Permasalahan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

1-4 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG Dalam upaya peningkatan kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah APIP dan tata kelola APIP , telah dilakukan antara lain melalui diklat fungsional, diklat teknis substantif, workshopbimbingan teknis tata kelola APIP, penyusunan pedoman JFA dan tata kelola APIP, penempatan SDM BPKP pada unit APIP, serta pendampingan sistem pengolahan hasil pengawasan. Namun, jumlah pejabat fungsional auditor saat ini baru memenuhi 16,77 persen dari kebutuhan formasi auditor yang mencapai 46.560 auditor. Kemudian, dalam rangka pengelolaan keuangan negara yang akuntabel, perolehan Opini WTP BPK atas laporan keuangan juga mengalami kenaikan yang sangat siginifikan apabila dibandingkan dengan tahun 2007. Kenaikan pencapaian opini WTP di tingkat pusat Kementerian dan Lembaga saat ini mencapai angka 74 dari sebelumnya 8 di tahun 2007. Tetapi hal yang masih harus dicermati adalah pencapaian di tingkat provinsi yang baru mencapai 52 serta pencapaian opini WTP yang lebih rendah di tingkat kabupaten kota yang baru mencapai 21. Terkait dengan pelayanan publik, terutama untuk memberikan kepastian dalam penyediaan pelayanan bagi masyarakat, Kementerian PAN RB telah menerbitkan Peraturan Menteri PAN RB No. 36 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar Pelayanan. Selain itu, sebagai tindak lanjut diterbitkannya UU No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Selain itu, telah terbit juga PP Nomor 96 tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dan Peraturan Menteri PAN RB No. 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik. Dalam konteks mendorong keterbukaan informasi publik dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka open government, telah didorong upaya pembentukan lembaga Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi PPID melalui antara lain penerbitan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, khususnya Pasal 21 menyebutkan: 1 PPID harus sudah ditunjuk paling lama 1 satu tahun terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan; 2 Dalam hal PPID belum ditunjuk, tugas dan tanggung jawab PPID dapat dilakukan oleh unit atau dinas di bidang informasi, komunikasi, danatau kehumasan. Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG 1-5 Melaksanakan UU dan PP tersebut, saat ini di Indonesia telah terbentuk PPID sebanyak 227 terdiri dari 34 kementerian, 36 Lembaga Negara Lembaga Setingkat MenteriLNSLPP, 23 provinsi, 98 kabupaten, dan 36 kota. Dengan kata lain, sampai dengan saat ini, baru 39,83 badan publik yang telah memiliki PPID seperti diamanatkan oleh UU KIP. Dengan demikian, hingga tahun 2014, telah banyak dikeluarkan aturan dalam rangka melengkapi praktek-pratek pelaksanaan good governance. Berbagai capaian pada prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik tersebut di atas yang pada dasarnya masih menemui permasalahan dan hambatan. Kelembagaan pemerintah yang masih gemuk menunjukkan tidak efisiensinya penyelenggaraan pemerintahan. Biaya politik demokrasi yang sangat mahal berkorelasi erat dengan kasus korupsi yang terjadi di lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN masih menghadapi beberapa persoalan, di antaranya belum terbentuknya sistem pengawasan nasional yang kuat dan terintegrasi, penerapan sistem pengendalian internal belum berjalan maksimal, masih rendahnya kapasitas aparat pengawasan dan para pengelola keuangan negara, proses pengadaan barang dan jasa yang belum sepenuhnya menerapkan e-procurement, dan belum seluruh KLD yang menerapkan pakta integritas. Selain itu, dengan adanya tindakan aparat penegak hukum yang represif, membuat banyak pejabat pemerintah menolak menjadi Pejabat Pembuat Komitmen PPK ataupun Kuasa Pengguna Anggaran KPA. Hukum telah dianggap sebagai momok yang menakutkan, dan konsekuensinya akan menyebabkan terhambatnya proses pembangunan. Selain itu, para pejabat pusat dan kepala daerah kini mulai khawatir dan berhati-hati mengambil kebijakan dan menggunakan anggaran. Akibatnya, kinerja pemerintahan menjadi rendah dan pada akhirnya tingkat penyerapan anggaran juga menjadi rendah. Apabila hal ini dibiarkan, berbagai sasaran pembangunan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak dapat tercapai. Dalam hal pelayanan publik, permasalahan yang muncul di antaranya adalah profesionalisme SDM pelayanan masih perlu ditingkatkan, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK dalam pelayanan publik masih rendah, 1-6 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG Standar Pelayanan Minimal SPM belum dilaksanakan secara konsisten; masih banyak penyelenggaran pelayanan publik yang belum memiliki Standard Operating Procedure, dan belum terselenggaranya sistem pengaduan masyarakat yang efektif. Dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dan penyusunan kebijakan publik, pemerintah masih belum sepenuhnya mendorong masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif mengingat masih banyak ditemui berbagai forum musyawarah hanya melibatkan beberapa tokoh masyarakat dan asosiasi profesi serta perwakilan dunia usaha. Selain itu, masyarakat masih belum tergerak untuk berpartisipasi dalam mengawasi jalannya pembangunan sehingga tingkat partisipasi masyarakat untuk memberikan aduan atau keluhan terkait dengan adanya penyimpangan yang terjadi di unit pelayanan publik masih sangat rendah. Terkait dengan pembentukan PPID di daerah yang merupakan bagian dari proses transparansi pemerintahan, ternyata masih belum memenuhi target yang ditentukan disebabkan oleh masih rendahnya komitmen pimpinan badan publik mengenai pentingnya peran PPID; keterbatasan kapasitas sumber daya manusia pengelola informasi, sarana dan prasarana komunikasi, serta belum memadainya regulasi untuk mendorong pelaksanaan keterbukaan informasi. Di samping permasalahan tersebut di atas, PPID yang telah terbentuk di seluruh badan publik masih menghadapi permasalahan belum optimalnya fungsi layanan informasi publik badan publik. Masih rendahnya kepatuhan badan publik untuk melaksanakan peraturan perundangan yang berlaku, serta belum adanya dorongan dan upaya secara optimal untuk melaksanakan fungsi pelayanan publik menunjukkan indikasi bahwa prinsip-prinsip good governance masih belum menjadi mainstreaming. Terkait dengan efektivitas dan efisiensi birokrasi pemerintah, beberapa permasalahan yang muncul di antaranya adalah masih belum berjalannya secara maksimal upaya menata kelembagaan birokrasi yang proporsional dan efektif, penataan ketatalaksanaan di berbagai instansi pemerintah masih belum efektif dan efisien, serta masih rendahnya kinerja pegawai dan kinerja birokrasi dalam pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan. Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 | PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG 1-7 1.1.2.2 Sasaran Tantangan dalam periode pemerintahan 2015-2019 dalam bidang ekonomi adalah keluar dari middle income trap. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, inklusif dan berkelanjutan, transformasi struktur ekonomi yang didukung dengan pengelolaan SDA yang tepat sasaran meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan ketahanan pangan dan energi, penyediaan infrastruktur yang merata guna mempercepat pemerataan pembangunan untuk meminimalkan potensi kesenjangan antar wilayah, serta pemberantasan korupsi dan percepatan konsolidasi demokrasi yang terkait sangat erat dengan pembangunan tata kelola pemerintahan yang baik. Untuk itu sasaran pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik adalah meningkatnya penerapan kebijakan nasional tata kelola pemerintahan yang baik dan penerapan prinsip- prinsip transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan berdasar hukum pada penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di setiap kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah yang bertujuan untuk mengurangi tingkat penyalahgunaan wewenang dan praktek korupsi, meningkatnya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, dan meningkatnya kualitas pelayanan publik.

1.1.2.3 Arah

Kebijakan dan Strategi Untuk mencapai sasaran tersebut dilakukan melalui arah kebijakan dan strategi sebagai berikut: 1. Penyusunan dan penerapan kebijakan nasional tatakelola pemerintahan yang baik sebagai berikut: a. Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan akuntabel, menerapkan: kode etik dan kode perilaku; sistem pengendalian gratifikasi; sistem pengendalian konflik kepentingan, sistem pelaporan harta kekayaan pejabatpegawai, SPIP dengan efektif, serta sistem pengaduan masyarakat yang transparan dan efektif; b. Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, menerapkan: sistem rekrutmen ASN yang transparan, kompetitif, dan berbasis merit; sistem promosi jabatan secara terbuka, kompetitif, dan berbasis merit; manajemen kinerja pegawai; SOP yang efektif, efisien, dan transparan; sistem akuntabilitas kinerja dengan 1-8 | Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 PENGARUSTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG transparan; serta sistem kearsipan berbasis elektronik; c. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, menerapkan: standar pelayanan yang disusun secara partisipatif; penetapan maklumat pelayanan; pembentukan PPID yang efektif, dan sistem pengaduan masyarakat yang transparan dan efektif. 2. Penjabaran dan penerapan prinsip transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan berdasarkan hukum dalam manajemen pemerintahan dan pembangunan, dari tahap perencanaan, penganggaran, pelaksanaan termasuk dalam pengadaan barang dan jasa, pemantauan, evaluasi, pengawasan, dan pelaporan pelaksanaannya; 3. Untuk menjamin implementasi kebijakan pengarusutamaan tatakelola pemerintahan yang baik, dilaksanakan sistem pemantauan dan evaluasi yang efektif sesuai dengan peraturan-perundangan yang berlaku. TABEL 1.1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK No. IsuKebijakan Nasional Kebijakan instansi dalam Renja Indikator di setiap instansi Sasaran 2015 1. Pemerintahan yang Bersih dan Akuntabel a. Penerapan sistem Whistle Blowing Pembentukan unit penanganan whistle blowing system jumlah unit penanganan whistle blowing system 100 b. Penerapan penanganan gratifikasi Pembentukan unit penanganan gratifikasi jumlah unit penanganan gratifikasi 100 c. Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah SPIP Percepatan penerapan sistem pengendalian internal pemerintah di setiap unit organisasi pemerintah jumlah KLD yang menerapkan sistem pengendalian internal pemerintah 50 d. Akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara Penyusunan laporan keuangan yang akuntabel dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan PP712010 Opini WTP dari BPK atas LKKL dan LKPD 60 Penggunaan Aplikasi SIMAK BMN dan SIMDA pada setiap unit organisasi e. Pengembangan Sistem e-Procurement Nasional Penerapan e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa Pengadaan barang dan jasa menggunakan e- Procurement 60