Saluran yang digunakan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

177 Saluran dan cara Islamisasi dilakukan melalui cabang-cabang kesenian seperti bangunan, seni pa-hat atau ukir, seni tari, seni musik, dan seni sas- tra. Contohnya adalah pementasan wayang yang d ija-dikan media berdakwah Sunan Kalijaga. Di Yogya-karta, setiap maulud nabi, gamelan keraton Sekati dibawa ke Mesjid Agung, untuk dibunyikan de-ngan irama yang sangat menarik masyarakat. Setelah masyarakat berkumpul, dilanjutkan de- ngan dakwah dan membaca kalimat syahadat yang berarti masuklah orang tersebut ke agama Islam. Dari istilah gamelan Sekati dan mungkin ju-ga dari syahadat kemudian menjadi syahadatin dan akhirnya sekaten . f. Tasawuf Para ahli tasawuf yang hidup sederhana selalu berusaha untuk bisa menghayati keadaan hidup masyarakat. Mereka berusaha untuk hidup bersa- ma masyarakat, dan biasanya mereka juga pandai dalam menyembuhkan penyakit. Mereka menga- jarkan dan menyebarkan Islam dengan cara yang sesuai dengan keadaan masyarakat, alam pikiran, dan budaya masyarakat sehingga Islam mudah di-terima oleh masyarakat. Di antara para ahli tasa- wuf, yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra Is- lam antara lain Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung di Jawa.

C. Perkembangan di Indonesia

Pengaruh Islam diperkirakan telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7. Islam dibawa langsung oleh para pedagang Arab, Persia, dan India Guja- rat. Masuk dan berkembangnya Islam di berbagai wilayah Indonesia tidak pada waktu yang ber- samaan. Hal ini dikarenakan:  Indonesia terdiri dari banyak pulau.  Di berbagai wilayah Indonesia terdapat ke- rajaan-kerajaan Hindu dan Budha pada saat kedatangan Islam. Di Sumatera, misalnya ada kerajaan Sriw ijaya dan Melayu, di Jawa ada kerajaan Mataram, Majapahit, Sunda, dan di Kalimantan ada kerajaan Nagara, Daha, dan Kutai.  Masyarakat daerah pantai mengembangkan ekonomi maritim, berdagang dan berlayar, sehingga dimungkinkan lebih banyak berhu- bungan dengan suku atau bangsa lain diban- dingkan dengan masyarakat pedalaman yang berekonomi agraris yang sedikit memiliki hu- bungan dengan bangsa lain, termasuk agama dan budaya Islam. Masyarakat Indonesia saat itu juga sudah di- pengaruhi oleh budaya Hindu yang kemudian berkembang dalam wujud akulturasi Indonesia- Hindu. Meskipun demikian, ada masyarakat Indonesia yang tidak pernah terpengaruh agama dan budaya Hindu. Mereka masih asli dengan keper-cayaan dan budaya Indonesia. Di Nias dan Flores masyarakat masih membuat patung-patung untuk dipujanya, di Kalimantan masih ditemukan upacara tiwah yaitu upacara untuk menghormati dan me-muja nenek moyang dan sebagainya. Marilah kita sekarang memperhatikan perkem- bangan Islam di berbagai daerah di Indonesia. a. Islam di Jawa Di Pulau Jawa, pengaruh agama Islam tersebar sejak abad ke-11 M. Bukti tertua peninggalan agama Islam di Pulau Jawa dapat ditemukan pada makam Fatimah binti Maimun, di Gresik, Jawa Timur. Pada batu nisannya tertulis tahun wafatnya, yaitu 475 H 1082 M. Gresik tampil sebagai pusat persebaran agama Islam di Pulau Jawa setelah kerajaan Majapahit le-mah. Islam kemudian tersebar sepanjang pesisir utara Jawa Timur. Sekitar tahun 1500 M berdiri kera- jaan Islam pertama di Pulau Jawa, yaitu Kera-jaan Demak. Melalui peran para penguasa Demak inilah agama Islam kemudian tersebar ke Cirebon, Sunda Kelapa, Banten, dan daerah-daerah peda-laman Jawa Tengah. Tokoh-tokoh ulama yang sa-ngat ber- jasa dalam penyebarluasan agama Islam di Pulau Jawa adalah Wali Songo Sembilan Wali. b. Islam di Sumatera Utara Di Sumatera Utara, perkembangan Islam ber- mula di daerah pusat perdagangan Sumatera Utara seperti Perlak dan Samudra Pasai. Setelah berkem- bangnya kerajaan Samudra Pasai, Islam berkem- bang ke daerah lain. Daerah lain di Sumatera Utara yang mendapat pengaruh Islam dan berkembang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perda-gan- gan adalah Aceh. Ulama Aceh yang terkenal adalah Hamzah Fansuri dan Nurudin ar Raniri. c. Islam di Kalimantan Di Kalimantan Selatan, Islam mulai berkem- bang dengan masuknya Pangeran Suriansyah yang memeluk agama Islam pada tahun 1590. Islam di Kalimantan Selatan berkembang dari kerajaan De- mak. Sedangkan di Kalimantan Timur, Islam dapat berkembang karena datangnya dua mubaligh, yai- tu Dato’ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Proses Islamisasi di Kutai dan sekitarnya terjadi sekitar tahun 1575. Islam semakin menyebar sam- pai ke daerah pedalaman pada masa Raja Ajidi Langgar putera Raja Mahkota. d. Islam di Sulawesi Selatan Di Sulawesi Selatan, Islam mulai masuk sejak abad ke-15. Setelah raja Daeng Manrabia raja Gowa-Tallo yang bergelar Sultan Alaudin masuk Islam pada tanggal 22 September 1605, Islam ber- 178 kembang pesat. Mubaligh Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaeman membuat Islam berkembang lebih pesat. Dengan demikian, sebagian besar daerah Su- lawesi Selatan masuk agama Islam. e. Islam di Kepulauan Maluku Dari Pulau Jawa pengaruh agama Islam tersebar ke bagian timur Indonesia, mengikuti rute perda- gangan waktu itu, yaitu ke Hitu, Seram, Ternate, dan Tidore. Para ulama dari Gresik menyebarkan agama Islam ke daerah Maluku. Bahkan Sultan Zae-nal Abidin dari Ternate pernah belajar agama Islam di Gresik. Para ulama Kerajaan Ternate menyebarkan agama Islam ke Buton Sulawesi Tenggara dan Go- rontalo Sulawesi Utara. Sedangkan, para ulama Kerajaan Tidore menyebarkan agama Islam ke pu- lau-pulau Maluku di bagian timur dan tenggara sampai pantai selatan Irian Jaya. Dari keterangan-keterangan tersebut dapat di- simpulkan bahwa agama Islam diterima masyara- kat Nusantara. Masyarakat Indonesia memeluk agama Islam bukan karena paksaan atau kekerasan, melainkan karena keterbukaan hati mereka untuk menerima hal-hal baru termasuk ajaran-ajaran Islam.

D. Sumber sejarah

Penyebaran agama Islam ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 dapat diketahui dari beberapa sumber berita, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Sumber sejarah itu berupa catatan dari para musafir atau pedagang dan pesan-pesan yang ter- muat pada batu nisan. Dari bukti-bukti dan sum-ber berita itu, dapat dipastikan bahwa pengaruh Islam sudah berkembang sejak masa kerajaan Hin-du di Indonesia. a. Berita dari luar negeri Sumber-sumber berita dari luar negeri antara lain datang dari Arab, Eropa, India, dan Cina. 1 Berita dari Arab Para pedagang Arab telah datang ke Indonesia sejak masa Kerajaan Sriw ijaya abad 7 M. Peda- gang Arab menyebut Kerajaan Sriw ijaya dengan sebutan Zabaq, Zabay, atau Sribusa. Ini suatu bukti bahwa pedagang Arab sudah melakukan hubung- an dagang dengan Sriw ijaya. 2 Catatan Marco Polo Marco Polo berasal dari Venesia, Italia. Pada tahun 1292, ia datang ke Aceh bagian utara dalam rangkaian perjalanannya dari Tiongkok ke Persia. Ia singgah di Lamuri. Marcopolo menemukan ma- syarakat yang sudah memeluk agama Islam. 3 Berita dari India Berita dari India ini menyebutkan bahwa sudah ada hubungan dagang antara Indonesia dengan para pedagang dari Gujarat. Di samping berdagang, mereka juga mengajarkan agama Islam kepada penduduk yang ada di pesisir pantai. 4 Berita dari Cina Dalam catatan Ma-Huan dinyatakan bahwa pa- da tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang tinggal di pantai utara Pulau Jawa. 5 Berita dari Tome Pires Dalam Suma Oriental, Tome Pires menyatakan bahwa daerah-daerah di pantai Sumatra Utara dan timur Selat Malaka, yaitu daerah Aceh sampai Palembang sudah banyak masyarakat dan keraja- an Islam. b. Berita dari dalam negeri Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia. 1 Sebuah batu bertulis di Leran Pada batu nisan di Leran sebelah selatan Gre- sik ada tulisan dengan menggunakan huruf dan bahasa Arab. Batu ini memuat keterangan tentang meninggalnya seorang wanita yang beragama Is- lam, bernama Fatimah binti Maimun 1028 M. 2 Makam Sultan Malik al-Saleh Sultan Malik al-Saleh meninggal pada tahun 1297 M. Makam Sultan Malik al-Saleh terdapat di Aceh. Batu nisan makam ini mendapat pengaruh dari Mesir. 3 Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik Maulana Malik Ibrahim adalah salah seorang Gambar 5.2.2 Nisan Sultan Malik al-Saleh dari Samudera Pasai menjadi salah satu bukti penting kehadiran dan penyebaran Islam di Nusantara. Sumber: Lukisan Sedjarah, 1956.