Kerajaan Ho-ling Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

160 Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Sima Simo. Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan b ijaksana. Masa pemerintahannya Kerajaan Ho-Ling sangat aman dan tenteram.

3. Catatan I-Tsing

Catatan I-Tsing tahun 664665 M menyebut- kan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah men- jadi salah satu pusat pengetahuan agama Budha Hinayana. Di Ho-Ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Budha. Ia bekerja sama dengan pendeta Ja- wa yang bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Budha Mahayana. Dari berita ini, para ahli berpendapat bahwa Ho-ling sangat penting sebagai salah satu pusat agama Budha Hinayana. b. Prasasti Prasasti peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadi di lereng Gu- nung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air terse- but disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pa- da prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra, dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan ma- nusia dengan dewa-dewa Hindu.

D. Kerajaan Kanjuruhan

Kerajaan Kanjuruhan merupakan kerajaan Hindu tertua di Jawa Timur. Keterangan mengenai Kerajaan Kanjuruhan diperoleh dari Prasasti Dinoyo 760 M. Prasasti ditulis dengan huruf Kawi Jawa Kuno dan ditemukan di Desa Dinoyo Kejuron di tepi Sungai Merto Malang, Jawa Timur. Prasasti tersebut memuat keterangan-keterangan tentang Kerajaan Kanjuruhan. Raja Kanjuruhan pertama adalah Dewa Singha. Ia digantikan oleh putranya yang bernama Liswa. Liswa menjadi raja dan bergelar Gajayana. Gajayana memeluk agama Hindu Siwa. Selama pemerintahannya, ia membuat tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Di dalam tempat tersebut terdapat arca Dewa Agastya yang terbuat dari ba-ta merah. Di samping arca, juga terdapat bangunan batu bulat yang bernama Lingga. Bangunan suci tempat pemujaan kepada dewa tersebut sekarang bernama Candi Badut. Kerajaan Kanjuruhan mengalami masa suram setelah diserang oleh Kerajaan Hindu Mataram Ku-no, Jawa Tengah.

E. Kerajaan Mataram Kuno

Pada abad ke-8 di pedalaman Jawa Tengah ber-diri kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram Kuno diperintah wangsa Syailendra dan wangsa Sanjaya. a. Asal-usul wangsa Syailendra Mengenai asal-usul Wangsa Syailendra dapat kita lihat dari prasasti berbahasa Melayu Kuno di Desa Sojomerto, Pekalongan, Jawa Tengah. Disebut- kan bahwa pada abad VIII ada seorang raja berna- ma Dapunta Syailendra. Ayahnya bernama San- tanu, dan ibunya bernama Bharawati. Sedangkan istri Dapunta bernama Sampula. Kata Syailendra dapat diartikan sebagai “Raja Gunung”. Menurut beberapa ahli sejarah, misalnya,

R. Ng. Purbatjaraka, Dapunta Syailendra disamakan

dengan Dapunta Hyang, yang tersebut dalam Prasasti Kedukan Bukit di Sumatra. Jika hal itu benar, Dapunta Syailendra adalah pendiri Dinasti Syailendra yang memerintah di Jawa Tengah dan Sriw ijaya. Ia adalah orang asli Indonesia. Ada berbagai macam pandangan mengenai asal-usul Wangsa Syailendra, antara lain sebagai berikut.  R.C. Majumdar dan Nila Kuntasastri menyata- kan bahwa Wangsa Syailendra berasal dari In- dia Selatan.  J.L. Moens mengatakan bahwa Syailendra ber- asal dari India lalu pindah ke Nusantara yang mula-mula berkuasa di Palembang dan sekitar tahun 683 pindah ke Jawa.  Coedes mengatakan bahwa Syailendra berasal dari KambojaFunan yang sekitar tahun 620 M runtuh lalu pindah ke Pulau Jawa dan mendi- rikan Wangsa Syailendra pada abad ke-8 M.  J.G de Casparis mengatakan bahwa Syailendra berasal dari Funan dan setelah runtuh pindah ke Palembang dan mendesak kekuasaan Sanja-ya yang asli orang Indonesia. Dengan demikian, terdapat dua dinasti dalam Kerajaan Mataram Kuno, yaitu dinasti Syailendra beragama Budha dan dinasti Sanjaya beragama Hindu-Siwa. b. Bukti munculnya kerajaan Mataram Sumber-sumber yang menyebutkan kebera- daan kerajaan Mataram adalah Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Karang Tengah, Prasasti Argapura, dan Prasasti Balitung Mantyasih.

1. Prasasti Canggal

Prasasti Canggal ditemukan di Desa Canggal sebelah barat Magelang, Jawa Tengah. Prasasti 161 Canggal berangka tahun 732 Masehi. Prasasti ini ditulis dengan huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sansekerta. Prasasti ini dibuat atas perin- tah Raja Sanjaya. Prasasti ini merupakan bagian dari bangunan lingga yoni yang merupakan tempat pemujaan umat Hindu. Keterangan yang diperoleh dari prasasti canggal antara lain sebagai berikut.  Di Jawa Tengah sudah ada kerajaan yang berna- ma Mataram dan raja-rajanya menganut aga-ma Hindu.  Raja Sanjaya mendirikan sebuah Lingga di Desa Kunjarakunya.

2. Prasasti Kalasan

Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Prasasti Kalasan menginformasikan terdesaknya Dinasti Sanjaya ke utara oleh kedatangan Dinasti Syailendra.

3. Prasasti Karang Tengah

Prasasti ini berangka tahun 824 Masehi. Pra- sasti mengisahkan tentang Samarottungga dan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra.

4. Prasasti Argapura

Prasasti ini berangka tahun 863 Masehi. Pra- sasti menginformasikan pemerintahan Kayuwangi Dyah Lokapala dari Dinasti Sanjaya.

5. Prasasti MantyasihKedu

Prasasti Kedu dikeluarkan oleh Raja Balitung. Dari prasasti itu dapat diketahui da tar raja-raja Ma-taram, yaitu: Sang Ratu Sanjaya Raka i Mataram, Sri Maharaja Raka i Panangkaran, Sri Maharaja Raka i Pa-nunggalan, Sri Maharaja Raka i Warak, Sri Maharaja Raka i Garung, Sri Maharaja Raka i Pikatan, Sri Maharaja Raka i Kayuwangi, Sri Maharaja Raka i Watuhumalang , dan Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung. c. Pemerintahan Raja Sanjaya Sebelum Sanjaya menjadi raja, Kerajaan Ma- taram dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sanna. Kerajaannya kaya akan padi dan emas. Oleh karena itu, Pulau Jawa disebut Jawadwipa. Pada saat Sanna berkuasa, kerajaan belum ber- nama Mataram. Hanya disebutkan bahwa Sanna adalah raja yang b ijak, berasal dari keturunan bang- sawan, penuh kasih, suasana pemerintahan-nya diliputi oleh suasana damai dan tenteram. Me- nurut cerita Parahyangan, Sanna adalah anak dari Rahyangta Mandiminah yang dapat dikalahkan oleh Purbasora dari Galuh hingga menyingkir ke Bukit Merapi. Sanna dan Purbasora sesungguhnya ada-lah saudara satu ibu. Sanjaya adalah anak Sannaha saudara perem- puan Sanna. Sanjaya dinobatkan menjadi raja pada tahun 717 Masehi. Dia juga merupakan Raja Mat- aram I dan pendiri Wangsa Sanjaya dari Kera-jaan Mataram Kuno. Pada masa pemerintahan Sanjaya, Mataram mengalami masa kemakmuran dan ketenteraman. Ia juga berusaha menaklukkan raja-raja yang me- lepaskan diri semasa Raja Sanna. Untuk itulah Sanjaya melakukan ekspedisi ke berbagai daerah. Dalam cerita Parahyangan dikatakan ekspedisi itu sampai di Cina. d. Pemerintahan Raka i Panangkaran Berdasarkan peninggalan-peninggalan yang ada, pada mulanya Dinasti Sanjaya memerintah di Jawa Tengah bagian Selatan. Namun, pada masa pemerintahan Raka i Panangkaran, muncul Wangsa Syailendra yang memeluk agama Budha. Wangsa ini menggeser kedudukan Wangsa Sanjaya. Wang-sa Sanjaya kemudian memindahkan pusat kekua-saannya di Jawa bagian utara. Masuknya Wangsa Syailendra ke Jawa berarti dimulai pula penyebaran agama Budha di Jawa. Bahkan, Raja Panangkaran sendiri meninggalkan agama Siwa dan beralih pada agama Budha Ma- hayana. Raja Panangkaran mendirikan Candi Pla- osan Lor. Demi menghormati leluhurnya, sang raja membangun Candi Borobudur. Setelah Raja Panangkaran menganut agama Budha, banyak pendeta Budha Mahayana minta izin Gambar 5.1.3 Peta Kerajaan Mataram. Perhatikan betapa luasnya wilayah kekuasaan Mataram. Sumber: Indonesian Heritage 1: 2002.