen; ii meningkatnya investasi PMDN sebesar 13,3
persen dan PMA dalam USD sebesar 7,4 persen; serta
iii menurunnya waktu dan jumlah prosedur untuk memulai usaha menjadi 5 hari dan 5 prosedur.
3.2.4 Perdagangan
Perdagangan Dalam Negeri Sasaran yang hendak dicapai dalam bidang perdagangan
dalam negeri di tahun 2015 adalah:
i menurunnya rasio biaya logistik terhadap PDB
menjadi 23,6 persen; ii menurunnya dwelling time menjadi 6 hari; serta
iii terjaganya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu di bawah 9 persen.
Perdagangan Luar Negeri Sasaran yang hendak dicapai dalam bidang perdagangan luar
negeri di tahun 2015 adalah pertumbuhan ekspor non-migas sebesar 6,5 persen dan meningkatnya rasio ekspor jasa
terhadap PDB menjadi sebesar 3,1 persen.
3.2.5 Kerjasama
Ekonomi Internasional
Sasaran bidang kerjasama ekonomi internasional adalah: i meningkatnya pemanfaatan skema kerjasama ekonomi, yang
ditandai oleh meningkatnya Surat Keterangan Asal SKA Ekspor yang menggunakan form skema FTACEPA; ii
meningkatnya tingkat persiapan masyarakat dan pemerintah