165
Ken Arok. Ken Arok menerima para brah-mana dan melindungi mereka.
Pada tahun 1222, Ken Arok berperang melawan
Kertajaya Dandang Gendis di Desa Ganter. Dalam perang ini, Kertajaya berhasil dikalahkan. Maka
sejak itu Ken Arok mendirikan kerajaan baru yang disebut Singasari.
Beberapa bulan setelah Tunggul Ametung dibu-nuh, Ken Dedes melahirkan anak laki-laki
yang di-beri nama
Anusapati. Perkawinan Ken
Arok dan Ken Dedes menurunkan Mahisa Wong
Ateleng. Dari perkawinannya dengan Ken Umang, Ken Arok mempunyai anak bernama
Tohjaya.
Setelah dewasa, Anusapati mengetahui bahwa ayahnya dibunuh Ken Arok. Sebagai balas dendam
atas kematian ayahnya, pada tahun 1227, Anusa-pati membunuh Ken Arok dengan menggunakan keris
buatan Mpu Gandring.
b. Pemerintahan Anusapati, Tohjaya, dan Rang- gawuni
Anusapati, naik tahta sampai tahun 1248 meng- gantikan Ken Arok. Pada tahun 1248, Anusapati
dibunuh oleh
Tohjaya. Anusapati dimakamkan di
Candi Kidal.
Tohjaya kemudian naik tahta menjadi raja Singasari. Ia memerintah hanya beberapa bulan.
Pada tahun 1248, ia dibunuh oleh
Ranggawuni.
Ranggawuni adalah anak Anusapati.
Ranggawuni naik tahta menggantikan Tohjaya. Ia bergelar
Sri Jaya Wishnuwardhana. Ranggawuni
memerintah didampingi oleh sepupunya yang ber-nama
Mahisa Cempaka, anak Mahisa Wong Ateleng. Mereka memerintah bagaikan Wishnu dan
Indra. Mahisa Cempaka kemudian menjadi
Ratu Anga-bhaya dengan gelar Narasingamurti.
Pada masa pemerintahan Wishnuwardhana, negara dalam keadaan aman dan tenteram. Pada
tahun 1254, Wishnuwardhana menobatkan anak- nya yang bernama
Kertanegara sebagai raja muda.
Sementara itu Wishnuwardhana tetap meme-rintah mendampingi putranya. Pada tahun 1268, Wish-
nuwardhana wafat di Mandaragiri. Jenazah-nya dimakamkan di dua tempat, yaitu di Weleri dekat
Blitar dalam perwujudannya sebagai Siwa dan di Jayaghu dalam perwujudannya sebagai Bu-dha
Amogaphasa.
C. Pemerintahan Kertanegara 1268-1292
Kertanegara menjadi raja Singasari dengan gelar
Sri Maharajadhiraja Sri Kertanegara. Dalam
pemerintahannya, Kertanegara dibantu oleh tiga orang mahamantri, yaitu Rakyan I Hino, Rakyan
I Nalu, dan Rakyan I Sirikan. Mereka bertugas
menerus-kan segala perintah raja kepada para menteri pe-laksana.
Kertanegara adalah raja terbesar dari Kerajaan Singasari. Dalam bidang politik, ia mempunyai ga-
gasan untuk memperluas cakrawala mandala. Pada awal pemerintahannya tahun 1270, Kerta-negara
berhasil menumpas pemberontakan
Kalana Bhaya.
Pada tahun 1275, raja mengirim Ekspedisi Pamalayu ke Sumatra untuk menaklukkan Kerajaan Melayu.
Pada tahun 1280, ia berhasil membinasa-kan dur- jana bernama
Mahisa Rangkah. Pada tahun 1284,
Kertanegara berhasil menaklukkan Bali. Pada masa pemerintahannya, Kertanegara ber-
hasil memperluas kekuasaan sampai ke luar Jawa dan Melayu. Kertanegara berusaha memperluas
kekuasaannya karena didorong oleh ancaman
Kai- sar Kubhilai Khan di Cina.
Pada tahun 1280 dan 1281, datang utusan Ku-bhilai Khan yang menuntut agar Kertanegara
mengakui kedaulatan
Kubhilai Khan di Cina. Kerta-
negara diminta mengirimkan seorang pangeran
untuk menyerahkan upeti kepada Kubhilai Khan. Tuntutan tersebut ditolak oleh Kertanegara dengan
tegas. Akibatnya Kubhilai Khan tersinggung dan marah, serta mengancam akan menghancurkan
Ke-rajaan Singasari.
Kertanegara siap menghadapi ancaman Kubhi- lai Khan. Ketika utusan Kubhilai Khan yang ber-
nama
Meng-Chi datang ke Singasari pada tahun
1289, utusan ini ditolak dan dilukai. Hal ini menye- babkan kemarahan Kubhilai Khan. Maka, dikirim-
lah armada Mongol dari Cina ke Pulau Jawa untuk menaklukkan Kertanegara.
Untuk membendung tentara Mongol, Kertane- gara mengirimkan pasukannya ke luar Jawa. De-
ngan pengiriman pasukan secara besar-besaran ini, maka kekuatan Singasari menjadi lemah. Kesem-
patan ini bagi
Jayakatwang merupakan peluang
untuk menghancurkan Kertanegara. Pada tahun 1292, Jayakatwang menyerang Ker-
tanegara. Serangan Jayakatwang ini datang dari dua arah yaitu dari utara dan dari arah selatan. Karena
pasukan Kertanegara di dalam kerajaan ha-nya sedikit, maka dengan mudah Jayakatwang da-pat
membunuh Kertanegara.
Dalam perebutan kekuasaan tersebut, pihak Jayakatwang menang. Dengan kemenangan ini,
maka Jayakatwang mengangkat dirinya sebagai raja. Ia mengalihkan pusat pemerintahan ke Daha,
Kediri.
Kertanegara adalah penganut agama Tantra- yana. Tantrayana merupakan campuran antara
agama Siwa, Wisnu, dan Budha. Ketiga tokoh da- lam ketiga aliran tersebut dianggap satu dan tak
terpisahkan. Oleh karena itu, pada waktu masih hidup, Kertanegara diberi gelar Wisnu dan setelah
meninggal diberi gelar Siwa dan Budha.
166
Setelah meninggal, Kertanegara dikubur di Candi Singasari dalam tiga bentuk arca, Bhairawa,
Aksobhya, dan Ardhanari. Kertanegara juga diku- bur di Candi Jawi yang merupakan perpaduan
an-tara Candi Hindu dan Budha.
I. Kerajaan Sriw ijaya
Kerajaan Sriw
ijaya berdiri pada abad ke-7 683 M. Kerajaan Sriw
ijaya terletak di dekat kota Pa- lembang. Kerajaan Sriw
ijaya merupakan kerajaan yang bercorak Budha tertua di Indonesia dan me-
rupakan kerajaan Budha terbesar di Asia Tenggara. Kerajaan Sriw
ijaya dapat berkembang menjadi be- sar karena didukung oleh beberapa faktor, antara
lain, letak geografis, pelayaran dan perdagangan internasional kuno, serta perkembangan agama
Bu-dha.
Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya ber- kembang menjadi pusat pemerintahan politik,
pelayaran, perdagangan ekonomi dan pusat pen- didikan, serta perkembangan agama Budha.
a. Negara maritim
Sejak terbuka hubungan dagang antara Cina dan daerah-daerah di sebelah barat India, kegia-
tan perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka sema-kin ramai. Keramaiannya meluas sampai
ke daerah pantai timur Sumatra yang berdekatan dengan Selat Malaka. Dampak positif dari ramainya
per-dagangan tersebut antara lain ialah bangsa In- donesia dapat mengenal dunia luar. Melalui perte-
muan dengan para pedagang dari Cina dan India masyarakat Sriw
ijaya dapat belajar dari mereka, baik itu mengenai teknik pelayaran maupun sistem
perdagangan. Secara
geografis, Kerajaan Sriw ijaya terletak
di kawasan yang strategis karena berhadapan de- ngan Selat Malaka dan Selat Sunda. Karena letak
geografis yang strategis ini, Sriw ijaya dapat me-
nguasai dua perairan yang sangat penting dalam perdagangan.
Selain itu, Kerajaan Sriwijaya berhasil me- ngembangkan perdagangan internasional karena
didukung oleh angkatan laut yang kuat dan kapal- kapal dagang yang jumlahnya relatif banyak.
Dengan kekuatan angkatan laut yang dimiliki, Kerajaan Sriw
ijaya mampu mengamankan jalur per- dagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Cina
Selatan. Dengan terjaminnya keamanan di perairan tersebut, banyak pedagang dari luar nege-ri senang
singgah di dermaga Sriw ijaya. Berlabuh-nya kapal-
kapal asing di dermaga Sriwijaya tentu sangat menguntungkan. Mereka membayar pajak kepada
kerajaan, membeli barang-barang komodi-tas dari hasil bumi di Sriw
ijaya. Sebaliknya, masyarakat Sriw
ijaya dapat membeli barang-barang dari para pedagang asing tersebut.
Hubungan Kerajaan Sriw ijaya dengan negara-
negara lain terus ditingkatkan. Kerajaan Sriw ijaya
membuka hubungan diplomasi dengan negara Ci-na, dengan mengutus duta untuk menyerahkan
barang-barang upeti sebagai tanda persahabatan kepada
Kaisar Ling, penguasa pada waktu itu. Hu-
bungan diplomasi ini d ijalin dengan tujuan agar
Cina tidak membuka perdagangan secara langsung dengan negara lain di Asia Tenggara, tanpa melalui
atau melewati bandar-bandar Sriw ijaya terlebih
dahulu. Kegiatan perdagangan yang semakin ramai ini
menyebabkan barang-barang dan hasil bumi Sri- w
ijaya menjadi barang perdagangan yang laku di pasaran dunia. Barang dagangan Sriw
ijaya seperti gading gajah, kulit penyu, emas, perak, dan hasil
bumi rempah-rempah, damar dan kemenyan yang sangat bermutu tinggi diminati oleh pedagang-
pedagang dari mancanegara, terutama Cina. Se- dang, barang dagangan Cina yang laku di Sriw
ija- ya adalah kain halussutra, porselin, perhiasaan
kerajinan dari logam emas, perak, dan perunggu. Berkat hubungan dagang dengan negara lain,
Kerajaan Sriw ijaya semakin jaya dan makmur. Oleh
karena pemasukan pajak Kerajaan Sriw ijaya be-rupa
emas dan perak, kerajaan ini terkenal dengan sebu- tan Swarna Dwipa yang berarti Kerajaan Emas.
Jasa pelayanan pelabuhan, jasa niaga, dan cukai yang dipungut dari barang-barang dagangan yang
masuk sebagai pajak dapat menopang kebesaran peradaban Sriw
ijaya pada masa-masa sesudah-nya. Dengan kekuatan angkatan laut yang tangguh,
Kerajaan Sriw ijaya sering dikenal sebagai negara
maritim. Di samping itu, Kerajaan Sriw ijaya juga
merupakan negara kesatuan dan persatuan perta- ma yang merdeka dan berdaulat di seluruh Nusan-
tara.
Kerajaan Sriw
ijaya mencapai puncak kejayaan masa keemasan pada abad ke-8 dan 9 M, pada masa
pemerintahan
Raja Balaputeradewa dari Dinasti
Syailendra. Raja Balaputeradewa sangat cakap me- ngatur pemerintahan sehingga berhasil menjadi-
kan Kerajaan Sriw ijaya sebagai negara yang besar,
kuat dan disegani oleh negara-negara tetangga. Menurut catatan yang tertulis pada Prasasti
Na-landa 860 M, pada masa pemerintahan Raja
Bala-puteradewa banyak putra Sriwijaya yang dikirim untuk belajar di Perguruan Tinggi Nalanda
di Beng-gala India. Raja Balaputeradewa dengan bantuan
Raja Denapaladewa dari Kerajaan Pala
pernah me-merintahkan mendirikan kerajaan di Benggala.
b. Bukti keberadaan Sriwijaya Keberadaan Kerajaan Sriw
ijaya diketahui dari
167
prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Sriw ijaya.
Prasasti-prasasti yang ditulis dengan huruf Palla- wa dan bahasa Melayu Kuno tersebut antara lain:
prasasti Kedukan Bukit, prasasti Telaga Batu, pra- sasti Talang Tuo, prasasti Kota Kapur, dan prasasti
Karang Berahi.
1. Prasasti Kedukan Bukit 605 Saka688 M
Prasasti ini ditemukan di tepi Sungai Talang dekat Palembang. Isinya antara lain mengatakan
bahwa seorang yang benama
Dapunta Hyang
me-ngadakan perjalanan suci siddhayatra dengan pe-rahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan
membawa tentara sebanyak 20.000. Dalam perja- lanannya ini ia berhasil menaklukkan beberapa
daerah, sehingga dengan kemenangannya ini Sri- w
ijaya menjadi makmur.
2. Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan di sebelah barat Kota Palembang. Prasasti ini tidak berangka tahun. Isi-
nya berupa kutukan bagi mereka yang melakukan kejahatan dan tidak taat terhadap perintah raja.
3. Prasasti Talang Tuo
Prasasti ini ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini ber-
angka tahun 606 Saka atau 684 M. Isinya tentang pembuatan taman yang diberi nama
Sriksetra yang
dibuat oleh
Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk ke-
makmuran semua makhluk. Selain itu ditemukan pula gua-gua yang bercorak Budha Mahayana.
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka ini berangka tahun 686 M. Prasasti ini menceritakan
permintaan kepada dewa untuk menghukum setiap orang yang tidak tunduk kepada kekuatan
Kera-jaan Sriw ijaya. Pada Prasasti Kota Kapur juga
di-ceritakan bahwa bumi Jawa tidak mau tunduk ke-pada Sriw
ijaya.
5. Prasasti Karang Berahi 686 M
Prasasti ini ditemukan di daerah Jambi Hulu. Isinya tentang permintaan kepada dewa yang men-
jaga Kedatuan Sriw ijaya untuk menghukum setiap
orang yang bermaksud jahat dan durhaka terhadap kekuasaan Sriw
ijaya. Di samping prasasti-prasasti di atas, masih ba-
nyak prasasti yang mengungkapkan keberadaan Kerajaan Sriwijaya, misalnya, Prasasti Tulang
Ba-wang dekat Sungai Tulang Bawang, Prasasti Can-di Sewu, Dieng, dan Gondasuli ketiga prasasti
yang terakhir ini ditemukan di Jawa.
c. Perkembangan agama Budha Wilayah
Sriw ijaya yang meliputi Selat Malaka,
Selat Karimata, Selat Sunda, Sumatra Selatan, Su-matra Tengah, Pantai Timur, Sumatra Utara,
Pantai Barat Kalimantan, dan daerah Semenanjung Ma-laka mempunyai peranan besar dalam pengem-
bangan perdagangan dan ilmu pengetahuan, dan agama Budha.
Berkaitan dengan masalah ilmu pengetahuan dan agama Budha yang berkembang di Kerajaan
Sriw ijaya, kita dapat mengetahui dari seorang pen-
deta Budha Cina bernama I-Tsing yang mengatakan
bahwa Kerajaan Sriw ijaya berhasil menjadi pusat
ilmu dan agama Budha. Jumlah pendeta ada seribu orang. Jumlah ini pada masa itu sudah termasuk
jumlah yang banyak.
Ajaran agama Budha dapat disebarluaskan dan pusat-pusat agamawihara banyak didirikan un-tuk
para bhiksu dan bhiksuni yang sedang menun-tut ilmu. Pendeta yang terkenal adalah
Sakyakirti dan Darmapala yang berasal dari negara India. Ba-
ngunan candi pada masa Kerajaan Sriw ijaya ada-lah
Candi Muara Takus dan patung Budha yang terletak di daerah Bukit Siguntang.
I-Tsing menyatakan bahwa raja-raja Sriw ijaya
amat saleh dan memperhatikan agama Budha. Ada dua aliran agama Budha yang berkembang, yakni
aliran Hinayana dan Mahayana. Aliran Hinayana dipeluk oleh sebagian besar penduduk termasuk
rajanya. Raja-raja Sriw
ijaya adalah kepala negara sekaligus pemimpin dan pelindung agama Budha.
Raja Sriw ijaya yang terkenal bernama Balapute-
radewa. d. Runtuhnya kerajaan Sriwijaya
Pada akhir abad ke-10 kekuasaan Kerajaan Sri-wijaya mulai mundur. Sebenarnya Kerajaan
Sriwi-jaya juga menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangganya, tetapi tidak diketahui
dengan pasti. Tiba-tiba hubungannya dengan Raja Cola-mandala India menjadi buruk.
Pada tahun 1025, Kerajaan Colamandala me- ngadakan serangan pertama ke Kerajaan Sriw
ijaya. Serangan kedua terjadi pada tahun 1030 dan yang
ketiga tahun 1068. Akibat peperangan ini, banyak kapal Sriw
ijaya yang hancur dan tenggelam. Raja Sriw
ijaya waktu itu yang bernama Sri Sanggra- maw
ijayatunggawarman ditawan musuh. Sejak
itu, Kerajaan Sriw ijaya mulai meredup. Raja-raja
ba-wahannya satu per satu mulai melepaskan diri dari pengaruh Kerajaan Sriw
ijaya. Yang pertama melepaskan diri yaitu Kerajaan
Melayu. Hal ini diketahui dari catatan Cina yang menyebutkan bahwa pada abad ke-11 raja Melayu
mengirim sendiri utusan ke negeri Cina. Setelah Melayu, Semenanjung Malaka melepaskan diri
juga. Sementara itu Kerajaan Kediri di Jawa Timur mulai meluaskan pengaruhnya di perairan sebelah
timur.
168
Untuk sementara, Sriw ijaya tetap berkuasa di
perairan bagian barat. Setelah berdirinya Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, Kerajaan Sriw
ijaya se- kitar tahun 1377 M tenggelam ditelan masa dan
ti-dak berkuasa lagi.
J. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit berdiri pada tahun 1293 Masehi. Munculnya Kerajaan Majapahit erat hu-
bungannya dengan keruntuhan Kerajaan Singasa-ri. Tokoh yang berperan merintis Majapahit adalah
Raden W ijaya.
a. Raden Wijaya dan lahirnya Majapahit Pada waktu Kerajaan Singasari diserang Kediri,
yang diserahi tugas untuk melawan serangan mu- suh adalah
Raden W ijaya. Raden Wijaya adalah
ca-lon menantu
Kertanegara.
Dalam peperangan ini, Raden W ijaya dan pe-
ngikutnya kalah. Melihat Kerajaan Singasari sudah dikuasai musuh, maka Raden W
ijaya bersama pe- ngikutnya menyelamatkan diri. Pengikut Raden
W
ijaya antara lain Ranggalawe, Sora, dan Nambi.
Pengembaraan Raden
W ijaya dimulai dari Ka-
pulungan kemudian ke Rabut Carat, selanjutnya ke Pamawatan, terus ke Trung lalu ke Kuloran dan
Kembang Sri. Karena masih dikejar-kejar musuh, akhirnya Raden W
ijaya menyeberangi Bengawan Berantas dan sampai di Desa Kudadu. Menurut
ce-rita, pada saat menyeberangi Bengawan Berantas banyak pengikut Raden W
ijaya hanyut atau ter- tawan musuh sehingga tinggal 12 orang. Di desa
Kudadu, rombongan Raden W ijaya diterima pen-
duduk setempat dan mendapat perlindungan. Para pengikutnya yang selamat menyarankan
agar Raden W
ijaya meminta bantuan kepada Aria Wiraraja Bupati Madura. Semula saran tersebut
ditolak. Alasannya Wiraraja
adalah teman Jaya- katwang. Akan tetapi, atas desakan para peng-
ikutnya dan jaminan
Nambi putera Wiraraja,
akhirnya usul tersebut diterima. Raden
W ijaya bersama pengikutnya diterima
dan diperlakukan dengan hormat oleh Wiraraja.
Setelah beberapa waktu lamanya, Raden W ijaya
bersama pengikutnya yang masih setia dan Aria Wiraraja menyakinkan bahwa Raden W
ijaya su- dah takluk kepada Jayakatwang. Akhirnya, Raden
W ijaya diterima mengabdi di Kediri.
Selang beberapa lama kemudian Raden W ijaya
memohon tanah Tarik sekitar Mojokerto, Jawa Timur untuk d
ijadikan daerah kedudukannya. Permintaan Raden W
ijaya dikabulkan. Ia diberi bekal secukupnya untuk membuka hutan Tarik.
Pada akhir tahun 1292, tentara Mongol men- darat di Tuban untuk menghancurkan Singasari.
Pasukan Cina itu dipimpin
Ike Mese, Kau Shing,
dan Shih Pi. Dari Tuban, mereka menyusuri pantai
menuju muara Sungai Pat-tsieh barangkali Sungai Mas terus ke Canggu. Kedatangan armada Cina ini
dimanfaatkan oleh Raden W ijaya dan Aria Wi-raraja
untuk menyerbu Kediri. Di Canggu, pasukan Cina bergabung dengan
pasukan Raden W ijaya menuju Kediri untuk mela-
wan Jayakatwang. Mereka tidak tahu bahwa ne- gara yang diserang sebenarnya telah mengalahkan
Singasari. Karena serangan mendadak ini Kerajaan Kediri jatuh dan Jayakatwang gugur.
Kemudian, tentara Raden W ijaya berbalik me-
nyerang sisa-sisa tentara Cina. Serangan yang tiba- tiba itu menyebabkan tentara Tartar tidak dapat
mengelak dan melawan sehingga kacau balau dan banyak yang terbunuh. Sedangkan yang masih hi-
dup kembali ke negerinya dengan tangan hampa.
Kekalahan tentara Tartar mengantarkan Raden W
ijaya menjadi penguasa di Jawa Timur. b. Pemerintahan
Raden Wijaya
Pada tahun 1293 atau tahun Saka 1215, Raden
W ijaya dinobatkan menjadi raja di Majapahit. Ia
bergelar Sri Kertarajasa Jayawarddhana Anan-
tawi-kramo tunggadewa.
Ia memegang tampuk pemerintahan didam- pingi keempat puteri Kertanegara. Keempat puteri
Kertanegara itu adalah
Putri Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, Sri Parameswari Dyah
Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Praj-naparamita, dan Sri Rajendradewi
Dyah Dewi Gaya-tri. Mereka diperistri oleh Raden W
ijaya. Pengikut Raden Wijaya yang berjasa dalam
perjuangan dan diangkat menjadi pejabat tinggi pemerintah di Kerajaan Majapahit. Mereka adalah
sebagai berikut.
Aria Wiraraja memperoleh kedudukan di
daerah Jawa Timur di Lumajang dan Blamban- gan se-bagai Menteri Mahawiradikhara.
Ronggolawe diangkat menjadi Bupati Tuban. Nambi diangkat sebagai Rakyan Mapatih Maja-
pahit.
Sora diangkat sebagai Rakyan Apatih menjabat
Bupati di Kediri.
Mpu Tancha diangkat sebagai tabib istana. Semi dan Kuti diangkat sebagai pejabat tinggi
istana. Dari pernikahannya dengan
Tribhuaneswari,
Raden W
ijaya dianugerahi anak bernama Jayane- gara. Jayanegara dikenal dengan nama Kala Gemet.
Sebagai putera mahkota ia mendapat daerah Kedi- ri. Dari pernikahan dengan
Gayatri, Raden W
ijaya
169
memperoleh dua anak, yakni
Tribhuanatunggadewi Jaya Wishnuwardhani yang menjadi raja Kahuri-
pan Bre Kahuripan dan
Rajadewi Maharaja yang
menja-di raja Daha Bre Daha. Pemimpin
Ekspedisi Pamalayu yang datang mem-
bawa Dara Petak dan Dara Jingga diangkat menjadi
panglima perang dengan nama Kebo Anabrang.
Da-ra Petak kemudian diperistri oleh Raden W ijaya.
Dara Jingga menjadi istri salah seorang pembesar Majapahit.
Pengangkatan Kebo Anabrang tersebut menim-
bulkan pemberontakan dari orang-orang yang ti- dak puas, misalnya:
Pemberontakan Ronggolawe pada tahun 1295. Pemberontakan ini dapat dipadamkan.
Pemberontakan Lembu Sora pada tahun 1311. Pemberontakan Juru Demung pada tahun
1313. Pada tahun 1309, Raden Wijaya wafat. Ia dima-
kamkan di Candi Antapura. a. Pemerintahan Jayanegara 1309 -1328
Pengganti Kertarajasa adalah Jayanegara. Ia
bergelar Sri Jayanegara. Jayanegara menghadapi
masa-masa yang sulit karena timbulnya berbagai pemberontakan. Pemberontakan ini merupakan
kelanjutan dari pemberontakan pada masa Raden W
ijaya. Pemberontakan-pemberontakan tersebut antara lain:
Pemberontakan
Nambi tahun 1316,
Pemberontakan Semi tahun 1318,
Pemberontakan
Kuti tahun 1319.
Pemberontakan Kuti sangat berbahaya karena ibu kota Majapahit dapat diduduki. Jayanegara ke-
mudian menyingkir ke Badander, dengan dikawal pasukan Bhayangkara yang dipimpin oleh
Gajah Mada. Jayanegara mengungsi ke daerah Badander
selama 15 hari. Akhirnya, pemberontakan Kuti berhasil di-
tumpas Gajah Mada dalam pertempuran di Badan- der. Kemudian Gajah Mada diangkat menjadi Patih
Kahuripan.
Ada tiga buah prasasti dari masa pemerintah- an Jayanegara, yaitu Prasasti Tuhanaru tahun 1322,
Prasasti Blambangan , dan Prasasti Blitar tahun
1324. Raja Jayanegara wafat pada tahun 1328. Ia tidak
mempunyai keturunan. Ia kemudian dicandikan di Silapetak dan Bubat dalam perwujudannya se-
bagai Wishnu dan di Kapopongan sebagai Budha Amogasidhi.
c. Pemerintahan Tribhuanatunggadewi
1328-1350 Karena Jayanegara tidak mempunyai anak, ma-
ka yang paling berhak menggantikan kedudukan- nya adalah
Gayatri. Karena dia sudah menjadi per-
tapa, tahta kerajaan diserahkan kepada puterinya yang bergelar
Tribhuanatunggadewi Jayawishnu- wardhani Bhre Kahuripan. Tribhuanatunggadewi
menikah dengan
Kertawardhana. Dari pernikahan
ini lahir Hayam Wuruk pada tahun 1334.
Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan yang
disebut Pemberontakan Sadang. Perdana Menteri Majapahit waktu itu ialah
Arya Tadah. Karena ratu
sedang sakit, ia mengutus Gajah Mada untuk me- numpas pemberontakan ini. Akhirnya, pemberon-
takan berhasil dipadamkan. Sebagai imbalan atas jasanya yang telah berhasil menumpas Pembe-
rontakan Sadang, Gajah Mada diangkat menjadi Mangkubumi Perdana Menteri Majapahit meng-
gantikan Arya Tadah.
Ratu Tribhuana mengangkat Adityawarman
anak Kertarajasa dengan putri Melayu Dara Jingga sebagai penasihat. Setelah dua puluh tahun meme-
rintah, Ratu Tribhuana mengundurkan diri pada tahun 1350.
d. Pemerintahan Hayam Wuruk 1350-1389
Hayam Wuruk menggantikan Tribhuana seba-
gai raja. Ia bergelar Rajasanegara. Hayam Wuruk
didampingi oleh Gajah Mada sebagai Patih Ha- mangkubhumi. Pada masa ini, Majapahit menca-pai
puncak kejayaan atau masa keemasan.
Selain Gajah Mada, tokoh-tokoh besar yang
ber-peran mengantar Kerajaan Majapahit ke puncak jayanya adalah