Kerajaan Tarumanegara Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

159 dengan telapak gajah Airawata gajah kendaraan Dewa Wisnu. Terjemahan prasasti tersebut, an-tara lain berbunyi: “Di sini nampak sepasang telapak kaki … yang sep- erti Airawata, gajah penguasa Taruma, yang agung dan ... kejayaan.”

3. Prasasti Tugu

Prasasti ini ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti Tugu berisi puisi yang di- pahatkan pada sebuah batu bulat panjang secara melingkar. Prasasti Tugu merupakan prasasti yang memuat tulisan terpanjang. Purnawarman dilambangkan sebagai seorang yang gagah berani dan sakti mandraguna. Ia meme- rintahkan rakyatnya untuk menggali saluran rak- sasa sepanjang 6112 tombak 11 km. Saluran itu diberi nama Gomati. Pekerjaan penggalian dilaku- kan dalam waktu 21 hari. Setelah selesai diadakan selamatan. Dalam selamatan itu, Raja Purnawar- man memberikan hadiah 1000 ekor sapi kepada para brahmana. Prasasti Tugu juga menyebutkan penggalian sungai yang dinamai Candrabaga.

4. Prasasti Pasir Awi

Prasasti ini sering disebut juga Prasasti Batu Ke- riting karena ditulis dengan huruf ikal. Prasasti ini belum dapat dibaca. Prasasti Pasir Awi terletak di muara Sungai Cianten.

5. Prasasti Cidanghiang

Prasasti ini disebut Prasasti Lebak. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1947 di Kampung Lebak, di tepi Sungai Cidanghiang, Banten. Prasasti Cidang- hiang bertuliskan huruf Pallawa.

6. Prasasti Kebon Jambu

Prasasti Kebon Jambu ditemukan di Gunung Kapur Cikaniki, Bogor. Prasasti ini juga disebut Pra- sasti Pasir Koleangkak. Pada prasasti ini d ijumpai nama negara dan kalau dibaca berbunyi tarumayam. Prasasti ini berisi sanjungan kebesaran, kegagahan, dan keberanian Raja Purnawarman. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, para ahli menyimpulkan bahwa kehidupan keagamaan kerajaan Tarumanegara mayoritas beragama Hin- du. Ada juga yang beragama Budha dan agama asli. Sedangkan mata pencaharian utama masyara- katnya adalah bertani. Hal ini diungkapkan secara jelas dalam prasasti Tugu. Selain itu, ada pelayaran dan perdagangan. Selain prasasti, ditemukan juga arca-arca seba- gai bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara, se- perti:  Arca Rajasari diperkirakan berasal dari daerah Jakarta.  Arca Wishnu Cibuaya I, sekalipun berasal dari abad ke-7 M, tetapi arca ini dapat d ijadikan pe- lengkap dari Prasasti Purnawarman.  Arca Wishnu Cibuaya II ditemukan di Desa Ci-buaya. Bagaimana kerajaan Tarumanegara ini dapat berakhir? Tidak ada alasan yang pasti. Kemungkin- an besar kerajaan Tarumanegara runtuh akibat se- rangan kerajaan Sriw ijaya. Hal ini terjadi setelah berakhirnya pemerintahan Purnawarman.

C. Kerajaan Ho-ling

Pada pertengahan abad VII sekitar tahun 650 M muncul Kerajaan Ho-Ling. Kerajaan Ho-Ling di-perkirakan terletak di Jawa Tengah. Kerajaan ini dinamakan juga Kalingga. Keterangan tentang Ke-rajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina. a. Berita Cina Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang dan catatan I-Tsing. 2. Catatan dari zaman Dinasti Tang Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang 618M - 906M memberikan keterangan tentang Ho-Ling sebagai berikut.  Ho-Ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah timurnya terletak Pulau Bali dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatra.  Ibu kota Ho-Ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.  Raja tinggal di suatu bangunan besar berting- kat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.  Penduduk Kerajaan Ho-Ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa.  Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah. Gambar 5.1.2 Prasasti Ciaruteun dari Kerajaan Tarumanegara. Sumber: Indonesian Heritage 1: 2002. 160 Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Sima Simo. Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan b ijaksana. Masa pemerintahannya Kerajaan Ho-Ling sangat aman dan tenteram.

3. Catatan I-Tsing

Catatan I-Tsing tahun 664665 M menyebut- kan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah men- jadi salah satu pusat pengetahuan agama Budha Hinayana. Di Ho-Ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Budha. Ia bekerja sama dengan pendeta Ja- wa yang bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Budha Mahayana. Dari berita ini, para ahli berpendapat bahwa Ho-ling sangat penting sebagai salah satu pusat agama Budha Hinayana. b. Prasasti Prasasti peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa