Investasi Permasalahan Dan Isu Strategis

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI 3-17 walaupun masih ada risiko ke bawah yang antara lain karena lambatnya proses pemulihan ekonomi beberapa negara di kawasan Eropa dan perkembangan krisis Ukraina-Rusia. Sementara itu, pemulihan ekonomi Amerika Serikat terlihat solid yang didorong oleh peningkatan ekspor dan permintaan domestik yang menguat; sedangkan pertumbuhan ekonomi Jepang ditopang oleh investasi swasta dan ekspor seiring dengan pulihnya ekonomi negara mitra dagang Jepang. Selanjutnya, otoritas di sebagian besar negara mengalihkan fokus kebijakan dari pengendalian inflasi ke upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara umum, negara maju tetap mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif meskipun beberapa di antaranya melakukan pengetatan fiskal untuk mengurangi defisit fiskal yang tinggi. Kebijakan-kebijakan yang cenderung akomodatif di negara- negara maju berdampak pada meningkatnya likuiditas di pasar keuangan global, yang selanjutnya meningkatkan arus investasi khususnya ke negara-negara emerging market di kawasan Asia, baik dalam bentuk investasi asing langsung FDI maupun portofolio di pasar modal dan pasar obligasi. Berdasarkan World Investment Prospects 2013-2015 UNCTAD, prospek investasi global pada tahun 2013 terlihat melambat dan diperkirakan akan menguat pada tahun 2014 dan 2015. Lima negara yang diperkirakan menjadi sumber utama investasi global adalah: China, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan Jepang. Sementara itu, lima negara yang prospektif menjadi tujuan berinvestasi berturut-turut adalah: China, Amerika Serikat, India, Indonesia, dan Brazil. 3-18 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG EKONOMI GAMBAR 3.8 NEGARA PROSPEKTIF SEBAGAI TUJUAN BERINVESTASI 2013-2015 Sumber: UNCTAD 2013 Di dalam negeri, tahun 2014 akan menjadi tahun transisi bagi Indonesia menuju kehidupan berbangsa yang demokratis dengan dilaksanakannya pemilu legislatif dan pemilu Presiden dengan sistem pemilihan langsung. Dalam tahun transisi ini, investasi sektor riil di Indonesia diperkirakan tumbuh secara moderat, karena para investor masih menunggu hasil pemilihan presiden baru. Investasi diperkirakan akan kembali menguat di penghujung akhir tahun 2014. Sementara itu, ketersediaan sumber daya alam yang banyak dan bervariasi serta jumlah penduduk yang besar, merupakan salah satu faktor yang menarik investor untuk berinvestasi di Indonesia. Oleh sebab itu, potensi investasi di Indonesia masih cukup besar sehingga masih berpeluang untuk terus berperan dalam memperkuat ekonomi domestik dan meningkatkan daya saing nasional. Realisasi investasi PMDN meningkat dari Rp 60,6 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 128,2 triliun pada tahun 2013 atau rata-rata tumbuh sebesar 28,3 persen, dan pada Triwulan I tahun 2014 mencapai Rp 34,6 triliun. Sementara itu, realisasi investasi PMA telah meningkat dari USD 16,2 miliar pada tahun 2010 menjadi USD 28,6 miliar pada tahun 2013 atau rata-rata tumbuh sebesar 20,8 persen. Pada Triwulan I tahun 2014 realisasi investasi PMA mencapai USD 6,9 miliar. RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI 3-19 GAMBAR 3.9 REALISASI INVESTASI PMDN BERDASARKAN SEKTOR RP MILIAR DAN PERSENTASE DISTRIBUSI Sumber: BKPM diolah GAMBAR 3.10 REALISASI INVESTASI PMA BERDASARKAN SEKTOR USD JUTA DAN PERSENTASE DISTRIBUSI Sumber: BKPM diolah Lokasi investasi PMA dan PMDN masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Faktor penyebabnya antara lain adalah ketersediaan infrastruktur di Pulau Jawa yang lebih baik dan kepadatan penduduk Pulau Jawa sebagai potensi pasar yang besar. Kontribusi PMDN di Pulau Jawa terhadap total PMDN 3-20 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG EKONOMI berfluktuasi dari sebesar 58,0 persen pada tahun 2010 menjadi 80,5 persen pada Triwulan I tahun 2014 Gambar 3.11. Sedangkan kontribusi PMA di Pulau Jawa terhadap total PMA cenderung menurun dari sebesar 70,9 persen pada tahun 2010 menjadi 47,4 persen pada Triwulan I tahun 2014 Gambar 3.12. Selain Pulau Jawa, lokasi utama investasi PMDN dan PMA berada di Pulau Kalimantan dan Sumatera. GAMBAR 3.11 REALISASI PMDN MENURUT LOKASI Sumber: BKPM diolah GAMBAR 3.12 REALISASI PMA MENURUT LOKASI Sumber: BKPM diolah RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI 3-21 Permasalahan Investasi Masih rendahnya daya saing investasi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara yang lain terutama disebabkan oleh beberapa hal:

1. Infrastruktur, salah satu kendala yang menghambat

kelancaran dan optimalisasi berusaha di Indonesia adalah kurangnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang memadai. Berbagai skema pendanaan untuk membangun infrastruktur di luar APBN telah disusun seperti kemitraaan pemerintah dan swasta Public Private PartnershipPPP, namun belum cukup berhasil memenuhi kebutuhan jalan, jembatan, pelabuhan, bandar udara, air bersih, dan infrastruktur lainnya.

2. Energi, ketersediaan energi berupa minyak dan gas bumi

merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan sebagai pemasok kebutuhan bahan bakar dan bahan baku industri. Guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang didukung oleh produktivitas industri yang tinggi, diperlukan ketersediaan energi di dalam negeri. Sebagai bahan bakar yang tidak terbarukan, ketersediaan BBM semakin berkurang sehingga perlu dikembangkan energi bauran energy mix berupa bahan bakar nabati BBN untuk mendorong ketersediaan energi yang terbarukan secara nasional. 3. Kelemahan infrastruktur dan energi pada satu sisi masih menjadi kendala, namun pada sisi yang lain sebenarnya merupakan ladang investasi yang masih terbuka luas bagi investor. Dengan skema PPP berarti memberi peluang swasta untuk terlibat dalam aktivitas perekonomian. Industri hulu dan hilir pada industri migas juga masih terbuka luas untuk dieksplorasi, dieksploitasi, dan dikembangkan. Selain itu, dengan berbagai sumber daya alam yang tersedia memberi peluang dikembangkannya bahan bakar nabati BBN, maka peluang investasi biodiesel, bioetanol, dan biooil masih terbuka.

4. Birokrasi dan Prosedur Perijinan, birokrasi yang masih

kurang efisien dan prosedur perijinan yang masih cukup panjang merupakan salah satu faktor penyebab lamanya waktu untuk memulai usaha dan tingginya biaya untuk mengurus perijinan invesasi dan usaha di Indonesia. Dari berbagai survei internasional, birokrasi masih menjadi 3-22 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 BIDANG EKONOMI kendala utama berinvestasi di indonesia.

5. Regulasi, kurang harmonisnya peraturan pusat dan

daerah, antar instansi, dan seringnya perubahan peraturan telah mengurangi kepastian berusaha bagi investor. Selain itu, beberapa peraturan pemerintah dan perundangan cenderung dapat diinterpretasikan dengan banyak arti.

6. Sebaran investasi, Jawa masih menjadi pusat investasi di

Indonesia. Ketersediaan fasilitas pendukung investasi berupa infrastruktur masih terpusat di pulau Jawa, sehingga wilayah di luar Jawa khususnya bagian Timur Indonesia yang sarat dengan SDA kurang berkembang. Isu Strategis Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, isu strategis bidang investasi pada tahun 2015 adalah: i pembenahan iklim investasi untuk mendorong peningkatan daya saing investasi di Indonesia; ii peningkatan realisasi investasi di seluruh wilayah Indonesia. Penanaman modal di dalam negeri cukup berpengaruh pada perkembangan perdagangan dalam dan luar negeri.

3.1.5 Perdagangan

Perdagangan Dalam Negeri Arahan RPJPN Perdagangan dalam negeri diarahkan untuk memperkokoh sistem distribusi nasional yang efisien dan efektif yang menjamin kepastian berusaha untuk mewujudkan a berkembangnya lembaga perdagangan yang efektif dalam perlindungan konsumen dan persaingan usaha secara sehat, b terintegrasinya aktivitas perekonomian nasional dan terbangunnya kesadaran penggunaan produksi dalam negeri, c meningkatnya perdagangan antar wilayahdaerah, dan d terjaminnya ketersediaan bahan pokok dan barang strategis lainnya dengan harga yang terjangkau. Kondisi Umum Dalam kurun waktu lima tahun ke belakang kelangkaan stok dan peningkatan permintaan terutama pada musim hujan dan hari raya keagamaan yang berujung pada lonjakan harga bahan pokok telah menjadi salah satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Selama kurun waktu 2010 sampai dengan Maret 2014, koefisien variasi harga bahan-bahan pokok kebutuhan RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 | BIDANG EKONOMI 3-23 masyarakat seperti daging sapi, minyak goreng, cabe rawit, cabe merah, daging ayam, dan gula berada pada rentang 5,5 persen – 36,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi fluktuasi harga bahan pokok yang cukup tinggi di masyarakat. Selain itu, harga bahan pokok juga mengalami kenaikan harga rata-rata bulanan 0,2 persen – 3,8 persen. GAMBAR 3.13 KOEFISIEN VARIASI HARGA DAN RATA-RATA KENAIKAN HARGA BULANAN BAHAN POKOK TAHUN 2010 –MARET 2014 Sumber: Kementerian Perdagangan diolah