Peran pedagang Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

180 Semula kerajaan Samudera Pasai merupakan dua kerajaan yang terpisah. Pada tahun 1285, Ma- rah Silu Raja Samudera berhasil menyatukan ke- rajaan Samudera dan kerajaan Pasai. Penyatuan dua kerajaan itu dibantu saudagar-saudagar mus-lim dari Mesir. Marah Silu kemudian memeluk aga-ma Islam dan bergelar Sultan Malik al-Saleh. Samudera Pasai meluaskan wilayah hingga ke Perlak dan Lamuri. Samudera Pasai berkembang pesat dan menjadi pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Arab, Gu-jarat, Pegu, Syiam, Kedah, dan Jawa. Barang yang diperdagangkan di Samudera Pasai beraneka ra-gam, seperti lada, emas, kapur barus, dan kain su-tera. Samudera Pasai juga berperan besar bagi perkembangan Islam di Indonesia. Pada tahun 1292, seorang pedagang dari Vene- zia Italia yang bernama Marco Polo singgah di Perlak dalam perjalanan pulang dari negeri Cina. Ia menerangkan bahwa sebagian besar penduduk Perlak telah menganut agama Islam. Raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Samudera Pasai antara lain:  Sultan Malik al-Saleh 1285 - 1297.  Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir 1297 - 1326.  Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir 1326 - 1348. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, Samu- dera Pasai dikunjungi Ibnu Ba tutah. Ia adalah ula- ma terkenal dari Maroko yang sedang mengemban tugas dari Sultan Delhi, India, untuk berkunjung ke Cina. Dalam kesempatan lain Kaisar Cina me-ngirim Laksamana Cheng Hoo berkunjung ke Samu-dera Pasai. Cheng Hoo adalah seorang laksamana bangsa Cina yang telah menganut agama Islam. Setelah Sultan Ahmad wafat, Kerajaan Samude- ra Pasai mengalami kemunduran karena diserang oleh tentara Majapahit pada tahun 1350. Samudera Pasai tidak dihancurkan, melainkan d ijadikan ke- rajaan bawahan Majapahit. Samudera Pasai tidak lagi menjadi kerajaan kuat, namun dapat terus ber-tahan hingga akhir abad ke-15.

B. Kerajaan Aceh

Aceh semula merupakan kerajaan kecil di ba-wah kekuasaan Kerajaan Pedir. Pada tahun 1514, Sultan Ali Mughayat Syah Sultan Ibrahim berhasil melepaskan Aceh dari kekuasaan Pedir. Sebagai kerajaan yang merdeka, Aceh berangsur- angsur menjadi kerajaan besar melampaui Kerajaan Pedir. Perkembangan Kerajaan Aceh berkaitan erat dengan keadaan yang terjadi di Malaka. Sejak Por-tugis berkuasa, di Malaka diterapkan sistem mo-nopoli yang sangat merugikan pedagang. Para pedagang yang datang dari Arab, Persia, dan Gu- jarat kemudian mencari tempat persinggahan baru untuk berdagang. Tempat persinggahan baru itu ialah Pelabuhan Aceh yang sedang tumbuh. Dari Aceh para pedagang dapat melanjutkan pelayaran dengan menyusuri pantai barat Pulau Sumatera, ke Barus, Pariaman, Bengkulu, terus ke Selat Sunda. Untuk menyambut kedatangan para pedagang yang semakin ramai tersebut, Aceh mempersiap- kan dan memperbaiki sarana-sarana di pelabuhan, menambah jumlah pegawai, dan mengangkat syahbandar berkebangsaan Turki yang sudah ber- pengalaman. Selain itu, armada angkatan laut juga terus diperkuat guna mengamankan jalur pelayar- an dari gangguan Portugis. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda 1606 - 1637 Aceh mencapai kejayaan. Wilayah ke- kuasaannya bertambah luas. Kehidupan beragama mengalami perkembangan pesat. Di lingkungan is- tana tinggal seorang ulama besar bernama Hamzah Fansuri. Beliau banyak menulis buku-buku tentang agama Islam. Muridnya yang terkenal dan menjadi ulama besar ialah Samsuddin as-Sumatrani. Armada dagang dari Aceh berlayar hingga ke Laut Merah. Barang yang diperdagangkan berane- ka ragam, di antaranya lada, emas, kapur barus, dan kain. Aceh menjalin hubungan dengan Kekha- lifahan Turki di Timur Tengah. Turki banyak mem- bantu Aceh dalam bidang persenjataan modern. Faktor-faktor yang mendukung kemajuan Aceh antara lain, sebagai berikut.  Letak Aceh yang strategis karena berada pada jalur perdagangan Nusantara maupun interna- sional.  Aceh memiliki pelabuhan yang baik sebagai pe-labuhan dagang.  Aceh sebagai pelabuhan transit menuju Ero- pa.  Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada ta- hun 1511 mengakibatkan berkurangnya persa- ingan di bidang perdagangan di selat Malaka. Aceh tampil sebagai pelabuhan utama bandar dagang. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, Aceh me-ngalami kemunduran. Raja-raja penggantinya le-mah dan sering terjadi perselisihan antara para raja dengan para ulama. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tani 1637-1642, buku-buku karya Hamzah Fansuri di- bakar. Ajarannya dianggap sesat dan dilarang. Nu- ruddin ar-Raniri, yang berasal dari India Gujarat diangkat menjadi ulama. Pada masa kemunduran ini, Aceh banyak kehilangan daerah-daerah kekua- saan. Wilayahnya menciut sehingga menjadi lebih