Sumber sejarah Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

179 muslim dari Persia. Ia meninggal pada tahun 1419. Makam Maulana Malik Ibrahim terletak di Gresik. 4 Nisan kubur di Troloyo, Trowulan, dan Gresik Berdasarkan nisan-nisan kubur tersebut dapat diketahui telah terjadinya proses Islamisasi di Jawa pada masa Majapahit. 5.2.2 Penyebar Agama Islam di In- donesia Dari Mekkah dan Madinah agama Islam me- nyebar ke berbagai penjuru dunia, antara lain ke Indonesia. Penyebaran Islam ke Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama dan para peda-gang.

A. Peran pedagang

Para ahli sepakat bahwa perdagangan memang memegang peranan penting dalam proses masuk- nya agama Islam ke Indonesia. Saudagar-saudagar Islam dari Persia, Gujarat, dan Arab datang ke In- donesia untuk berdagang. Pelayaran perdagangan memerlukan waktu berbulan-bulan karena peru- bahan arah angin mengikuti suatu siklus musim tertentu yang lamanya bisa enam bulan dalam satu musim. Tidak jarang para pedagang tersebut harus menunggu waktu berbulan-bulan di suatu kota pe-labuhan atau pusat perdagangan sampai datang-nya perubahan angin sesuai tujuan. Karena itu dibangun perkampungan-perkampungan untuk tempat tinggal para pedagang. Hal ini memung- kinkan terjalinnya hubungan erat dan terbuka de- ngan penduduk setempatpribumi. Selain dengan para pedagang golongan bawah, para pedagang Islam juga bertemu dengan para penguasa, adipati, bahkan raja. Hubungan yang terbuka dan erat itu memung- kinkan mereka dapat saling bertukar pikiran. Mi- salnya mengenai adat-istiadat, pengalaman hidup, dan agama. Pedagang-pedagang dari Gujarat yang beragama Islam memperkenalkan agama Islam ke- pada penduduk setempat. Mereka menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Dengan demikian agama Islam dapat masuk ke masyarakat Indonesia.

B. Peranan ulama

Selain pedagang, penyebaran agama Islam dila- kukan oleh para ulama. Para ulama mengabdikan hidupnya bagi penyebaran agama Islam. Dalam perkembangan lebih lanjut, Islam disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Oleh karena itu, muncullah para juru dakwah pribumi dari ber-bagai pelosok nusantara. Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, dilaku- kan oleh Wali Songo. Wali Songo semuanya bergelar Sunan , suatu singkatan dari Susuhunan. Susuhunan berarti yang d ijunjung tinggi suhun artinya dijun- jung di atas kepala atau tempat memohon sesuatu. Sembilan wali itu adalah: Maulana Malik Ibrahim , Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Dra-jad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatul- lah. Selain para wali ada ulama lainnya, yakni Syeh Abdulmuhyi dari Tasikmalaya, Syeh Siti Jenar atau Syeh Lemah Abang, Sunan Geseng, Sunan Tem- bayat, Sunan Panggung. Sementara itu, penyebaran agama Islam di luar Jawa juga dilakukan para ulama. Ulama penyebar agama Islam di luar Jawa pada masa itu, antara la-in: Datuk Ribandang, Datuk Sulaeman, Datuk Riban- dang, Tuan Tunggang Parangan, Penghulu Demak, Kiai Gede ing Suro, dan Syekh Said dari Pasai. Proses penyebaran agama Islam berjalan lan-car karena beberapa faktor, yaitu:  Suasana keterbukaan di kota-kota mencipta- kan kecenderungan yang lebih besar untuk ber-pindah agama.  Kemerosotan kekuasaan Hindu mengakibatkan perubahan struktur kekuasaan yang mendapat dukungan dari agama Islam.  Penyebaran agama Islam dilakukan tidak de- ngan paksaan atau kekerasan, tetapi dengan cara damai. Untuk lebih memahami dinamika dan perkem- bangan kebudayaan masyarakat Indonesia sejak masuknya Islam, marilah kita menelusuri sejarah- nya melalui berbagai kerajaan yang telah dipenga- ruhi oleh Islam. Dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam inilah agama dan ajaran Islam disebarluas-kan di Indonesia hingga menjadi sebuah agama yang mayoritas. 5.2.3 Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam Dari kota-kota pelabuhan di daerah pesisir muncullah kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan- kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia antara lain adalah Samudera Pasai, Aceh, Demak, Pajang, Mataram Islam, Banten, Cirebon, Makassar, Banjar, Ternate dan Tidore.

A. Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan per- tama di Indonesia yang bercorak Islam. Kerajaan Samudera Pasai terletak di pesisir timur Aceh. Le-tak kerajaan ini sangat strategis karena dekat dengan Selat Malaka. Selat Malaka adalah jalur pe-layaran perdagangan internasional. 180 Semula kerajaan Samudera Pasai merupakan dua kerajaan yang terpisah. Pada tahun 1285, Ma- rah Silu Raja Samudera berhasil menyatukan ke- rajaan Samudera dan kerajaan Pasai. Penyatuan dua kerajaan itu dibantu saudagar-saudagar mus-lim dari Mesir. Marah Silu kemudian memeluk aga-ma Islam dan bergelar Sultan Malik al-Saleh. Samudera Pasai meluaskan wilayah hingga ke Perlak dan Lamuri. Samudera Pasai berkembang pesat dan menjadi pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Arab, Gu-jarat, Pegu, Syiam, Kedah, dan Jawa. Barang yang diperdagangkan di Samudera Pasai beraneka ra-gam, seperti lada, emas, kapur barus, dan kain su-tera. Samudera Pasai juga berperan besar bagi perkembangan Islam di Indonesia. Pada tahun 1292, seorang pedagang dari Vene- zia Italia yang bernama Marco Polo singgah di Perlak dalam perjalanan pulang dari negeri Cina. Ia menerangkan bahwa sebagian besar penduduk Perlak telah menganut agama Islam. Raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Samudera Pasai antara lain:  Sultan Malik al-Saleh 1285 - 1297.  Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir 1297 - 1326.  Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir 1326 - 1348. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, Samu- dera Pasai dikunjungi Ibnu Ba tutah. Ia adalah ula- ma terkenal dari Maroko yang sedang mengemban tugas dari Sultan Delhi, India, untuk berkunjung ke Cina. Dalam kesempatan lain Kaisar Cina me-ngirim Laksamana Cheng Hoo berkunjung ke Samu-dera Pasai. Cheng Hoo adalah seorang laksamana bangsa Cina yang telah menganut agama Islam. Setelah Sultan Ahmad wafat, Kerajaan Samude- ra Pasai mengalami kemunduran karena diserang oleh tentara Majapahit pada tahun 1350. Samudera Pasai tidak dihancurkan, melainkan d ijadikan ke- rajaan bawahan Majapahit. Samudera Pasai tidak lagi menjadi kerajaan kuat, namun dapat terus ber-tahan hingga akhir abad ke-15.

B. Kerajaan Aceh

Aceh semula merupakan kerajaan kecil di ba-wah kekuasaan Kerajaan Pedir. Pada tahun 1514, Sultan Ali Mughayat Syah Sultan Ibrahim berhasil melepaskan Aceh dari kekuasaan Pedir. Sebagai kerajaan yang merdeka, Aceh berangsur- angsur menjadi kerajaan besar melampaui Kerajaan Pedir. Perkembangan Kerajaan Aceh berkaitan erat dengan keadaan yang terjadi di Malaka. Sejak Por-tugis berkuasa, di Malaka diterapkan sistem mo-nopoli yang sangat merugikan pedagang. Para pedagang yang datang dari Arab, Persia, dan Gu- jarat kemudian mencari tempat persinggahan baru untuk berdagang. Tempat persinggahan baru itu ialah Pelabuhan Aceh yang sedang tumbuh. Dari Aceh para pedagang dapat melanjutkan pelayaran dengan menyusuri pantai barat Pulau Sumatera, ke Barus, Pariaman, Bengkulu, terus ke Selat Sunda. Untuk menyambut kedatangan para pedagang yang semakin ramai tersebut, Aceh mempersiap- kan dan memperbaiki sarana-sarana di pelabuhan, menambah jumlah pegawai, dan mengangkat syahbandar berkebangsaan Turki yang sudah ber- pengalaman. Selain itu, armada angkatan laut juga terus diperkuat guna mengamankan jalur pelayar- an dari gangguan Portugis. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda 1606 - 1637 Aceh mencapai kejayaan. Wilayah ke- kuasaannya bertambah luas. Kehidupan beragama mengalami perkembangan pesat. Di lingkungan is- tana tinggal seorang ulama besar bernama Hamzah Fansuri. Beliau banyak menulis buku-buku tentang agama Islam. Muridnya yang terkenal dan menjadi ulama besar ialah Samsuddin as-Sumatrani. Armada dagang dari Aceh berlayar hingga ke Laut Merah. Barang yang diperdagangkan berane- ka ragam, di antaranya lada, emas, kapur barus, dan kain. Aceh menjalin hubungan dengan Kekha- lifahan Turki di Timur Tengah. Turki banyak mem- bantu Aceh dalam bidang persenjataan modern. Faktor-faktor yang mendukung kemajuan Aceh antara lain, sebagai berikut.  Letak Aceh yang strategis karena berada pada jalur perdagangan Nusantara maupun interna- sional.  Aceh memiliki pelabuhan yang baik sebagai pe-labuhan dagang.  Aceh sebagai pelabuhan transit menuju Ero- pa.  Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada ta- hun 1511 mengakibatkan berkurangnya persa- ingan di bidang perdagangan di selat Malaka. Aceh tampil sebagai pelabuhan utama bandar dagang. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, Aceh me-ngalami kemunduran. Raja-raja penggantinya le-mah dan sering terjadi perselisihan antara para raja dengan para ulama. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tani 1637-1642, buku-buku karya Hamzah Fansuri di- bakar. Ajarannya dianggap sesat dan dilarang. Nu- ruddin ar-Raniri, yang berasal dari India Gujarat diangkat menjadi ulama. Pada masa kemunduran ini, Aceh banyak kehilangan daerah-daerah kekua- saan. Wilayahnya menciut sehingga menjadi lebih