Percepatan Pembangunan Daerah Otonom Baru Kerjasama Antar Daerah

Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG 9-39 Tabanan; 5 KAD JABODETABEKPUNJUR Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; 6 KAD Mamminasata Makassar, Maros dan Sungguminasa; 7 KAD Jonjok Batur Lombok Barat, Kabupaten Tengah, Lombok Timur dan Lombok Utara. GAMBAR 9.13 LOKASI KERJASAMA ANTAR DAERAH DI INDONESIA Sumber : Bappenas, Hasil analisis, 2013

3. Demokrasi Lokal

Demokrasi lokal merupakan pilar penting penopang demokrasi di tingkat nasional sehingga kualitasnya harus ditingkatkan. Secara umum, Indonesia mengalami kemajuan signifikan pada aspek prosedural, namun belum optimal pada aspek substantif. Pencapaian di dalam aspek prosedural dapat dilihat dari penyelenggaraan pemilihan kepala daerah pilkada, penyelenggaraan Pemilu, keberadaan Partai Politik, penegakan fungsi kontrol antar lembaga, dan pengakuan kebebasan sipil. Namun jika menganalisa indikator-indikator substantif, capaian demokrasi masih menemui permasalahan seperti inefisiensi dan inefektivitas pemerintahan daerah, meningkatnya tindak korupsi, pemenuhan pelayanan dasar yang belum optimal, dan lainnya. Adapun isu strategis dalam demokrasi lokal yaitu:

a. Penataan Administrasi Pilkada

Isu strategis pertama adalah meningkatnya konflik 9-40 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG pemilihan Kepala Daerah Pilkada. Pelaksanaan Pilkada langsung sejak tahun 2005 bertujuan membuka ruang partisipasi publik yang semakin luas, namun justru memicu konfllik Pilkada terkait masalah administrasi data pemilih, netralitas penyelenggara Pemilu, serta kurangnya kepatuhan Partai Politik terhadap peraturan. Hingga Agustus 2013, tercatat 75 korban meninggal dan 256 korban terluka, serta pengrusakan 279 unit rumah tinggal, fasilitas umum di 156 lokasi, dan kantor pemerintahan di 56 lokasi. Maraknya konflik Pilkada juga dapat dilihat dari jumlah kasus yang ditangani oleh Mahkamah Konstitusi, yakni 638 gugatan terkait sengketa hasil Pilkada dari tahun 2008 dan hanya 601 kasus yang telah diputus dan berkekuatan hukum tetap. Proses judisialisasi politik ini membawa sejumlah dampak sistemik seperti meningkatnya ketidakpastian politik, terganggunya pemerintahan, semakin mahalnya biaya politik yang harus dikeluarkan calon kepala daerah dan partai politik, serta penurunan tingkat partisipasi pemilih.

b. Peningkatan Kualitas Kebijakan Pemerintah Daerah

Terkait dengan isu ini, dirasakan rendahnya keterwakilan masyarakat dalam proses penetapan kebijakan. Rendahnya keterwakilan kepentingan publik dalam berbagai produk kebijakan tersebut tidak saja menurunkan derajat legitimasi dan akseptabilitas kebijakan dan lembaga-lembaga pemerintah daerah di mata masyarakat tetapi dikhawatirkan dapat memicu konflik vertikal dan horizontal dalam skala besar. Selain itu, isu sinergi eksekutif-legislatif menjadi semakin penting mengingat isu ini berpotensi mengganggu efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.

c. Perbaikan Pelaksanaan Kebijakan Otonomi Khusus

Otonomi khusus pada dasarnya dirancang untuk memberikan perhatian lebih pada masyarakat. Capaian kinerja pemerintah daerah Otonomi Khusus dapat dilihat dari dua sisi, yaitu melalui proses dan capaian sistemik. Dari sisi proses, masih terdapat pelayanan publik yang belum diberikan secara optimal. Sedangkan dari sisi capaian sistemik, beberapa indikator makro seperti IPM dan kondisi kemiskinan menunjukkan belum adanya perubahan yang signifikan.