Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial

3 6 a. Kontak sosial Kata “kontak” berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya besama-sama, dan tango atau tangere yang berarti menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh secara fisik atau terjadi persentuhan secara badaniah. Namun demikian, dalam kontak sosial tidak harus terjadi persentuh- an. Orang dapat melakukan kontak sosial melalui pihak-pihak lain, atau dengan mempergunakan sa- rana tertentu seperti melalui telepon, televisi, dan sebagainya. Contohnya, dalam kunjungan pejabat negara ke suatu daerah ada pengawal yang meng- adakan kontak dengan temannya di tempat yang dituju dengan mempergunakan handytalky untuk mengabarkan bahwa mereka sedang di perjalanan atau hampir sampai. Hal tersebut juga dapat dise- but kontak atau interaksi sosial. Kontak sosial dibedakan atas 3 bentuk, yaitu kontak antara individu dan individu, individu dan kelompok, kelompok dan kelompok. 1. Kontak antara individu dan individu lain. Mi- salnya, anak kecil dalam suatu keluarga akan mengadakan kontak sosial dengan ibu, ayah, dan saudara-saudaranya. Anak kecil itu akan mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam kelu- arganya, seperti sopan santun dalam hal ma- kan, mandi, dan lain-lain. beberapa partai Islam berafiliasi untuk men- capai ketetapan itu, walaupun sesama partai tersebut terdapat beberapa perbedaan dalam tujuannya. Kontak yang terjadi belum menjamin terjadi- nya hubungan timbal-balik. Kontak sosial tidak di- lihat dari suatu tindakan yang dilakukan, tetapi bagaimana tanggapan atas tindakan tersebut. Da- lam sebuah pertunjukan, seorang penggemar salah satu artis begitu antusias mengelu-elukan artis ter- sebut, bahkan sampai berteriak histeris. Tetapi, be- lum tentu sang artis tersebut tanggap terhadap ke- inginan penggemarnya itu. Penggemar itu dapat saja histeris dan bahkan pingsan, tetapi kontak so- sial tidak terjadi karena tidak adanya tanggapan dari artis tersebut secara individual. Kontak sosial dapat terjadi dalam bentuk nega- tif dan positif yang dapat menghasilkan kerjasama. Contoh kontak sosial dalam bentuk positif adalah pedagang di pasar yang menjajakan barang da- gangannya kepada seorang pembeli. Dengan cara menjajakan yang sopan dan lembut, barang da- gangan yang bagus, dan harganya murah tentu pembeli tertarik dan membeli barang dagangan pedagang tersebut. Sebaliknya, akan terdapat kon- tak sosial dalam bentuk yang negatif bila si peda- gang menawarkan dagangannya dengan setengah hati dan acuh tak acuh. Tindakan penjual itu meng- akibatkan kontak sosial dan interaksi sosial tidak akan terjadi. Di samping kontak positif dan negatif, dikenal pula kontak primer dan kontak sekunder. 1. Kontak primer terjadi bila seseorang berhubung- an secara langsung dengan orang lain melalui tatap muka. Misalnya, orang tersebut saling berjabat tangan, tersenyum, bercakap-cakap, dan sebagainya. 2. Kontak sekunder terjadi saat orang tidak berhu- bungan secara langsung, melainkan melalui perantara, yang dibagi atas: a. kontak sekunder langsung, seperti melalui telepon; b. kontak sekunder tidak langsung, melalui pihak ketiga, seperti pengantar surat, dan sebagainya. b. Komunikasi Komunikasi adalah pengiriman dan penerima- an pesan antara dua orang atau lebih sehingga pe- san yang dimaksud dapat dipahami KBBI, 2001, hlm. 585. Orang yang berkomunikasi mengirimkan suatu pesan yang ingin disampaikan kepada or- ang lain dan orang lain tersebut bereaksi terha- dap pesan yang disampaikan. Pesan yang disam- paikan bisa dalam bentuk gerakan badan, pem- bicaraan atau menunjukkan sikap tertentu yang Gambar 2.1.4 Interaksi antara seorang ibu dan anak ini adalah contoh kontak antara individu dan individu lain. Sumber: T empo, 12-19 Agustus 2001 2. Kontak antara individu dan kelompok atau se- baliknya. Misalnya, seseorang memasuki par- tai politik. Ia harus tunduk ke dalam sistem atau ideologi yang ada dalam sistem kepartaian ter-sebut. Ia harus menyesuaikan diri serta patuh pada apa yang diinginkan oleh partainya. 3. Kontak antara kelompok dan kelompok. Misal- nya, dalam pemilu, partai-partai yang tidak memenuhi jumlah persentase yang ditetapkan oleh undang-undang Pemilu harus mengga- bungkan diri dengan partai lain atau tidak bo- leh mengikuti Pemilu berikutnya. Untuk itu, 3 7 dapat dipahami oleh orang lain. Misalnya, sese- orang berpapasan dengan kita. Orang tersebut tidak kita kenal, namun tiba-tiba mengajukan sebu- ah alamat pada secarik kertas. Walau kita hanya mengangguk dan menunjuk ke arah alamat yang ditanyakan, telah terjadi komunikasi. Contoh lain, seorang gadis menerima seikat bunga dari orang yang tak ia kenal. Kemudian gadis tersebut mena- nyakan siapa sang pengirim bunga dan mencari tahu apa maksud si pengirim. Bila ia tidak menda- patkan jawabannya maka reaksi tidak akan mun- cul. Selama reaksi tidak ada dan si gadis tidak tahu apa yang harus dilakukannya, maka sejauh itu pula tidak akan terjadi komunikasi. Adanya komunikasi, perasaan individukelompok akan diketahui oleh pihak lain. Dengan demikian dapat dibedakan an- tara kontak sosial dengan komunikasi. Kontak dapat terjadi tanpa sebuah komunikasi. Contoh, kita bertemu dengan turis asing lalu mene- gurnya dengan bahasa Inggris dan melanjutkan dengan bahasa Indonesia. Sedangkan turis itu, yang ternyata berkebangsaan Perancis, mengangguk dan menjawab dengan bahasa Perancis. Dengan de- mikian, satu sama lain tidak dapat memahami maksudnya. Dalam hal ini kontak sudah terjadi, tetapi belum ada komunikasi. Maka, interaksi sosial belum terjadi jika tidak ada kontak dan komunikasi secara lengkap.

B. Faktor-faktor yang memengaruhi interaksi sosial

Ada 4 faktor yang penting yang memengaruhi interaksi sosial dan komunikasi yakni imitasi, su- gesti, identifikasi, dan simpati. Maksudnya, ketika kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain maka keempat faktor ini akan sangat mempe- ngaruhi interaksi dan komunikasi tersebut. Keem- pat faktor yang memengaruhi interaksi sosial dan komunikasi tersebut dapat diuraikan secara seder- hana berikut ini. a. Imitasi Coba tanyakan temanmu, siapakah bintang film idolanya? Siapakah olahragawan yang dia ido- lakan atau orang yang dia jadikan sebagai model dalam hidupnya? Mengapa dia memilih bintang film, olahragawan atau orang-orang tertentu seba- gai model yang perlu dia tiru? Tanyakan juga apa yang dia tiru dari orang atau model tersebut? Apa- kah sekadar pakaiannya, cara dia berbicara, atau juga seluruh tingkah laku dan perbuatannya? Nah, ini yang dimaksud dengan imitasi. Secara sederhana imitasi dipahami sebagai suatu tindakan meniru orang lain, baik dalam hal sikap maupun tingkah laku . Imitasi merupakan cara belajar yang sederhana dimana seseorang belajar meniru dan mengikuti sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam hidup bermasyarakat kita tidak saja me- nyaksikan adanya sikap dan perilaku yang baik dari orang-orang yang mau kita tiru, tetapi juga sikap dan perilaku yang buruk. Kalau kamu me- lihat idolamu mabuk-mabukkan atau memakai narkoba, apakah kamu masih mau meniru sikap dan perilakunya? Siapa di antara kamu yang rajin meniru sikap dan perilaku tokoh-tokoh agama? Tampaknya kalau kamu meniru sikap dan perilaku yang baik dari tokoh-tokoh atau model tertentu dan mempraktikkannya dalam hidupmu bukan meru- pakan hal yang harus dipersoalkan. Yang menjadi masalah adalah ketika kamu meniru sikap dan peri- laku yang tidak baik dari orang-orang yang kamu idolakan. Mengapa kita menyebut sikap dan perilaku ter- tentu sebagai tidak baik? Jawabannya tidak lain karena sikap dan perilaku tersebut tidak sesuai de- ngan nilai dan norma yang berlaku dalam masya- rakat. Sejak kecil kamu sudah mempelajari nilai dan norma. Dalam latihan memainkan peran sosial kamu sudah mencoba memainkan peran sesuai dengan nilai dan norma tertentu. Sekarang kamu sudah terbiasa dan menjadikan nilai dan norma tersebut sebagai patokan hidup kamu sehari-hari. Gambar 2.1.5 Sekelompok siswa sedang berdiskusi. Dalam kelompok diskusi ini tidak hanya terjadi kontak sosial tetapi juga komunikasi sosial Sumber: Kompas, 21 Februari 2005. Gambar 2.1.6 Seorang anak kecil menirukan gaya petenis profesional. Tiap individu mempunyai kemampuan meniru yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial. Sumber: T empo, 1-7 Juni 2002 3 8 Di sinilah kamu sebetulnya sudah memiliki modal yang cukup dalam membendung masuknya sikap dan perilaku yang tidak baik. Sebaiknya kamu hanya meniru sikap dan perilaku yang baik dari tokoh atau idola kamu. b. Sugesti Mungkin kamu pernah mendengar orang ber- kata, “Temanku disugesti.” Apakah kamu tahu apa maksudnya? Barangkali ada yang beranggapan bahwa sugesti berhubungan dengan hal-hal ke- batinan. Apakah benar demikian? Bagaimana kita dapat memahami bahwa sugesti menjadi salah sa- tu faktor yang penting dalam interaksi sosial? Sugesti adalah pandangan, pendapat, sikap, atau nilai dan norma yang dikemukakan dalam interaksi sosial yang dapat memengaruhi dan mendorong orang untuk memiliki pandangan, pendapat, sikap atau nilai dan norma yang sama . Menurut pandangan ini, sugesti dapat dika- takan sebagai semacam anjuran untuk memeng- aruhi orang supaya bertindak atau berperilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan orang yang menganjurkan tersebut. Biasanya orang yang disugesti memiliki tingkat penge- tahuan yang rendah yang menyebabkan dia meneri- ma dan mengikuti begitu saja sikap atau perilaku yang ditawarkan kepadanya. Dia tidak berpikir panjang berpikir rasional dalam menentukan si- kap dan perilakunya. Tolong diingat selalu, bahwa orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dapat memiliki rasa percaya diri yang ren- dah. Karena dia memiliki rasa percaya diri yang rendah maka dia cenderung menaruh kepercayaan yang berlebihan pada orang lain. Apalagi pada orang yang menjadi idolanya atau yang dikagumi- nya. Kalau sudah begini keadaannya, sudah bisa dipastikan bahwa orang tersebut akan mudah di- sugesti atau dipengaruhi untuk bersikap dan berpe- rilaku sesuai dengan keinginan orang lain. Kita ambil satu contoh. Ada banyak sekali iklan yang menawarkan produk-produk yang disenangi kaum remaja. Mungkin bedak tertentu, parfum, pa- kaian, sepatu, gaya rambut, atau handphone. Tawar- an itu dikemukakan kepada masyarakat melalui iklan-iklan di media massa. Nah, kalau orang yang cukup kritis tidak akan mudah terpengaruh de- ngan iklan-iklan tersebut. Pembuat iklan sangat pintar memanfaatkan kelemahan manusia. Pem- buat iklan umumnya memakai bintang-bintang film atau selebriti yang sangat diidolakan remaja untuk mengiklankan produk-produk tersebut. Di sinilah masalahnya. Karena bintang-bintang iklan tersebut adalah idola remaja, maka para remaja langsung saja membeli produk-produk yang dii- klankan tanpa berpikir panjang. Di sini para remaja tersebut telah disugesti oleh bintang-bintang iklan. Padahal kalau saja orang mau berpikir kritis maka dia tidak perlu harus membeli barang-ba- rang tertentu yang tingkat kebutuhannya tidak bersifat mendesak. Misalnya, kalau ada handphone yang masih bisa dipakai, mengapa harus membeli yang baru? Di sini setiap orang sebaiknya memiliki prinsip- prinsip atau nilai-nilai tertentu supaya dia tidak mudah disu- gesti . Sekarang kamu bisa mengecek apakah barang- barang yang kamu miliki dibeli karena kamu be- nar-benar membutuhkannya atau karena disu- gesti iklan? Apakah kamu berperilaku dan bersikap dalam cara tertentu seperti sekarang ini karena ka- mu disugesti oleh tokoh idolamu atau kamu memi- liki sendiri untuk berperilaku demikian? Sama seperti imitasi yang memiliki hal positif dan negatif, sugesti juga memiliki dua hal tersebut. Tokoh-tokoh agama kiai, ustadz, pastor, pendeta dapat mensugesti umatnya supaya berperilaku sesuai dengan nilai dan norma agama. Ini adalah sugesti positif. Sementara sugesti negatif dapat dilihat dari contoh iklan di atas. Kita sebaiknya se- lalu bertanya kepada diri kita sendiri: sejauh mana kita membiarkan diri disugesti secara positif atau secara negatif? Kalau sugesti negatifnya terlalu ba- nyak maka kita sebetulnya belum dewasa dalam melakukan proses interaksi sosial. c. Identifikasi Tidak hanya imitasi dan sugesti yang mem- pengaruhi interaksi sosial. Identifikasi juga mem- pengaruhi setiap interaksi sosial manusia. Dalam Gambar 2.1.7 Ir. Soekarno dikenal sebagai pemimpin yang mampu mensugesti audiens dalam setiap pidatonya. Pidato- pidatonya menumbuhkan semangat kebangsaan di antara pemuda Indonesia. Sumber: http:gambar.google.comsoekarno