Faktor pendukung Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

176 suk Islam juga akan mempererat hubungan an-tarpedagang.  Kemunduran dan jatuhnya kekuasaan Sri-wijaya di Sumatera dan Majapahit di Jawa memberikan keleluasaan bagi berkembangnya kekuasaan Islam.  Peran para Ulama, Kyai, dan para Da’i sangat besar manfaatnya bagi perkembangan Islam di Indonesia.

B. Saluran yang digunakan

Masuknya Islam atau proses Islamisasi di Indo- nesia melalui beberapa cara atau saluran, yaitu: perdagangan, perkawinan, politik, pendidikan, ke-senian, dan Tasawuf. a. Perdagangan Sejak abad ke-7, para pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian da- lam kegiatan perdagangan di Indonesia. Di samping berdagang, para pedagang Islam mengajarkan aga- ma dan budaya Islam kepada orang lain, termasuk masyarakat Indonesia. Agama Islam dibawa pedagang Islam Arab, In- pedagang Islam. Dengan begitu, terjadilah perka- winan antara pedagang Islam dengan penduduk Indonesia. Atau sebaliknya, wanita muslim dika- wini oleh para bangsawan. Hal ini akan melahir-kan keluarga muslim, berkembang menjadi ma-syarakat muslim, perkampungan muslim, dan se-terusnya. Para keluarga muslim lebih-lebih keluar-ga bang- sawan atau penguasa, turut mempercepat proses Islamisasi. c. Politik Pengaruh kekuasaan raja sangat besar pe- rannya dalam proses Islamisasi. Bila raja memeluk Islam rakyatnya akan mengikuti masuk agama Islam. Rakyat cenderung mengikuti keteladanan para penguasa atau rajanya. Demi kepentingan politik, kerajaan Islam memperluas wilayah kekua-saannya. Ini berarti juga mempermudah dan mem-percepat proses Islamisasi di wilayah yang diku-asainya. Contohnya, Sultan Trenggono dari Demak yang memperluas wilayah kekuasaannya hampir ke seluruh Pulau Jawa, berarti wilayah yang diku-asainya itu akan mudah mengalami proses Is-lamisasi. d. Dakwah dan pendidikan Para ulama, guru-guru agama, para kyai men- dirikan pondok pesantren untuk mendidik para santri. Para santri dididik tentang agama Islam. Setelah selesai, mereka pulang ke kampung ha- lamannya untuk berdakwah menyebarkan dan mengajarkan agama dan budaya Islam kepada ma- syarakat sekelilingnya. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rakhmat di Ampel Denta, Su-rabaya dan Sunan Giri mendirikan pesantren di Giri. Pembawa dan penyebar agama Islam pada ma- sa itu antara lain sebagai berikut.  Datuk Ribandang dan Datuk Sulaeman berjasa menyiarkan agama Islam di daerah Sulawesi Selatan.  Datuk Ribandang dan Tuan Tunggang Parangan yang menyiarkan Islam ke daerah Kutai, Kali- mantan Timur.  Penghulu Demak yang mengajar di Banjar, Kali- mantan Selatan.  Kiai Gede ing Suro dari Surabaya yang berhasil mengislamkan Palembang  Sunan Giri “penyiar” di Hitu dan Ternate.  Syekh Said dari Pasai yang mengajarkan agama Islam di kalangan bangsawan dan rakyat di Patani, Thailand Selatan.  Para Wali waliullah yaitu Sembilan Wali yang terkenal dengan sebutan Wali Songo yang me- nyiarkan agama Islam di pedalaman Pulau Ja-wa. e. Kesenian Gambar 5.2.1 Ilustrasi pedagang Islam. Jalur perdagangan memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Sumber: Indonesian Heritage 2: 2002. dia Gujarat, Persia. Para pedagang Indonesia me- neruskannya kepada para keluarganya, tetangga- nya, masyarakat sekelilingnya, sehingga masuk dan berkembanglah agama dan budaya Islam. Saluran Islamisasi melalui perdagangan sangat mengun- tungkan dan efektif, apalagi yang terlibat dalam perdagangan tidak hanya masyarakat golongan bawah melainkan juga masyarakat golongan atas, golongan bangsawan, dan para penguasa. b. Perkawinan Para pedagang Islam mempunyai status ekono- mi yang lebih baik, sehingga penduduk pribumi, puteri bangsawan, menjadi tertarik kepada para 177 Saluran dan cara Islamisasi dilakukan melalui cabang-cabang kesenian seperti bangunan, seni pa-hat atau ukir, seni tari, seni musik, dan seni sas- tra. Contohnya adalah pementasan wayang yang d ija-dikan media berdakwah Sunan Kalijaga. Di Yogya-karta, setiap maulud nabi, gamelan keraton Sekati dibawa ke Mesjid Agung, untuk dibunyikan de-ngan irama yang sangat menarik masyarakat. Setelah masyarakat berkumpul, dilanjutkan de- ngan dakwah dan membaca kalimat syahadat yang berarti masuklah orang tersebut ke agama Islam. Dari istilah gamelan Sekati dan mungkin ju-ga dari syahadat kemudian menjadi syahadatin dan akhirnya sekaten . f. Tasawuf Para ahli tasawuf yang hidup sederhana selalu berusaha untuk bisa menghayati keadaan hidup masyarakat. Mereka berusaha untuk hidup bersa- ma masyarakat, dan biasanya mereka juga pandai dalam menyembuhkan penyakit. Mereka menga- jarkan dan menyebarkan Islam dengan cara yang sesuai dengan keadaan masyarakat, alam pikiran, dan budaya masyarakat sehingga Islam mudah di-terima oleh masyarakat. Di antara para ahli tasa- wuf, yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra Is- lam antara lain Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung di Jawa.

C. Perkembangan di Indonesia

Pengaruh Islam diperkirakan telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7. Islam dibawa langsung oleh para pedagang Arab, Persia, dan India Guja- rat. Masuk dan berkembangnya Islam di berbagai wilayah Indonesia tidak pada waktu yang ber- samaan. Hal ini dikarenakan:  Indonesia terdiri dari banyak pulau.  Di berbagai wilayah Indonesia terdapat ke- rajaan-kerajaan Hindu dan Budha pada saat kedatangan Islam. Di Sumatera, misalnya ada kerajaan Sriw ijaya dan Melayu, di Jawa ada kerajaan Mataram, Majapahit, Sunda, dan di Kalimantan ada kerajaan Nagara, Daha, dan Kutai.  Masyarakat daerah pantai mengembangkan ekonomi maritim, berdagang dan berlayar, sehingga dimungkinkan lebih banyak berhu- bungan dengan suku atau bangsa lain diban- dingkan dengan masyarakat pedalaman yang berekonomi agraris yang sedikit memiliki hu- bungan dengan bangsa lain, termasuk agama dan budaya Islam. Masyarakat Indonesia saat itu juga sudah di- pengaruhi oleh budaya Hindu yang kemudian berkembang dalam wujud akulturasi Indonesia- Hindu. Meskipun demikian, ada masyarakat Indonesia yang tidak pernah terpengaruh agama dan budaya Hindu. Mereka masih asli dengan keper-cayaan dan budaya Indonesia. Di Nias dan Flores masyarakat masih membuat patung-patung untuk dipujanya, di Kalimantan masih ditemukan upacara tiwah yaitu upacara untuk menghormati dan me-muja nenek moyang dan sebagainya. Marilah kita sekarang memperhatikan perkem- bangan Islam di berbagai daerah di Indonesia. a. Islam di Jawa Di Pulau Jawa, pengaruh agama Islam tersebar sejak abad ke-11 M. Bukti tertua peninggalan agama Islam di Pulau Jawa dapat ditemukan pada makam Fatimah binti Maimun, di Gresik, Jawa Timur. Pada batu nisannya tertulis tahun wafatnya, yaitu 475 H 1082 M. Gresik tampil sebagai pusat persebaran agama Islam di Pulau Jawa setelah kerajaan Majapahit le-mah. Islam kemudian tersebar sepanjang pesisir utara Jawa Timur. Sekitar tahun 1500 M berdiri kera- jaan Islam pertama di Pulau Jawa, yaitu Kera-jaan Demak. Melalui peran para penguasa Demak inilah agama Islam kemudian tersebar ke Cirebon, Sunda Kelapa, Banten, dan daerah-daerah peda-laman Jawa Tengah. Tokoh-tokoh ulama yang sa-ngat ber- jasa dalam penyebarluasan agama Islam di Pulau Jawa adalah Wali Songo Sembilan Wali. b. Islam di Sumatera Utara Di Sumatera Utara, perkembangan Islam ber- mula di daerah pusat perdagangan Sumatera Utara seperti Perlak dan Samudra Pasai. Setelah berkem- bangnya kerajaan Samudra Pasai, Islam berkem- bang ke daerah lain. Daerah lain di Sumatera Utara yang mendapat pengaruh Islam dan berkembang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perda-gan- gan adalah Aceh. Ulama Aceh yang terkenal adalah Hamzah Fansuri dan Nurudin ar Raniri. c. Islam di Kalimantan Di Kalimantan Selatan, Islam mulai berkem- bang dengan masuknya Pangeran Suriansyah yang memeluk agama Islam pada tahun 1590. Islam di Kalimantan Selatan berkembang dari kerajaan De- mak. Sedangkan di Kalimantan Timur, Islam dapat berkembang karena datangnya dua mubaligh, yai- tu Dato’ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Proses Islamisasi di Kutai dan sekitarnya terjadi sekitar tahun 1575. Islam semakin menyebar sam- pai ke daerah pedalaman pada masa Raja Ajidi Langgar putera Raja Mahkota. d. Islam di Sulawesi Selatan Di Sulawesi Selatan, Islam mulai masuk sejak abad ke-15. Setelah raja Daeng Manrabia raja Gowa-Tallo yang bergelar Sultan Alaudin masuk Islam pada tanggal 22 September 1605, Islam ber-