Kerajaan Janggala dan Kediri

165 Ken Arok. Ken Arok menerima para brah-mana dan melindungi mereka. Pada tahun 1222, Ken Arok berperang melawan Kertajaya Dandang Gendis di Desa Ganter. Dalam perang ini, Kertajaya berhasil dikalahkan. Maka sejak itu Ken Arok mendirikan kerajaan baru yang disebut Singasari. Beberapa bulan setelah Tunggul Ametung dibu-nuh, Ken Dedes melahirkan anak laki-laki yang di-beri nama Anusapati. Perkawinan Ken Arok dan Ken Dedes menurunkan Mahisa Wong Ateleng. Dari perkawinannya dengan Ken Umang, Ken Arok mempunyai anak bernama Tohjaya. Setelah dewasa, Anusapati mengetahui bahwa ayahnya dibunuh Ken Arok. Sebagai balas dendam atas kematian ayahnya, pada tahun 1227, Anusa-pati membunuh Ken Arok dengan menggunakan keris buatan Mpu Gandring. b. Pemerintahan Anusapati, Tohjaya, dan Rang- gawuni Anusapati, naik tahta sampai tahun 1248 meng- gantikan Ken Arok. Pada tahun 1248, Anusapati dibunuh oleh Tohjaya. Anusapati dimakamkan di Candi Kidal. Tohjaya kemudian naik tahta menjadi raja Singasari. Ia memerintah hanya beberapa bulan. Pada tahun 1248, ia dibunuh oleh Ranggawuni. Ranggawuni adalah anak Anusapati. Ranggawuni naik tahta menggantikan Tohjaya. Ia bergelar Sri Jaya Wishnuwardhana. Ranggawuni memerintah didampingi oleh sepupunya yang ber-nama Mahisa Cempaka, anak Mahisa Wong Ateleng. Mereka memerintah bagaikan Wishnu dan Indra. Mahisa Cempaka kemudian menjadi Ratu Anga-bhaya dengan gelar Narasingamurti. Pada masa pemerintahan Wishnuwardhana, negara dalam keadaan aman dan tenteram. Pada tahun 1254, Wishnuwardhana menobatkan anak- nya yang bernama Kertanegara sebagai raja muda. Sementara itu Wishnuwardhana tetap meme-rintah mendampingi putranya. Pada tahun 1268, Wish- nuwardhana wafat di Mandaragiri. Jenazah-nya dimakamkan di dua tempat, yaitu di Weleri dekat Blitar dalam perwujudannya sebagai Siwa dan di Jayaghu dalam perwujudannya sebagai Bu-dha Amogaphasa. C. Pemerintahan Kertanegara 1268-1292 Kertanegara menjadi raja Singasari dengan gelar Sri Maharajadhiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, Kertanegara dibantu oleh tiga orang mahamantri, yaitu Rakyan I Hino, Rakyan I Nalu, dan Rakyan I Sirikan. Mereka bertugas menerus-kan segala perintah raja kepada para menteri pe-laksana. Kertanegara adalah raja terbesar dari Kerajaan Singasari. Dalam bidang politik, ia mempunyai ga- gasan untuk memperluas cakrawala mandala. Pada awal pemerintahannya tahun 1270, Kerta-negara berhasil menumpas pemberontakan Kalana Bhaya. Pada tahun 1275, raja mengirim Ekspedisi Pamalayu ke Sumatra untuk menaklukkan Kerajaan Melayu. Pada tahun 1280, ia berhasil membinasa-kan dur- jana bernama Mahisa Rangkah. Pada tahun 1284, Kertanegara berhasil menaklukkan Bali. Pada masa pemerintahannya, Kertanegara ber- hasil memperluas kekuasaan sampai ke luar Jawa dan Melayu. Kertanegara berusaha memperluas kekuasaannya karena didorong oleh ancaman Kai- sar Kubhilai Khan di Cina. Pada tahun 1280 dan 1281, datang utusan Ku-bhilai Khan yang menuntut agar Kertanegara mengakui kedaulatan Kubhilai Khan di Cina. Kerta- negara diminta mengirimkan seorang pangeran untuk menyerahkan upeti kepada Kubhilai Khan. Tuntutan tersebut ditolak oleh Kertanegara dengan tegas. Akibatnya Kubhilai Khan tersinggung dan marah, serta mengancam akan menghancurkan Ke-rajaan Singasari. Kertanegara siap menghadapi ancaman Kubhi- lai Khan. Ketika utusan Kubhilai Khan yang ber- nama Meng-Chi datang ke Singasari pada tahun 1289, utusan ini ditolak dan dilukai. Hal ini menye- babkan kemarahan Kubhilai Khan. Maka, dikirim- lah armada Mongol dari Cina ke Pulau Jawa untuk menaklukkan Kertanegara. Untuk membendung tentara Mongol, Kertane- gara mengirimkan pasukannya ke luar Jawa. De- ngan pengiriman pasukan secara besar-besaran ini, maka kekuatan Singasari menjadi lemah. Kesem- patan ini bagi Jayakatwang merupakan peluang untuk menghancurkan Kertanegara. Pada tahun 1292, Jayakatwang menyerang Ker- tanegara. Serangan Jayakatwang ini datang dari dua arah yaitu dari utara dan dari arah selatan. Karena pasukan Kertanegara di dalam kerajaan ha-nya sedikit, maka dengan mudah Jayakatwang da-pat membunuh Kertanegara. Dalam perebutan kekuasaan tersebut, pihak Jayakatwang menang. Dengan kemenangan ini, maka Jayakatwang mengangkat dirinya sebagai raja. Ia mengalihkan pusat pemerintahan ke Daha, Kediri. Kertanegara adalah penganut agama Tantra- yana. Tantrayana merupakan campuran antara agama Siwa, Wisnu, dan Budha. Ketiga tokoh da- lam ketiga aliran tersebut dianggap satu dan tak terpisahkan. Oleh karena itu, pada waktu masih hidup, Kertanegara diberi gelar Wisnu dan setelah meninggal diberi gelar Siwa dan Budha.