Kerajaan Banten Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

185 yang dikenal dengan nama Sultan Haji 1682-1687. Abdulnasar Abdulkahar memperoleh kedudukan sebagai raja karena mendapat dukungan dari Be- landa, tetapi ia harus mengadakan perjanjian den- gan Belanda. Perjanjian ini dikenal dengan nama Perjanjian Banten yang isinya antara lain:  Belanda mengakui Sultan Haji sebagai Raja Banten;  Banten tidak boleh berdagang di Maluku;  Hanya Belanda yang boleh mengekspor lada dan memasukkan barang ke wilayah Banten;  Banten harus melepaskan tuntutannya di Cire- bon. Pada masa pemerintahan Abdulnasar Abdul- kahar dan sesudahnya, Kerajaan Banten menga- lami kemunduran. Kemunduran tersebut antara lain disebabkan oleh perang saudara dan perebut-an kekuasaan.

G. Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon bertetangga dengan Keraja- an Banten dan Kerajaan Mataram. Berdasarkan penulisan sejarah tradisional, Kerajaan Cirebon di-dirikan oleh Fatahillah Sunan Gunung Jati. Ia adalah salah seorang dari Wali Songo. Menurut sumber sejarah Banten, Fatahillah disebut Fale- tehan atau Tagaril. Pada abad ke-16, Cirebon merupakan daerah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Fatahillah dapat me- rebut Cirebon dari kekuasaan Pakuan Pajajaran. Fa- tahillah menjadikan Cirebon sebagai daerah Islam dan kemudian mendirikan kerajaan Islam. Fatahillah merupakan pelopor dan penyebar agama Islam, serta sebagai raja pertama Kerajaan Cirebon. Oleh karena itu, ia d ijuluki sebagai Pandita Ratu. Pada masa pemerintahan Fatahillah, penye- baran agama Islam mendapat perhatian yang isti- mewa, sehingga agama Islam berkembang dengan pesat di Cirebon. Antara Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Mata- ram terjalin hubungan yang baik, sehingga Mata- ram tidak menaklukkan Kerajaan Cirebon. Pada- hal pada masa itu Mataram yang dipimpin oleh Seno-pati Ingalaga 1588 - 1601 mencapai puncak kejaya-an dan hampir seluruh Jawa menjadi bawa- hannya. Raja-raja Mataram tidak ingin menguasai Cire- bon, karena beberapa alasan berikut.  Cirebon telah lebih dulu memeluk agama Islam sehingga dianggap paling tua.  Raja-raja Cirebon merupakan keturunan Su-nan Gunung Jati yang dianggap suci.  Cirebon digunakan sebagai penghubung anta-ra Mataram dan Banten.  Panembahan Ratu Raja Cirebon dianggap seba-gai guru Sultan Agung Raja Mataram. Pada tahun 1570, Fatahillah wafat dan dima- kamkan di Bukit Jati atau Gunung Jati. Itulah sebab- nya kemudian ia terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Ia digantikan oleh Pangeran Paserean. Kedudukan Cirebon menjadi sulit ketika Jayakarta diduduki oleh VOC. Akhirnya tahun 1679, kerajaan Cirebon pecah menjadi Kasepuhan dan Kanoman. Kemudian, Kanoman pecah lagi menjadi Kacire- bonan. Pada abad ke-17, kerajaan Cirebon menjadi daerah kekuasaan VOC yang terdiri dari Kasepuh- an, Kanoman, dan Kacirebonan.

H. Kerajaan Makassar

Pada abad ke-16, di Semenanjung Sulawesi Se- latan terdapat dua kerajaan, yaitu Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini sangat erat hubungannya. Ke- mudian, kedua kerajaan ini bersatu menjadi Kera- jaan Gowa-Tallo. Setelah bersatu kedua kerajaan itu lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar. Makassar merupakan salah satu kota di Gowa. Perkembangan agama Islam di Kerajaan Makassar sejalan dengan perkembangan perdagangan di Pe- labuhan Makassar yang banyak dikunjungi peda- gang dari Demak, Bugis, dan Malaka. Para pedagang menyebarkan agama Islam. Agama Islam mulai masuk di kerajaan ini set- elah mubaligh atau ulama Dato’ri Bandang dari Mi-nangkabau datang menyiarkan agama Islam kepa-da masyarakat dan raja-raja Makassar. Pada tahun 1650, agama Islam secara resmi disebarkan di Ma-kassar. Proses islamisasi ini d ijalankan secara da-mai. Perkembangan agama Islam lebih meluas lagi setelah Raja Tallo, Karaeng Matoaya, yang merang- kap Mangkubumi Kerajaan Goa bergelar Sultan Abdullah dan Raja Gowa yang bernama Daeng Manrabia bergelar Sultan Alaudin memeluk agama Islam pada tahun 1605. Kedua raja ini sangat giat menyebarkan agama Islam ke seluruh daerah kera-jaannya. Oleh karena itu, Makassar menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Sulawesi. Raja atau Sultan Alaudin wafat pada tahun 1639. Ia digantikan putranya yang bernama Sul- tan Muhammad Said 1639-1653. Di bawah pe- merintahannya, banyak kemajuan yang dicapai. Pelabuhan Somba Opu dibangun sehingga semakin ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari dalam dan luar negeri. Kekuasaan Kerajaan Makassar berkembang te-rus sampai Pulau Solor di Flores Timur, Nusa Teng-gara Timur. Puncak kejayaan Makassar ter- jadi pa-da masa pemerintahan Sultan Hasanuddin 186 yang mempunyai sikap sama dengan ayahnya yaitu sa-ngat benci terhadap kekerasan Belanda. Oleh ka-rena itu, ia berusaha untuk mengusir Belanda dari Makassar. Sikap tegas, gigih, serta tidak mau ber-kompromi dengan Belanda, membuat Sultan Hassanuddin d ijuluki oleh Belanda sebagai “Ayam Jantan dari Timur” de haan van oosten. Tahun 1660, Aru Palaka memberontak dan ber- khianat kepada Kerajaan Makassar dengan memin- ta bantuan Belanda. Persekutuan Aru Palaka dengan Belanda semakin kuat, sehingga mampu menekan Kerajaan Makassar. Tekanan-tekanan yang terus dilancarkan oleh pihak pemberontak atas hasutan Belanda, akhirnya memaksa Sultan Hassanuddin menandatangani suatu perjanjian, yang disebut Perjanjian Bongaya 1667. Isi Perjanjian Bongaya tersebut, yaitu:  VOC memperoleh hak monopoli dagang di Ma-kassar;  Belanda mendirikan benteng di Makassar;  Makassar harus melepaskan daerah jajahan- nya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Ma- kassar;  Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone;  Semua kapal Makassar harus mendapat izin dari Belanda untuk dapat bebas berlayar;  Makassar harus membayar 250.000 ringgit ser-ta menyerahkan 1.000 budak kepada VOC. Setelah diadakan Perjanjian Bongaya, Sultan Hasanuddin mengerahkan seluruh kekuatan untuk mengusir Belanda dari Makassar. Usahanya gagal dan Makassar akhirnya di-kuasai Belanda.

I. Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar terletak di Kalimantan Selatan. Kerajaan ini berkembang pada awal abad ke-16. Kerajaan Banjar didirikan oleh Raden Samudra. Setelah memeluk agama Islam, Raden Samudra bergelar Sultan Suryanullah atau Suryansyah. Dulunya, Kerajaan Banjar adalah kerajaan ber- corak Hindu. Raden Samudra berhasil menjadikan Kerajaan Banjar sebagai kerajaan Islam karena mendapat bantuan dari Kerajaan Demak. Oleh ka-rena itu, antara Demak dan Banjar telah terjalin hubungan yang erat dan baik. Kepala pemerintahan Kerajaan Banjar adalah seorang Sultan yang dibantu oleh Patih atau Mang- kubumi. Patih dibantu oleh menteri yang bergelar Tumenggung atau Kyai. Kerajaan Banjar memperoleh penghasilan ter- utama dari cukai perdagangan karena letaknya yang strategis untuk jalur perdagangan. Dari bi-dang inilah perekonomian kerajaan dapat berputar dan berkembang. Setelah Sultan Adam wafat 1857, Kerajaan Banjar mengalami krisis pemerintahan. Hal itu an- tara lain disebabkan munculnya perebutan kekua- saan antarpangeran. Rakyat mendukung Pangeran Hidayatullah un-tuk menduduki tahta kerajaan karena dialah yang sebenarnya punya hak naik tahta. Akan tetapi, Be-landa mendukung Pangeran Tamjidillah untuk naik tahta. Maka terjadilah kekacauan. Akhirnya, Belan-da dapat menguasai Kerajaan Banjar dan mengha-puskan gelar kesultanan.

J. Kerajaan Ternate dan Tidore

Pelayaran dan perdagangan di Maluku men- jadi maju karena pelabuhan Ternate dan Tidore ra-mai disinggahi para pedagang dari dalam dan luar negeri seperti dari Jawa, Malaka, Cina, Arab, Persia, dan Turki. Pada abad ke-15, agama Islam ber-kembang pesat di Maluku. Penyebar agama Is- lam di Maluku adalah pedagang dan ulama adalah Gre-sik dan Tuban. Di antara kerajaan-kerajaan yang ada di Malu- ku, Ternate adalah kerajaan yang paling berkem- bang. Ternate menjadi kerajaan Islam setelah Zaenal Abidin masuk Islam. Pada abad ke-16 1521, Ternate bekerja sama dengan Tidore. Sementara itu, terjadi persaingan antara bangsa Portugis dan Spanyol untuk memperebutkan daerah sumber rempah- rempah tersebut. Menghadapi monopoli perdagangan Eropa di Maluku, antara Ternate dan Tidore timbul persa- ingan. Akhirnya, terbentuklah persekutuan daerah masing-masing. Ternate membentuk persekutuan Uli Lima Persekutuan Lima Bersaudara, meliputi Pulau Ternate, Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Se- dangkan, Tidore membentuk persekutuan Uli Siwa Persekutuan Sembilan Saudara, meliputi Pulau Makyan, Jailolo Halmahera, dan pulau-pulau yang terletak antara daerah tersebut sampai Irian Barat. Ternate bersekutu dengan Portugis. Tidore bersekutu dengan Spanyol. Selain memonopoli perdagangan, Portugis juga terlalu ikut campur urusan dalam negeri dan me- nyebarkan agama Katolik dengan cara yang tidak simpatik. Tindakan-tindakan Portugis yang demi- kian menimbulkan perlawanan. Sultan Hairun 1550-1570 adalah salah satu Sultan Ternate yang menantang Portugis. Ia ditang- kap oleh De Mesquita, Gubernur Portugis di Malu- ku. Pada tahun 1570, Sultan Hairun dibunuh oleh pihak Portugis. Perjuangan rakyat Maluku tidak sia-sia karena akhirnya Portugis mengalihkan kekuasaannya ke Timor bagian timur. Raja-raja yang pernah memer-