Aktivitas magma Vulkanisme dan dampaknya

6  Erupsi samping, erupsi keluar dari lereng gunung;  erupsi celah, erupsi yang muncul pada retakan sesar dapat memanjang sampai beberapa ki- lometer;  Erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang menyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri. Perhatikan gambar 1.1.10 berikut yang terbentuk cenderung landai. Erupsi hanya ter- jadi sekali selanjutnya aktivitas gunung api ber- henti. Contoh: gunung Lamongan di Jawa Timur. 3. Gunung api perisai tameng Bentuk seperti perisai terjadi akibat timbunan- timbunan lava pijar dari beberapa kali erupsi. Gu- nung berbentuk perisai alasnya sangat luas dan berlereng landai terbentuk dari lelehan lava cair. Kekuatan letusan gunung berbeda-beda, di- pengaruhi tekanan gas, volume magma, letak da- pur magma, dan tingkat kekentalan magma. Tipe gunung api menurut kekuatan letusannya dibedakan atas tipe letusan lemah dan kuat. Berikut ini adalah beberapa tipe letusan gunung api menurut kekuatannya.  Tipe Hawaii: letusan dengan lava sangat tipis, mengalir dengan tenang sepanjang lereng dan mem-bentuk kulit datar.  Tipe Stromboli: letusan dengan lava tidak terlalu tipis dan cair, sehingga tekanan gasnya agak lebih tinggi.  Tipe Vulkano: letusan dengan magma liat, hingga menyumbat pipa saluran dan mulut kawah. Jika tekanan meningkat, lava akan disembur- kan secara eks-plosif.  Tipe Pelee: letusan dengan magma terlalu liat hingga tidak dapat mengalir ke luar dari salur- an kawah sebagai gumpalan padat. Bila gas keluar dengan tekanan tinggi akan tersembur dan menghancurkan.  Tipe Plinian: letusan paling dahsyat. Dalam wak- tu singkat lubang kawah menyemburkan selu- ruh isi dapur magma. Akibatnya sebagian puncaknya hancur hingga terbentuk kaldera. Tipe Hawaii, Stromboli, dan Vulkano, terma- suk letusan lemah. Tipe Plinian termasuk tipe letusan kuat. Perhatikan gambar 1.1.12 berikut ini b. Jenis-jenis gunung api Perbedaan jenis erupsi menghasilkan bentuk gunung api yang berbeda. Menurut jenis erupsinya, terdapat tiga bentuk gunung api, yaitu strato, maar, dan perisai. Perhatikan gambar 1.1.11 1. Gunung api strato kerucut Gunung api strato terjadi karena adanya tim- bunan-timbunan aliran lava atau erupsi eksplosif, diikuti dengan efusif lelehan. Sebagian besar gu- nung api di Indonesia berbentuk strato. 2. Gunung api maar kubah Gunung api kubah terjadi karena letusan eks- plosif ledakan. Ledakan biasanya hanya sekali ka- rena dapur magma relatif kecil dan dangkal. Kubah Gambar 1.1.11 Bentuk-bentuk gunung api b. Bentuk maarkubah c. Bentuk perisaitameng a. Bentuk stratokerucut Sumber: Ilustrasi Bagian Produksi, 2008 Gambar 1.1.12 Beberapa tipe gunung api menurut kekuatan letusan e. Tipe Plinian c. Tipe Vulkano b. Tipe Stromboli a. Tipe Hawaii d. Tipe Peele Sumber: Ilustrasi Bagian Produksi, 2008 Gambar 1.1.10 Tipe erupsi gunung api Sumber: m erapi.vsi.esdm.go.id Kawah Erupsi pusat Lelehan lava Dapur magma Pipa kepundan Lapisan batuan Erupsi eksentrik Erupsi samping Erupsi samping Lubang kepundan 7

C. Akibat letusan gunung api

Saat meletus, gunung api mengeluarkan ber- bagai material, yaitu material padat, cair, dan gas. 1. Material padat eflata Material padat hasil letusan memiliki berba- gai ukuran dengan nama berbeda.  eflata berukuran besar disebut bom;  eflata berukuran kecil disebut lapili;  eflata seperti pasir, disebut pasir vulkanik;  eflata yang halus seperti debu, disebut abu;  eflata berupa buih beku, disebut batu apung. 2. Material cair Material cair terdiri dari magma bersuhu ting- gi lava dan campuran magma dan air lahar. 3. Material gas Material gas dapat berupa belerang, nitrogen, asam arang, dan uap air. Berbagai akibat letusan gunung api dikelom- pokkan menjadi dampak menguntungkan positif dan dampak merugikan negatif. 1. Dampak negatif Dampak negatif dari letusan gunung api, an- tara lain sebagai berikut.  Berbagai material padat menghancurkan per- mukiman, berbagai fasilitas dan sarana pra- sarana jembatan, jalan, dan lain-lain. Selain itu abu dan debu dapat menimbulkan berba- gai gangguan, seperti: gangguan pernafasan; gangguan pandangan; gangguan lalu lintas udara.  Berbagai material cair dapat merusak hutan, perkebunan, dan sawah. Lahar panas mengha- nguskan semua yang dilalui. Demikian pula dengan lahar dingin yang hanyut bersama air hujan dengan kecepatan tinggi.  Material gas bersuhu tinggi yang mungkin be- racun dapat mematikan kehidupan. Awan panas dapat memusnahkan apa pun yang dila- luinya, terutama bila kecepatannya sangat tinggi 100 kmjam.  Sesudah letusan masih terdapat kemungkinan munculnya gas beracun dan aliran lahar dingin yang berbahaya. Contoh: Letusan Gunung Sinila Dieng, Jawa Tengah tahun 1979 merenggut korban 149 jiwa karena gas beracun yang dikeluarkan.  Secara psikologis, masyarakat di sekitar gunung kehilangan semangat hidup, karena semua har- ta bendanya musnah. 2. Dampak positif Selain kerugian, letusan gunung api memberi beberapa keuntungan. Misalnya:  Muntahan gunung api abu, lava, dan lahar mengandung unsur hara yang dapat mening- katkan kesuburan tanah. Setiap terjadi letusan, seakan-akan terjadi pemupukan secara alami. Oleh karena itu, tanah di kawasan gunung sa- ngat baik sebagai lahan pertanian atau perke- bunan. Kesuburan tanah tersebut juga mem- buat hutan menjadi lebih lebat, sehingga dapat berfungsi sebagai penangkap hujan serta men- jadi daerah resapan dan sumber air.  Material hasil letusan yang tertimbun di sekitar gunung, juga sungai-sungai yang dilaluinya dapat digali dan dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Misalnya: batu, kerikil, pasir, dan sebagainya.  Berbagai gejala sesudah letusan gunung api post vulkanisme, dimanfaatkan untuk kepen- tingan teknologi maupun wisata. Contohnya sebagai berikut. Muncul berbagai sumber gas eksalasi, se- perti sumber gas belerang solfatar, sumber gas air fumarol, atau sumber gas asam arang mofet. Muncul sumber-sumber air panas. Muncul sumber air yang mengandung mi- neral, seperti belerang. Sumber air itu dina- makan sumber air makdani. Muncul mata air panas yang memancar, disebut geyser. Gambar 1.1.13 Gangguan abu hasil letusan gunung api Sumber: Majalah T empo Gambar 1.1.14 Luncuran awan panas saat letusan Gunung Merapi di perbatasan DIY - Jawa Tengah. Sumber: Majalah T empo 8

C. Gempa bumi dan dampaknya

Gempa bumi seisme , adalah getaran pada kerak bumi akibat pelepasan energi dari dalam bumi. Pelepasan energi menyebabkan terjadinya per- geseran lapisan kulit bumi. Akibatnya daerah labil pada lapisan kulit bumi mengalami perubahan letak. Sebagian terangkat dan sebagian menurun. Namun ada bagian yang tetap bertahan pada ke- dudukannya. Pusat gempa di bawah permukaan bumi dise- but hiposentrum, dan pusat gempa di atas permuka- an bumi disebut episentrum. Semakin dekat dengan episentrum, kerusakan semakin besar. Perhatikan ilustrasi pada gambar 1.1.15 letusan maupun sesudah letusan. Jenis gempa ini tidak terlalu kuat dan umumnya hanya te- rasa di sekitar gunung api.  Gempa runtuhan, adalah gempa yang terjadi kare- na runtuhan. Misalnya, runtuhnya tanah di pertambangan bawah tanah dan runtuhnya atap gua kapur di daerah pegunungan kapur. 3. Jenis gempa menurut letak hiposentrum Menurut letak hiposentrumnya, dikenal bebe- rapa jenis gempa berikut.  Gempa dangkal, bila hiposentrum berada kurang dari 100 m di bawah tanah  Gempa menengah, bila hiposentrum berada an- tara 100 – 300 m di bawah tanah  Gempa dalam, bila hiposentrum berada lebih dari 300 m di bawah tanah. 4. Jenis gempa menurut letak episentrum Menurut letak episentrumnya, dikenal bebe- rapa jenis gempa berikut.  Gempa laut, bila letak episentrum di laut. Gempa laut dapat mengakibatkan gelombang pasang yang sangat tinggi, disebut tsunami.  Gempa daratan, bila letak episentrum di daratan. Tahukah kamu, bahwa hampir seluruh wila- yah Indonesia berpotensi mengalami gempa? Ba- gaimana hal itu dapat terjadi?  Jalur pegunungan dunia yang tergolong muda dan masih labil adalah jalur pegunungan Sir- kum Mediterania dan Sirkum Pasifik. Jalur tersebut merupakan jalur gunung api. Indonesia merupakan daerah pertemuan dua jalur pegunungan tersebut. Akibatnya, Indone- sia memiliki banyak gunung api aktif dan tentu berpotensi mengalami gempa vulkanik.  Kulit bumi terbagi atas beberapa lempeng. Dua di antaranya adalah lempeng Indo Australia dan lempeng Eropa. Pergerakan lempeng meng- akibatkan terjadinya gempa tektonik. Indonesia merupakan daerah pertemuan kedua lempeng besar tersebut. Jadi, wilayah Indonesia berpotensi mengalami gempa tek- tonik. Perhatikan gambar 1.1.16 di halaman berikut Manakah daerah gunung berapi dan gempa?

b. Pengukuran gempa bumi

Kekuatan gempa dipengaruhi oleh struktur gempa, jarak episentrum, dan amplitudo getaran. Kekuatan gempa diukur dengan alat pencatat gem- pa yang dinamakan seismograf. Seismograf diletak- kan pada jarak-jarak tertentu dari sumber gempa untuk menghitung jumlah gerakan tanah. Lihatlah ilustrasi seismograf pada gambar 1.1.17 a. Jenis-jenis gempa bumi Gempa bumi dapat digolongkan menurut be- berapa aspek, yaitu kekuatanintensitasnya, pe- nyebabnya, dan letak hyposentrum episentrumnya. 1. Jenis gempa menurut intensitasnya Menurut kekuatanintensitasnya, gempa bumi dibedakan menjadi dua berikut ini.  Gempa dengan intensitas tinggi macroseisme. Gempa ini dapat diketahui tanpa mengguna- kan alat pengukur khusus.  Gempa dengan intensitas kecil microseisme. Gempa ini hanya dapat diketahui bila diguna- kan alat khusus. 2. Jenis gempa menurut penyebabnya Menurut penyebabnya, dikenal tiga macam gempa, yaitu gempa tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan.  Gempa tektonik, yaitu gempa yang terjadi karena gerak tektonik, berupa pergeseran lempeng- lempeng kulit bumi. Wilayah gempa tektonik umumnya sangat luas, terutama pada wilayah pegunungan muda yang labil.  Gempa vulkanik, adalah gempa yang terjadi ka- rena adanya aktivitas gunung berapi, baik saat Gambar 1.1.15 Pusat gempa bumi dan kerusakan yang ditimbulkan kerusakan kecil kerusakan besar hiposentrum episentrum Sumber: Ilustrasi Bagian Produksi, 2008