9-44 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015
BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG bentuk dari e-goverment. Langkah penting
perbaikan kualitas pelayanan publik lainnya adalah pembentukan Layanan Pengadaan Secara
Elektronik LPSE yang bertujuan mengurangi potensi korupsi, kolusi dan nepotisme serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pengadaan barang dan jasa. Tahun 2013, sudah
sebanyak
88 pemerintah
daerah telah
menerapkan LPSE LAN, 2013. Akan tetapi, juga terdapat masalah ketidakmerataan pelayanan
publik di
Indonesia yang
tampak dari
keberagaman rasio jumlah penduduk terhadap jumlah PNS. Sebagai contoh, provinsi Maluku
dan Papua memiliki rasio terendah yaitu 10-22 yang artinya satu PNS memberikan pelayanan
kepada rata rata 10-22 penduduk sementara Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat,
memiliki rasio antara 74-116 yang artinya satu PNS melayani 74 sampai 116 orang.
TABEL 9.7 PEMBENTUKAN PTSP KABUPATENKOTA DAN PROVINSI 2012
Provinsi Total Prov-
Kab-Kota Provinsi
Kabupaten Kota
Total
Nanggroe Aceh Darussalam
24 1
18 5
24 100
Sumatera Utara 34
1 25
8 34
100 Sumatera Barat
20 1
12 7
20 100
Riau 13
1 10
2 13
100 Jambi
12 1
9 2
12 100
Sumatera Selatan 16
1 11
4 16
100 Bengkulu
11 1
9 1
11 100
Lampung 15
1 12
1 14
93 Bangka Belitung
8 1
6 1
8 100
Kepulauan Riau 8
1 5
2 8
100 DKI Jakarta
7 1
- -
- 100
Jawa Barat 27
1 16
9 26
96 Jawa Tengah
36 1
29 6
36 100
D.I. Yogyakarta 6
1 4
1 6
100 Jawa Timur
39 1
29 9
39 100
Banten 9
1 4
4 9
100 Bali
10 1
8 1
10 100
Nusa Tenggara Barat 11
1 8
2 11
100 Nusa Tenggara Timur
22 1
13 1
15 68
Kalimantan Barat 15
1 12
2 15
100 Kalimantan Tengah
15 1
13 1
15 100
Kalimantan Selatan 14
1 12
1 14
100 Kalimantan Timur
15 1
10 4
15 100
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG
9-45
Provinsi Total Prov-
Kab-Kota Provinsi
Kabupaten Kota
Total
Sulawesi Utara 16
1 9
4 14
88 Sulawesi Tengah
12 1
9 1
11 92
Sulawesi Selatan 25
1 20
3 24
96 Sulawesi Tenggara
13 1
10 2
13 100
Gorontalo 7
1 5
1 7
100 Sulawesi Barat
6 1
4 -
5 83
Maluku 12
1 2
- 3
25 Maluku Utara
10 1
3 1
5 50
Papua 30
1 3
1 5
17 Papua Barat
12 1
3 -
4 33
Total 530
1 -
- 463
88
Sumber : LAN, 2013
GAMBAR 9.14 RASIO PNS PENDUDUK DI INDONESIA
Sumber : BKN 2013, diolah
5. Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Daerah a.
Manajemen Sumber Daya Aparatur Negara
Salah satu tantangan terbesar dalam manajemen kepegawaian
Pemerintah daerah
adalah adanya
ketidakseimbangan antara jumlah aparatur negara dengan keterbatasan sumber keuangan. Besarnya jumlah aparatur
negara tersebut, menjadikan beban anggaran belanja pemerintah daerah KabupatenKota juga semakin besar.
Dari sisi lain, untuk kualifikasi pendidikan, sumber daya manusia
aparatur Pemerintah
Daerah mengalami
peningkatan. Untuk PNS Pemerintah Daerah Provinsi, jumlah PNS dengan pendidikan sarjanaDIV dan
pascasarjana S2 dan S3 mengalami peningkatan.
9-46 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015
BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG
GAMBAR 9.15 PNS DAERAH MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN 2005-2013
Sumber: Badan Kepegawaian Negara, diolah, 2013
TABEL 9.8 JUMLAH PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BERDASARKAN PERSENTASE ANGGARAN
BELANJA PEGAWAI TERHADAP TOTAL ANGGARAN BELANJA TAHUN 2011 – 2013
No Kategori Belanja Pegawai
2011 2012
2013 Jumlah
Rasio Jumlah
Rasio Jumlah
Rasio
1. Belanja pegawai lebih dari75
dari anggaran belanja 2.
Belanja pegawai antara 50-75 dari anggaran belanja
3. Belanja pegawai kurang dari 50 dari
anggaran belanja 33
100 33
100 33
100
Jumlah 33
100 33
100 33
100
Sumber : Kementerian Keuangan, 2013 diolah,
TABEL 9.9 JUMLAH PEMERINTAH DAERAH KABKOTA BERDASARKAN PERSENTASE
ANGGARAN BELANJA PEGAWAI TERHADAP TOTAL ANGGARAN BELANJA TAHUN 2011
– 2013
No Kategori Belanja
Pegawai 2011
2012 2013
Jumlah Rasio
Jumlah Rasio
Jumlah Rasio
1.
Belanja pegawai lebih dari 75 dari anggaran belanja
1
2.
Belanja pegawai antara 50- 75 dari anggaran belanja
308 63
305 62
276 56
3.
Belanja pegawai kurang dari 50 dari anggaran belanja
183 37
185 38
215 44
Jumlah 491
100 491
100 491
100
Sumber : Kementerian Keuangan, diolah, 2013
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG
9-47
b. Kapasitas DPRD
Peningkatan kapasitas DPRD baik secara kelembagaan maupun secara individual merupakan syarat mutlak dalam
mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang baik. Pelaksanaan fungsi legislasi dan anggaran APBD memiliki
dampak
langsung terhadap
kesejahteraan dan
perekonomian daerah.
Dampak luas
terhadap kesejahteraan akan lebih terasa terkait dengan pelaksanaan
kinerja fungsi anggaran. Keterlambatan dalam penetapan APBD menyebabkan tertundanya kegiatan pengadaan
barang dan jasa pemerintah yang berdampak pada kelancaran pelayanan kepada masyarakat dan sektor
swasta. Tahun anggaran 2012 terdapat enam provinsi dan 185 kabupatenkota yang mengalami keterlambatan, dan
diantara 185 kabupatenkota tersebut terdapat 16 kabupaten dan satu kota dikenakan sanksi penundaan dana
perimbangan. Dampak kerugian keterlambatan ini sangat besar dimana banyak program kegiatan penting dan
pembangunan proyek-proyek infrastruktur terlambat realisasinya atau bahkan mungkin tidak bisa diselesaikan
tahun ini. Isu strategis lainnya adalah kompetensi dan kematangan politik anggota DPRD dan lemahnya kode etik
profesi, terutama integritas anggota DPRD dalam menegakkan pemerintahan daerah yang bersih dan
profesional.
c. Reformasi Birokrasi
Kebijakan reformasi birokrasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi dilaksanakan secara bertahap di daerah melalui penerbitan Kempenpan dan RB Nomor
96 tahun 2013 tentang Penetapan Pilot Project Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah dan dilaksanakan di 33
Provinsi dan 66 KabupatenKota. Setiap Pemerintah Daerah yang menjadi pilot project membentuk tim
reformasi birokrasi dan menyusun roadmap reformasi birokrasi yang dikukuhkan dengan Peraturan Kepala
Daerah. Pembentukan pilot project ini sangat penting untuk mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi di pemerintah
daerah yang lain.
6. Peningkatan Kapasitas Keuangan Pemerintahan Daerah
9-48 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015
BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG
a. Efektifitas Dana Transfer
Besar alokasi Dana Transfer meningkat setiap tahun, terutama alokasi DAU yang mencapai sekitar 70 persen
dari total Dana Perimbangan. Beberapa permasalahan terkait Dana Transfer antara laim DAK yang membutuhkan
penyempurnaan kebijakan terkait skema DAK yang relatif top-down dan belum mengakomodasi usulan daerah, total
alokasi yang relatif rendah dibandingkan peningkatan cakupan sektor untuk alokasi DAK, serta ketentuan
penggunaan dana transfer DAK yang belum bersifat output- based. Salah satu kebijakan yang akan terus dilanjutkan
adalah pengalihan Dana Dekonsentrasi dan TP ini ke dalam bentuk DAK Dana Alokasi Khusus sebagai amanat dari UU
No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Isu strateis
lainnya adalah belum adanya potret efektivitas Dana Transfer ke Daerah secara keseluruhan mengingat kegiatan
monitoring dan evaluasi untuk dana transfer lebih ditujukan untuk transfer yang bersifat specific transfer
seperti DAK, sementara yang bersifat block grant seperti DAU dan DBH hanya tercakup dalam bagian umum
pertanggungjawaban APBD.
GAMBAR 9.16 PERKEMBANGAN DANA TRANSFER KE DAERAH TAHUN 2008 -2014
Sumber: Kompilasi Nota Keuangan, berbagai tahun
b. Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah
Ketergantungan pemerintah daerah terhadap Dana Transfer ke Daerah tampak pada struktur penerimaan
daerah, di mana PAD umumnya bukan merupakan komponen utama. Kebijakan desentralisasi untuk
peningkatan
kemampuan keuangan
pemerintah daerah dilakukan dengan fokus pengaturan basis