Kluckhon dalam bukunya Culture and Beha-

56 A Pengertian kepribadian Mungkin kamu pernah mendengar seseorang berkata: “Anita adalah pribadi yang baik.” Atau ”Anita memiliki kepribadian yang baik.” Apa mak- sud pernyataan ini? Mungkin ada dari antara ka-mu yang bisa menjelaskannya. Ungkapan ini mau men- gatakan bahwa Anita adalah orang baik. Atau, Anita memiliki sifat-sifat yang baik. Sebagai manu-sia memang Anita memiliki kekurangan tertentu, dan itu tidak bisa disangkal. Tetapi kekurangannya itu tidak menutup mata orang untuk melihat kebaikan yang ada dalam diri Anita. Bahwa kebaik-an yang ada dalam dirinya menutupi kekurangan-nya sebe- gitu rupa sehingga setiap orang yang me-ngenalnya pasti mengakui kebaikan Anita. Itulah kepribadi. Jika demikian, apa yang dimaksud dengan kepribadian? Yinger mendefinisikan kepribadian sebagai keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinter- aksi dengan serangkaian situasi. Pengertian ini dapat d ijelaskan demikian. 1. Keseluruhan perilaku seorang individu. Seperti contoh Anita di atas. Kita mengatakan bahwa kepribadian Anita baik karena keseluruhan pe- rilakunya menunjukkan bahwa Anita seorang yang baik. Itu artinya kita tidak memusatkan perhatian pada perilaku tertentu yang kurang baik. Perilaku yang kurang baik itu memang ada, karena manusia makhluk yang tidak sem- purna. Tetapi kekurangan yang ada jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kebaikan. Itulah sebabnya mengapa kita mengatakan bahwa Anita memiliki kepribadian yang baik. Jadi, se-kali lagi yang menjadi patokan adalah keselu- ruhan perilaku. 2. Adanya sistem kecenderungan tertentu. Artinya, sebagai manusia, seseorang memiliki kecenderungan tertentu. Misalnya, kecende- rungan untuk membantu orang lain yang se- dang mengalami kesusahan, kecenderungan untuk datang tepat waktu, kecenderungan un- tuk menepati janji dan sebagainya. Termasuk kecenderungan yang buruk, misalnya kecende- rungan untuk malas, kecenderungan melaku- kan perbuatan yang tidak baik, tidak sopan, dan sebagainya. Kecenderungan yang baik dan yang buruk ini ada dalam diri manusia. Orang yang memiliki kepribadian yang baik adalah mereka yang selalu mengikuti kecenderungan yang baik. Memang kadang-kadang manusia “jatuh” dan mengikuti kecenderungan yang buruk. Tetapi orang yang berkepribadian baik akan segera memperbaiki diri dan kembali mengikuti kecenderungannya yang baik. 3. Kecenderungan yang baik atau yang buruk muncul atau timbul dalam situasi tertentu pada saat manusia melakukan interaksi sosial. Misalnya, Anita melihat ada seorang ibu ingin menyeberang jalan tetapi tidak bisa karena takut keramaian lalulintas. Ketika melihat hal ini, muncul kecenderungan dalam diri Anita untuk membantu. Tetapi pada saat yang sama bisa jadi muncul juga kecenderungan untuk tidak membantu. Anita akhirnya memutuskan untuk membantu. Di sini Anita menunjukkan diri sebagai seorang yang berkepribadian baik. Kepribadian baik atau buruk ini diuji dalam situasi konkret tertentu, yakni ketika manusia sedang melakukan interaksi sosial, baik dengan individu lain maupun dengan kelompok sosial tertentu. Dengan kata lain, seseorang memiliki keprib- adian baik atau buruk sangat tergantung pada bagaimana dia berperilaku pada waktu inter- aksi sosial. Orang yang hidup seorang diri di sebuah pulau yang sepi tidak bisa dikatakan memiliki kepribadian baik atau buruk. Selain Yinger, masih ada beberapa ahli membe- rikan pengertian tentang kepribadian, di antaranya Neocomb dan Allport.

1. Menurut Theodore W. Neocomb, kepribadian

merupakan organisasi atau himpunan dari si- kap-sikap yang dialami seseorang sebagai latar belakang dari perilakunya.

2. Menurut Allport, kepribadian merupakan

organisasi dinamis dari sistem psikofisik se- seorang yang menentukannya dalam meng- adakan penyesuaian terhadap lingkungan secara khas.

B. Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan kepribadian

Pada tahun 1690, John Locke mengemukakan teori tabula rasa dalam bukunya “An Essay Con- cerning Human Understanding.” Menurut teorinya manu-sia yang baru lahir bagaikan buku tulis yang bersih dan akan menjadi seperti apa orang tersebut diten-tukan oleh pengalaman hidupnya. Teori ini meng-andaikan bahwa semua individu pada waktu lahir mempunyai potensi kepribadian yang sama. Ke-pribadian pada seseorang setelah itu semata-mata hasil pengalaman-pengalamannya se- sudah lahir. Pengalaman-pengalaman setiap orang berbeda-beda tergantung budayanya Haviland, 1988, 398. Perbedaan pengalaman yang dihadapi seseorang itulah yang menyebabkan adanya ber- macam-macam kepribadian dan adanya perbedaan 57 kepri-badian antara individu yang satu dengan individu yang lain. Teori tersebut tidak sepenuhnya benar. Kita ta-hu bahwa setiap orang memiliki kecenderungan yang khas sebagai warisan yang dibawanya sejak lahir yang akan memengaruhi kepribadiannya pada waktu dewasa. Akan tetapi juga harus diingat bahwa telah diketahui bahwa warisan genetik ha- nya menentukan potensi kepribadian setiap orang. Tumbuh dan berkembangnya potensi itu tidak se- perti garis lurus, ada kemungkinan menyimpang. Kepribadian seseorang tidak pasti berkembang se-suai dengan potensi yang diwarisinya. Warisan ge-netik itu memang memengaruhi kepribadian, tetapi tidak mutlak menentukan sifat kepribadian seseorang. Pengalaman hidup, khususnya penga- laman-pengalaman yang diperoleh pada usia dini, sangat menentukan kepribadian individu. Untuk memahami kepribadian, kita perlu me- ngetahui bagaimana perilaku manusia berkem-bang melalui interaksi manusia sebagai makhluk biologis dengan berbagai macam pengalaman sosial dan budaya. Horton menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan kepribadian mencakup warisan biologis, lingkung-an fisik, ke- budayaan, pengalaman kelompok, dan pengalaman unik. a. Warisan biologi keturunan Warisan biologis dapat dikatakan sebagai lan- dasan bagi perkembangan kepribadian. Warisan biologis menyediakan bahan mentah bagi pemben- tukan kepribadian seseorang. Tentu bahan mentah itu dapat dibentuk dengan berbagai cara. Cara dan situasi pembentukan kepribadian menyumbang- kan ciri tertentu pada kepribadian itu. Dengan kata lain, wujud kepribadian tidak hanya ditentukan oleh bahan mentahnya warisan biologis akan teta- pi sangat dipengaruhi oleh bagaimana dan situasi di mana kepribadian itu dibentuk. Selama ini, muncul banyak pertentangan ber- kaitan dengan sumbangan warisan biologis dan pengalaman sosial bagi pembentukan kepribadian. Ada beberapa ahli yang lebih menekankan warisan biologis sebagai faktor yang paling menentukan tingkah laku manusia. Tetapi, ahli-ahli lain mem- bantah anggapan-anggapan itu. Horton menyata- kan bahwa banyak orang yang percaya bahwa kepribadian seseorang tidak lebih dari sekadar pe-nampilan warisan biologisnya. Karakteristik ke-pribadian seperti ketekunan, ambisi, kejujuran, kriminalitas, kelainan seksual, dan ciri yang lain dianggap timbul dari kecenderungan-kecende- rungan turunan atau warisan. Dewasa ini tidak banyak lagi yang masih mempercayai anggapan ini. Sebaliknya, sekarang telah diketahui bahwa ka-rakteristik kepribadian dibentuk oleh pengala- man. Memang untuk beberapa ciri, warisan biologis lebih penting daripada yang lain. Beberapa pe- nelitian telah menunjukkan bahwa IQ seorang anak lebih mirip dengan IQ orang tua kandungnya daripada dengan orang tua angkatnya. Penelitian lain menyimpulkan bahwa perangai masa kanak- kanak, khususnya rasa malu, berakar pada wa-risan biologis. Ini membuktikan bahwa warisan biologis memberikan warna tertentu dalam kepri-badian seseorang. Jadi, dapat dikatakan bahwa warisan biologis penting dalam beberapa ciri kepribadian dan ku- rang penting dalam hal-hal lain. Tidak ada studi yang dapat mengukur dengan tepat seberapa be- sar pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap pembentukan suatu kepribadian. Tetapi, banyak ilmuwan sependapat bahwa berkembang atau ti- daknya potensi warisan biologis seseorang sangat dipengaruhi pengalaman-pengalaman sosial orang itu. Ada potensi warisan biologis yang dapat ber- Gambar 2.3.10 Dalam hal pembentukan kepribadian, ada pendapat yang mengatakan bahwa bayi yang baru lahir ibarat sehelai kertas putih tanpa coretan sedikit pun. Sumber: Tempo, 14-20 Maret 2005. Gambar 2.3.11 Warisan biologis dari orang tua memberikan warna tertentu pada kepribadian anak-anaknya. Sumber: Tempo, 11 Juli 2005.