Perkembangan di Indonesia Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

178 kembang pesat. Mubaligh Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaeman membuat Islam berkembang lebih pesat. Dengan demikian, sebagian besar daerah Su- lawesi Selatan masuk agama Islam. e. Islam di Kepulauan Maluku Dari Pulau Jawa pengaruh agama Islam tersebar ke bagian timur Indonesia, mengikuti rute perda- gangan waktu itu, yaitu ke Hitu, Seram, Ternate, dan Tidore. Para ulama dari Gresik menyebarkan agama Islam ke daerah Maluku. Bahkan Sultan Zae-nal Abidin dari Ternate pernah belajar agama Islam di Gresik. Para ulama Kerajaan Ternate menyebarkan agama Islam ke Buton Sulawesi Tenggara dan Go- rontalo Sulawesi Utara. Sedangkan, para ulama Kerajaan Tidore menyebarkan agama Islam ke pu- lau-pulau Maluku di bagian timur dan tenggara sampai pantai selatan Irian Jaya. Dari keterangan-keterangan tersebut dapat di- simpulkan bahwa agama Islam diterima masyara- kat Nusantara. Masyarakat Indonesia memeluk agama Islam bukan karena paksaan atau kekerasan, melainkan karena keterbukaan hati mereka untuk menerima hal-hal baru termasuk ajaran-ajaran Islam.

D. Sumber sejarah

Penyebaran agama Islam ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 dapat diketahui dari beberapa sumber berita, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Sumber sejarah itu berupa catatan dari para musafir atau pedagang dan pesan-pesan yang ter- muat pada batu nisan. Dari bukti-bukti dan sum-ber berita itu, dapat dipastikan bahwa pengaruh Islam sudah berkembang sejak masa kerajaan Hin-du di Indonesia. a. Berita dari luar negeri Sumber-sumber berita dari luar negeri antara lain datang dari Arab, Eropa, India, dan Cina. 1 Berita dari Arab Para pedagang Arab telah datang ke Indonesia sejak masa Kerajaan Sriw ijaya abad 7 M. Peda- gang Arab menyebut Kerajaan Sriw ijaya dengan sebutan Zabaq, Zabay, atau Sribusa. Ini suatu bukti bahwa pedagang Arab sudah melakukan hubung- an dagang dengan Sriw ijaya. 2 Catatan Marco Polo Marco Polo berasal dari Venesia, Italia. Pada tahun 1292, ia datang ke Aceh bagian utara dalam rangkaian perjalanannya dari Tiongkok ke Persia. Ia singgah di Lamuri. Marcopolo menemukan ma- syarakat yang sudah memeluk agama Islam. 3 Berita dari India Berita dari India ini menyebutkan bahwa sudah ada hubungan dagang antara Indonesia dengan para pedagang dari Gujarat. Di samping berdagang, mereka juga mengajarkan agama Islam kepada penduduk yang ada di pesisir pantai. 4 Berita dari Cina Dalam catatan Ma-Huan dinyatakan bahwa pa- da tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang tinggal di pantai utara Pulau Jawa. 5 Berita dari Tome Pires Dalam Suma Oriental, Tome Pires menyatakan bahwa daerah-daerah di pantai Sumatra Utara dan timur Selat Malaka, yaitu daerah Aceh sampai Palembang sudah banyak masyarakat dan keraja- an Islam. b. Berita dari dalam negeri Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia. 1 Sebuah batu bertulis di Leran Pada batu nisan di Leran sebelah selatan Gre- sik ada tulisan dengan menggunakan huruf dan bahasa Arab. Batu ini memuat keterangan tentang meninggalnya seorang wanita yang beragama Is- lam, bernama Fatimah binti Maimun 1028 M. 2 Makam Sultan Malik al-Saleh Sultan Malik al-Saleh meninggal pada tahun 1297 M. Makam Sultan Malik al-Saleh terdapat di Aceh. Batu nisan makam ini mendapat pengaruh dari Mesir. 3 Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik Maulana Malik Ibrahim adalah salah seorang Gambar 5.2.2 Nisan Sultan Malik al-Saleh dari Samudera Pasai menjadi salah satu bukti penting kehadiran dan penyebaran Islam di Nusantara. Sumber: Lukisan Sedjarah, 1956. 179 muslim dari Persia. Ia meninggal pada tahun 1419. Makam Maulana Malik Ibrahim terletak di Gresik. 4 Nisan kubur di Troloyo, Trowulan, dan Gresik Berdasarkan nisan-nisan kubur tersebut dapat diketahui telah terjadinya proses Islamisasi di Jawa pada masa Majapahit. 5.2.2 Penyebar Agama Islam di In- donesia Dari Mekkah dan Madinah agama Islam me- nyebar ke berbagai penjuru dunia, antara lain ke Indonesia. Penyebaran Islam ke Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama dan para peda-gang.

A. Peran pedagang

Para ahli sepakat bahwa perdagangan memang memegang peranan penting dalam proses masuk- nya agama Islam ke Indonesia. Saudagar-saudagar Islam dari Persia, Gujarat, dan Arab datang ke In- donesia untuk berdagang. Pelayaran perdagangan memerlukan waktu berbulan-bulan karena peru- bahan arah angin mengikuti suatu siklus musim tertentu yang lamanya bisa enam bulan dalam satu musim. Tidak jarang para pedagang tersebut harus menunggu waktu berbulan-bulan di suatu kota pe-labuhan atau pusat perdagangan sampai datang-nya perubahan angin sesuai tujuan. Karena itu dibangun perkampungan-perkampungan untuk tempat tinggal para pedagang. Hal ini memung- kinkan terjalinnya hubungan erat dan terbuka de- ngan penduduk setempatpribumi. Selain dengan para pedagang golongan bawah, para pedagang Islam juga bertemu dengan para penguasa, adipati, bahkan raja. Hubungan yang terbuka dan erat itu memung- kinkan mereka dapat saling bertukar pikiran. Mi- salnya mengenai adat-istiadat, pengalaman hidup, dan agama. Pedagang-pedagang dari Gujarat yang beragama Islam memperkenalkan agama Islam ke- pada penduduk setempat. Mereka menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Dengan demikian agama Islam dapat masuk ke masyarakat Indonesia.

B. Peranan ulama

Selain pedagang, penyebaran agama Islam dila- kukan oleh para ulama. Para ulama mengabdikan hidupnya bagi penyebaran agama Islam. Dalam perkembangan lebih lanjut, Islam disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Oleh karena itu, muncullah para juru dakwah pribumi dari ber-bagai pelosok nusantara. Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, dilaku- kan oleh Wali Songo. Wali Songo semuanya bergelar Sunan , suatu singkatan dari Susuhunan. Susuhunan berarti yang d ijunjung tinggi suhun artinya dijun- jung di atas kepala atau tempat memohon sesuatu. Sembilan wali itu adalah: Maulana Malik Ibrahim , Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Dra-jad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatul- lah. Selain para wali ada ulama lainnya, yakni Syeh Abdulmuhyi dari Tasikmalaya, Syeh Siti Jenar atau Syeh Lemah Abang, Sunan Geseng, Sunan Tem- bayat, Sunan Panggung. Sementara itu, penyebaran agama Islam di luar Jawa juga dilakukan para ulama. Ulama penyebar agama Islam di luar Jawa pada masa itu, antara la-in: Datuk Ribandang, Datuk Sulaeman, Datuk Riban- dang, Tuan Tunggang Parangan, Penghulu Demak, Kiai Gede ing Suro, dan Syekh Said dari Pasai. Proses penyebaran agama Islam berjalan lan-car karena beberapa faktor, yaitu:  Suasana keterbukaan di kota-kota mencipta- kan kecenderungan yang lebih besar untuk ber-pindah agama.  Kemerosotan kekuasaan Hindu mengakibatkan perubahan struktur kekuasaan yang mendapat dukungan dari agama Islam.  Penyebaran agama Islam dilakukan tidak de- ngan paksaan atau kekerasan, tetapi dengan cara damai. Untuk lebih memahami dinamika dan perkem- bangan kebudayaan masyarakat Indonesia sejak masuknya Islam, marilah kita menelusuri sejarah- nya melalui berbagai kerajaan yang telah dipenga- ruhi oleh Islam. Dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam inilah agama dan ajaran Islam disebarluas-kan di Indonesia hingga menjadi sebuah agama yang mayoritas. 5.2.3 Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam Dari kota-kota pelabuhan di daerah pesisir muncullah kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan- kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia antara lain adalah Samudera Pasai, Aceh, Demak, Pajang, Mataram Islam, Banten, Cirebon, Makassar, Banjar, Ternate dan Tidore.

A. Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan per- tama di Indonesia yang bercorak Islam. Kerajaan Samudera Pasai terletak di pesisir timur Aceh. Le-tak kerajaan ini sangat strategis karena dekat dengan Selat Malaka. Selat Malaka adalah jalur pe-layaran perdagangan internasional.