Persebaran flora di Indonesia

117 4. Steppa padang rumput Steppa adalah hutan padang rumput yang luas. Hutan ini terdapat di daerah bercurah hujan lebih kecil dibandingkan daerah sabana. Di Indonesia hutan steppa terdapat bagian ti- mur, yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur. 5. Hutan bakau mangrove Hutan bakau mangrove tumbuh di daerah pan- tai berlumpur atau berarus lemah. Tumbuhan ba- kau memiliki akar nafas dan daun berlapis tebal yang berfungsi mengurangi penguapan. Di Indonesia mangrove terdapat di pantai Papua, pantai Sumatera Timur, pantai Kalimantan Barat dan Selatan, serta di pantai utara Pulau Jawa. 2. Hutan musim Hutan musim terdapat di wilayah yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau secara jelas. Hutan musim umumnya adalah hutan homogen. Ciri-ciri hutan musim adalah sebagai berikut.  Pepohonan tidak terlalu tinggi dengan jarak ti- dak terlalu rapat.  Umumnya terdiri dari satu jenis tumbuhan ho- mogen . Contoh: hutan jati, pinus, dan randu.  Hutan menghijau pada musim hujan dan me- ranggas pada musim kemarau.  Pada bagian dasar hutan semak masih bisa tumbuh, karena sinar matahari dapat sampai ke dasar melalui sela-sela pepohonan. Di Indonesia, hutan musim banyak terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara. 3. Sabana Sabana adalah padang rumput berselang-seling pepohonan berupa tanaman keras dan menahun. Hutan sabana terdapat di daerah bercurah hujan rendah . Sabana sangat baik untuk pengembangan usaha peternakan sapi, kambing, dan domba. Di Indonesia sabana dapat ditemui di wilayah Nusa Tenggara. Selain diwakili oleh berbagai jenis hutan, per- sebaran flora di Indonesia juga dibagi menurut ke- tinggian tempat. Hal ini dilakukan oleh seorang ahli botani Jerman bernama F.R. Junghuhn. Dia meneliti perbedaan jenis flora di Indonesia berdasarkan per- bedaan ketinggian tempat dan membuat zonasi batasan wilayah tumbuh-tumbuhan di Indonesia seperti ditunjukkan oleh tabel 4.3.1 di bawah ini Gambar 4.3.9 Hutan musim yang meranggas Gambar 4.3.10 Sabana di Pulau Komodo, NTT. No. Ketinggian Jenis tumbuhan 1. 0 – 700 m kelapa, padi, jagung, tebu, cokelat, dan lain-lain. 2. 700 – 1.500 m sayuran dan buah-buahan. 3. 1.500 – 2.500 m teh, kina, sayuran, bunga- bungaan. 4. 2.500 – 4.000 m pinus dan lumut. 5. 4.000 m lumut. Tabel 4.3.1 Zona tumbuhan di Indonesia menurut FR. Junghuhn Sumber: www .lablink.or .id Sumber: www .dephut.go.id Gambar 4.3.11 Hutan mangrove di pantai utara Jawa Sumber: www .lablink.or .id 118

C. Persebaran fauna di Indonesia

Selain dipengaruhi faktor iklim dan persebar- an flora, persebaran fauna berhubungan dengan sejarah geologis . 1. Sejarah geologis Indonesia Secara geologis wilayah Kepulauan Indonesia dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut. 1. Wilayah Indonesia bagian barat Paparan Sunda, meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, serta pulau-pulau kecil di sekitarnya. 2. Wilayah Indonesia bagian timur Paparan Sahul, meliputi Papua serta pulau-pulau kecil di seki- tarnya. 3. Wilayah Indonesia bagian tengah wilayah pera- lihan, meliputi Sulawesi dan pulau-pulau kecil di sekitarnya Nusa Tenggara dan Maluku. Menurut sejarah geologi, pada zaman es Paparan Sunda pernah menyatu dengan daratan Asia dan Paparan Sahul menyatu dengan Benua Australia. Wilayah Indonesia bagian tengah tidak termasuk ke dalam Benua Asia maupun Australia. 2. Pembagian wilayah Wallace dan Weber Berkaitan dengan sejarah geologi, Wallace seo- rang ahli zoologi Jerman membagi wilayah perse- baran fauna Indonesia dengan suatu garis yang kemudian terkenal sebagai Garis Wallace. Garis itu membagi geografi kehewanan daerah orientalis dan Indo-Australis. Garis Wallace menunjukkan laut sangat dalam antara Pulau Bali dan Lombok serta antara Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Garis Wallace ditarik mu- lai dari Samudera Hindia ke timur laut melalui Laut Timor, berbelok ke barat laut ke Laut Maluku, dan kembali ke arah timur laut ke Laut Filipina. Lalu, seorang ahli zoologi Belanda-Jerman, Max Weber melengkapi pembagian geografi kehewanan tersebut. Weber membagi wilayah dalam garis Wallace menjadi dua bagian. Bagian barat merupa- kan daerah dengan jenis hewan berasal dari Benua Asia dan bagian timur adalah daerah dengan jenis hewan dari Benua Australia. Lihat gambar 4.3.12 3. Tipe fauna di Indonesia Berdasarkan pembagian garis Wallace dan We- ber serta perbedaan keadaan wilayah geologis, ma- ka fauna Indonesia dikelompokkan menjadi tiga.

a. Fauna tipe asiatis

Jenis fauna ini menempati wilayah Indonesia bagian barat Sumatera, Jawa, Madura, Bali, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil di sekitar- nya. Hewan asiatis mempunyai persamaan dengan hewan yang hidup di Benua Asia. Jenis fauna tipe asiatis adalah berbagai jenis hewan menyusui berbadan besar dan berbagai jenis kera. Contohnya gajah, orangutanma- was, harimau, banteng, badak, dan siamang.

b. Fauna tipe australis

Fauna australis menempati wilayah Indonesia bagian timur Papua, Maluku, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Jenis fauna australis, antara lain berbagai jenis hewan menyusui berbadan kecil, hewan ber- kantong, dan burung berbulu indah. Contoh- nya kanguru, kuskus, dan cenderawasih.

c. Fauna peralihan

Fauna ini adalah tipe peralihan antara fauna asiatis dan australis. Fauna ini menempati wi- layah antara bagian timur dan bagian barat Sulawesi, Nusa Tenggara, dan sekitarnya. Di daerah fauna peralihan terdapat jenis-jenis hewan yang tidak termasuk tipe asiatis mau- pun tipe australis. Jadi, habitatnya hanya di wilayah tersebut hewan relik. Contoh hewan peralihan adalah babi rusa, anoa, biawak, ko- modo, dan burung maleo. Gambar 4.3.13 Harimau Sumatera dan.Orang Utan Kalimantan Gambar 4.3.14 Kuskus dan Cenderawasih Sumber: Ensiklopedi Nasional Indonesia Sumber: Ensiklopedi Nasional Indonesia; Indonesian Heritage Gambar 4.3.12 Garis Wallace dan garis Weber Garis Wallace Garis Weber Keterangan: Sumber: Ilustrasi Bagian Produksi, 2008 119 4.3.3 Jenis Tanah di Indone- sia Tanah soil adalah lapisan teratas kulit bumi hasil akhir pelapukan batuan, tempat di mana ma- nusia dan berbagai makhluk hidup lain berpijak. Ilmu tentang tanah adalah Pedologi.

A. Faktor yang memengaruhi pembentukan tanah

Batuan induk yang pecah oleh pengaruh cuaca, iklim, dan erosi kimia, lama-kelamaan akan menja- di butiran pasir. Setelah bercampur dengan berba- gai bahan organik dan anorganik, akhirnya butiran tersebut akan membentuk tanah. 4. Aktivitas biologis Berbagai makhluk hidup tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme dan segala aktivi- tasnya memengaruhi proses pembentukan tanah. 5. Jangka waktu Perbedaan lamanya waktu pembentukan ta- nah memengaruhi jenis tanah yang dihasilkan.

B. Karakteristik tanah

Faktor-faktor di atas berbeda pada setiap wila- yah muka bumi. Akibatnya terbentuklah ratusan jenis tanah dengan ciri khusus. Misalnya:  jenis tanah di daerah tropis, tua, dan dalam;  jenis tanah di gurun, muda, dan dangkal;  jenis tanah di daerah sedang, setengah tua, dan cocok untuk pertanian. Ada berbagai faktor yang memengaruhi proses pembentukan tanah sebagai berikut. 1. Jenis batuan induk Batuan induk menentukan jenis mineral yang terkandung dalam tanah. Batuan induk mengala- mi proses pelapukan, pengikisan, dan pengang- kutan serta pengendapan hingga menjadi jenis tanah tertentu 2. Relief dan topografi Relief dan topografi tempat memengaruhi alir- an air yang melintasi batuan. Aliran air yang kuat memengaruhi erosi, genangan air mempercepat proses pembusukan, dan sebagainya. 3. Iklim dan cuaca Berbagai unsur iklim dan cuaca terutama tem- peratur dan curah hujan memengaruhi tingkat pe- lapukan, proses pelarutan, dan sebagainya. Banyak cara yang digunakan untuk mengelom- pokkan ratusan jenis tanah tersebut. Misalnya, pe- ngelompokan berdasarkan:  kandungan zat kimia;  warna dan tekstur;  jumlah materi organik yang terkandung dalam tanah, dan lain-lain. Penelitian tanah mula-mula dilakukan oleh se- orang bangsa Rusia. Itulah sebabnya banyak tanah dinamakan dengan bahasa Rusia.

C. Jenis dan ciri-ciri tanah di Indonesia

Dari ratusan jenis tanah di muka bumi, bebe- rapa yang paling banyak dijumpai di Indonesia adalah jenis-jenis tanah sebagai berikut.

a. Tanah vulkanis andosol

Tanah vulkanis disebut juga tanah andosol tuff. Tanah ini berasal dari hasil pelapukan debu vulka- nis dan material letusan gunung api lainnya. Tanah ini banyak terdapat di daerah gunung api, terutama yang sudah pernah meletus. Jenis ta- Gambar 4.3.16 a Tanah di daerah tropis b Tanah di gurun c Tanah di daerah sedang a. Batuan induk mengalami pengaruh iklim dan cuaca. b. Batuan induk pecah dan mengalami pelapukan. c . Tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme membantu pela- pukan d. Semakin lama proses pelapukan, tanah yang terbentuk di bagian atas semakin tebal Gambar 4.3.15 Proses pembentukan tanah

a. b.

d. c.

Sumber: Ilustrasi Bagian Produksi, 2008 Sumber: Ilustrasi Bagian Produksi, 2008