Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN
7-5 melibatkan sekitar 16.000 prajurit yang dilaksanakan di
Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat selama 40 hari. Konsepsi kesejahteraan prajurit tersebut, di Indonesia
dikelompokkan dalam 4 komponen yaitu pendapatan minimal, perumahan, kesehatan dan purna tugas Permenhan No.:
Per23MXII2007 tentang Doktrin Pertahanan Negara Republik Indonesia. Untuk komponen gaji, kesehatan, dan
pensiun sudah dipenuhi disamakan dengan aparatur negara lain. Sementara untuk perumahan prajurit, khususnya untuk
keperluan dinas, diperlukan perlakukan khusus mengingat mobilitas prajurit yang cukup tinggi dibandingkan dengan
aparatur negara yang lainnya. Pada tahun 2013, ketersediaan perumahan prajurit baru mencapai 272.908 unit sementara
secara ideal jumlah prajurit yang berhak untuk menempati rumah dinas sebanyak 474.570 orang. Kondisi ini diperparah
dengan banyaknya rumah dinas yang masih dihuni orang yang tidak berhak seperti purnawirawanwirakawuri, keluarga dan
lainnya yang jumlahnya mencapai 34.388 unit.
7.1.3 Kepercayaan
Masyarakat Terhadap Polisi
Sebagai alat negara yang berkewajiban memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan,
pengayoman; Polri
juga berkewajiban
memberikan pelayanan
terbaik kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri kamdagri. Oleh karena itu, kebijakan peningkatan
profesionalisme Polri dilakukan melalui pembinaan kinerja Polri dengan meningkatkan kompetensi pelayanan inti,
manajemen
operasional, pengembangan
sumber daya
organisasi dan manajemen perilaku, termasuk penerapan program quick win” oleh Polri sampai ke tingkat Polres di
seluruh wilayah NKRI. Dalam periode 2010 – 2014, Polri telah
melakukan penambahan sebanyak 50.000 anggota Polri untuk mencapai tingkat rasio dengan masyarakat menjadi 1 : 575.
Rekrutmen personil Polri dilakukan secara transparan dan telah mendapat sertifikat manajemen mutu ISO 9001:2008.
Dalam hal penuntasan penanganan tindak kejahatan, selama tahun 2010 sampai dengan Juni 2013 rata-rata terselesaikan
lebih dari 55 untuk semua kejahatan yang dikategorikan sebagai kejahatan konvensional, kejahatan transnasional,
kejahatan terhadap kekayaan negara, dan kejahatan yang berimplikasi kontijensi. Sementara itu, pelanggaran anggota
Polri baik dalam bidang tata tertib, disiplin, pidana, etika profesi, maupun pemberhentian tidak hormat menunjukkan
kecenderungan menurun.
7-6 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015
BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN Sebagai salah satu bagian proses reformasi, Kepolisian Negara
Republik Indonesia Polri telah menjadi institusi yang mandiri dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sejak 1
April 1999. Polri yang sebelumnya disubordinasi oleh militer kini dituntut menjadi kekuatan sipil negara yang melindungi
jiwa, harta benda dan hak rakyat Indonesia serta tugas dan tanggungjawabnya dengan kemampuan teknis profesional
yang khusus. Kemampuan profesional tersebut antara lain intelijen kepolisian, reserse, satuan bhayangkara, lalu lintas,
dan brigade mobil yang didukung pula dengan teknologi kepolisian seperti laboratorium kriminil, identifikasi kriminil,
komunikasi elektronik, serta manajemen kepolisian yang dibarengi dengan kualitas sumber daya manusia dan
dukungan anggaran. Tugas polisi akan jauh lebih mudah jika masyarakat mendukung, bekerjasama, dan mempercayai polisi
sebagai institusi keselamatan publik. Dukungan ini vital karena tugas p
olisi sendiri merupakan ‘the impossible mandate
mandat mustahil , yang mencakup penerapan hukum yang terkadang tidak populer, melindungi dari
kejahatan dari yang ringan, terkejam, sampai dengan yang paling berbahaya, menyelesaikan masalah dari yang ringan
hingga paling berat, melayani kebutuhan publik terlepas dari sikap dan pendirian publik dengan santun, rasa hormat,
profesionalisme dan sikap tidak berpihak Haberfeld, 1998. Kolaborasi masyarakat dengan Polri dalam menciptakan dan
memelihara keamanan dan ketertiban yang efektif hanya dimungkinkan jika Polri tidak terkesan sebagai pelaku
kekerasan, penembakan, atau pemburuan di mata masyarakat. Alih-alih menjadi dekat dan mendukung polisi, dengan kesan
sangar seperti itu, masyarakat akan cenderung merasa awas dan menjaga jarak terhadap polisi. Dukungan masyarakat
terhadap Polri menjadi lebih sulit lagi didapatkan ketika citra yang tertanam di benak publik adalah yang negatif yang pada
gilirannya akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri. Ketidakpercayaan terhadap polisi
terlihat dari banyaknya aksi penyerangan terhadap markas dan anggota Polri. International Crisis Group ICG mencatat
sejak Agustus 2010 - Februari 2012 terdapat 40 aksi penyerangan terhadap markas dan anggota Polisi. Hal ini
merupakan salah satu bukti bahwa pemolisian masyarakat Polmas belum berjalan secara optimal. Fakta ini juga
didukung oleh masih tingginya pelanggaran anggota Polri meskipun kecederungannya semakin menurun. Dalam kurun
waktu tahun 2009
– Juni 2013 sebanyak 79.984 anggota