Pola hidup manusia purba

23 diri pada kondisi alam. Daerah-daerah yang di- diami harus memberikan persediaan makanan untuk kelangsungan hidupnya. Tempat-tempat se-perti itu harus mengandung bahan makanan dan air. Manusia hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali dirinya untuk menghadapi lingkungan sekelilingnya. Masyarakat sebagai kumpulan indi- vidu membentuk ikatan-ikatan yang perlu di-patuhi oleh individu kelompok tersebut. Individu yang hidup sendiri-sendiri tak mungkin memben-tuk suatu kehidupan sosial karena bagi mereka hal itu memang tidak diperlukan. Pada masa kehidupan mengembara nomaden mereka terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang hidup di gua-gua. Gua-gua yang mereka pilih terle- tak di daerah yang sangat dekat dengan sumber makanan seperti daerah di tepi-tepi pantai dan su- ngai. Mereka mempunyai seorang pemimpin yang dianggap paling tua sesepuh. Kehidupan keluarga tidak jelas, yang pasti mereka mengenal hidup ber- keluarga. Hal ini penting untuk melanjutkan ketu- runan. Sistem pembagian kerja di antara mereka sudah ada. Kaum pria bertugas mencari makanan. Hal ini didasarkan pada kondisi alam yang kasar dan didukung fisik yang relatif lebih kuat diban- dingkan dengan kaum wanita. Sedangkan tugas kaum wanita antara lain: 5 Mengumpulkan makanan yang memerlukan tenaga yang tidak terlalu besar. 5 Mengurus anak-anak. 5 Memilih seleksi tumbuh-tumbuhan yang da- pat dimakan. 5 Membimbing anak-anak dalam meramu ma- kanan. 5 Berkewajiban memelihara api setelah ditemu- kan. 5 Meningkatkan cara-cara menyiapkan makan- an. Kehidupan mengembara nomaden berlang- sung terus dari zaman batu tua sampai zaman batu tengah mesolithikum. Baru pada zaman batu mu-da ada tanda-tanda bahwa mereka telah hidup me-netap sedenter. Ini merupakan suatu revolusi besar pertama dalam kehidupan manusia, bersa- maan dengan revolusi di bidang ekonomi. Proses peru-bahan tata kehidupan tersebut ditandai den- gan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup, yang berlangsung secara perlahan-lahan. Demikian pula bentuk tempat-tempat tinggal yang dibangun se-cara tidak beraturan. Bentuk rumah pada tingkat permulaan agak kecil, berbentuk bulat, atap dari daun-daunan dan langsung ke tanah. Setelah itu, bentuk rumah berkembang ke bentuk-bentuk yang lebih besar, yang dibangun di atas tiang. Rumah- rumah itu biasanya dibangun berdekatan dengan ladang. Pendirian rumah bertiang itu dimaksud- kan untuk menghindarkan diri dari bahaya banjir atau gangguan binatang buas. Pembuatan rumah ini dilakukan dengan cara gotong royong yang disertai berbagai upacara yang bertingkat-tingkat dan pantangan. Pada masa ini mereka telah memelihara hewan peliharaan beternak. Hewan yang penting pada masa itu ialah anjing dan babi. Anjing dipelihara untuk berburu sedangkan babi untuk dimakan da-gingnya. Anjing juga sangat penting sebagai bina-tang korban dalam upacara keagamaan. Pada masa perundagian manusia hidup di desa-desa daerah pegunungan, dataran rendah, dan tepi-tepi pantai. Tata kehidupan mereka semakin teratur dan ter-pimpin. Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam berba- gai bidang teknologi, yang bertujuan me-ningkatkan kesejahteraan hidup, mengakibatkan bertambahnya masyarakat yang sudah teratur. Namun demikian, perburuan binatang-binatang liar seperti harimau dan k ijang masih dilakukan. Perburuan ini dimak- sudkan untuk menunjukkan tingkat keberanian seseorang dalam lingkungan masyarakat tersebut. Coba kamu bandingkan sistem kemasyarakat zaman sekarang dengan sistem kemasyarakatan za- man dahulu. Apa saja unsur-unsur kesamaan-nya? Apa perbedaan yang paling mencolok dalam sistem kemasyarakatan zaman dahulu dengan za-man sekarang? Apa manfaat teknologi bagi masya-rakat? Apakah manfaat teknologi tersebut meng-alami perubahan dan pergeseran dewasa ini?

B. Sistem kepercayaan

Kehidupan kepercayaan masa prasejarah baru dimulai pada masa batu muda, sejalan dengan tingkat kehidupan mereka yang telah menetap. Sebelum masa itu, bukti-bukti adanya kehidupan kepercayaan masih sangat samar-samar. Adanya lukisan di gua-gua pada masa akhir batu tengah mungkin merupakan petunjuk adanya kehidupan kepercayaan. Lukisan-lukisan di gua-gua membe- rikan petunjuk, bahwa masyarakat pada waktu itu sudah mengenal adanya kekuatan gaib yang dianggap lebih berkuasa. Petunjuk lain dari masa sebelum kehidupan menetap ialah adanya pengu- buran mayat. Kiranya penguburan ini menunjuk- kan bahwa mereka telah menghargai kehidupan setelah mati. Mereka juga mempunyai anggapan bahwa roh orang yang sudah mati mempunyai pe- ngaruh terhadap kehidupan manusia yang masih ada di dunia ini. Bukti-bukti tentang penguburan ditemukan di Gua Lawa Lampung, Sodong, dan di Bukit Kerang Sumatera Utara. Upacara yang paling mencolok adalah upacara pada waktu penguburan, terutama