Persebaran kegiatan ekonomi menurut jenisnya

212 di kota besar pasar tradisional ada sepanjang ming- gu. Selain itu juga banyak dibangun pasar modern supermarket, mal, plasa, dan sebagainya. Perdagangan antarkota, antardaerah, atau an- tarprovinsi juga berlangsung dengan baik. Hal ini terjadi karena setiap daerah memiliki potensi yang berbeda. Jenis barang tertentu dipasok dari daerah yang memiliki potensi lebih besar atau kualitas lebih baik. Misalnya:  Sumatera : kelapa sawit, kopi, cokelat, ikan kembung, semen, minyak bumi, dan batu bara,  Jawa : beras, gula, cokelat, palaw ija, ki- na, tembakau, teh, tekstil, makan- an dan minuman olahan, barang elektronik, peralatan pertanian, dan semen,  Kalimantan : berbagai jenis kayu, rotan, da-mar, gula, emas, gas alam, mi-nyak bumi, batu bara,  Sulawesi : beras, kopi, kopra, cengkeh, he- wan ternak kerbau, aspal, batu bara,  BaliNusa Tenggara : hewan ternak sapi, lem- bu, kuda,  Maluku : ikan, sagu, cengkeh, dan pala  Papua : ikan, sagu, cengkeh, pala, hewan ternak babi, minyak dan gas bumi, batu bara. Tabel 6.1.1 Kegiatan perdagangan ekspor impor Indonesia Selain perdagangan dalam negeri, Indonesia juga mengembangkan kegiatan perdagangan in- ternasional antarnegara. Kegiatan ekspor Indone- sia dibedakan menjadi dua, yaitu komoditi minyak dan gas migas dan nonmigas. Mula-mula komo- diti migas mendominasi kegiatan ekspor Indone- sia, namun sejak 1986 ekspor nonmigas semakin berkembang. Berbagai komoditi migas dan non migas yang diekspor Indonesia ke berbagai negara lain, ada- lah:  hasil tambang minyak bumi, gas, batu bara,  hasil pertanian dan perkebunan karet, kelapa sawit, kopra,  hasil hutan kayu, rotan, damar,  hasil laut ikan, udang, rumput laut,  hasil industri kerajinan, tekstil, dan sebagain- ya. Dalam kegiatan impor, Indonesia mendatang- kan berbagai jenis barang kebutuhan dalam ne-geri dari berbagai negara lain. Misalnya, berupa mesin- mesin, alat elektronika, kendaraan bermotor, pesa- wat terbang, juga makanan atau minuman olahan daging, susu, mentega. Coba perhatikan tabel 6.1.1 di berikut ini b. Industri Kegiatan industri dan perindustrian di Indo- nesia berkembang cukup pesat. Keduanya tumbuh sesuai dengan potensi wilayah dan penduduknya. Misalnya:  Wilayah yang memiliki potensi kesuburan alam dan perairan mengembangkan industri perta- nian, perikanan, dan sebagainya.  Wilayah yang memiliki potensi alam atau bu- daya, mengembangkan industri wisata, per- Negara Pengek- spor Pengimpor Amerika Serikat Rusia Australia Jepang Negara Komoditi Ekspor ke Indonesia mesin, kapal, pesawat terbang mesin, kapal, pesawat terbang berbagai hasil industri ternak wol, susu, dag- ing, dll. mesin, barang elektronik, dll barang elektro- nik, mesin, bahan kimia, makanan olahan Komoditi Ekspor ke Indonesia teh, tekstil, mi- nyak teh, tekstil, mi- nyak dan gas karet, teh, kelapa sawit karet, kayu lapis, batu bara, min- yak dan gas berbagai jenis kayu, hasil pertanian, dan perkebunan Gambar 6.1.8 Kegiatan pasar tradisional terapung di sungai Barito, Kalimantan. Gambar 6.1.9 Kegiatan perdagangan di pasar modern Plasa Senayan Jakarta Sumber: h tp:gambargoogle.comBarito Sumber: h tp:gambargoogle.combelanja 213 hotelan, dan sebagainya.  Wilayah dengan potensi bahan tambang me- ngembangkan kegiatan pertambangan. Kelompok industri rumah tangga hingga indus- tri menengah berkembang hampir di seluruh pelo- sok Indonesia. Misalnya, industri kerajinan ukir kulit, ukir kayu, ukir batu; industri anyaman; dan industri perak. Kelompok industri besar terutama berkem-bang di daerah yang telah dilengkapi sarana prasa-rana transportasi dan komunikasi. Sebagian besar ada di pulau Jawa. Misalnya: industri baja, industri obat dan farmasi, serta perakitan motor. Banyak industri yang lahir oleh potensi dan modal dari dalam negeri, baik modal perorangan atau pun kelompok. Namun beberapa industri juga berkembang karena adanya penanaman modal asing. Misalnya industri elektronik, industri pera- kitan mobilmotor, dan industri pulp. Persebaran industri di wilayah Indonesia dapat dilihat pada tabel 6.1.2 berikut 6.1.3 Penggunaan Lahan dan Tabel 6.1.2 Persebaran industri di Indonesia Jenis indus- tri Industri rumah tangga, kecil, dan Pusat industri daerah-daerah persebaran  Kerajinan batik tulis: Yogyakarta, Sura- karta, dan Pekalongan.  Kerajinan ukir kulit, kayu, dan batu un- tuk furniture, hiasan dinding, patung, dan lain-lain: Jawa Tengah Yogyakarta, Jepara, Jawa Barat, Bali, Toraja, Papua, Aceh, Sumatera Utara, Minangkabau.  Kerajinan anyaman rotan dan bambu: Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.  Kerajinan emas dan perak: Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Bukit Tinggi.  Tenun: Sulawesi, Nusa Tenggara, Su- matera Utara, dan Minangkabau.  Industri gerabah: Yogyakarta, Purwa- karta, Banyumas, dan Banjarmasin.  Industri pakaian: Bandung, Surakarta, Yogyakarta, dan Pekalongan.  Industri makanan: Jawa Tengah Yogya- karta, Magelang, Salatiga, Jawa Timur Malang, dan Jawa Barat Garut, Ban- dung.  Pesawat terbang: Industri Pesawat Ter- bang Dirgantara Indonesia Bandung, Jawa Barat.  Perkapalan: Surabaya PT PAL, Jakarta, dan Makassar.  Perakitan mobil dan motor: Jakarta, Ta- ngerang, Surabaya, dan Medan.  Besi beton: Cilegon Jawa Barat.  Tekstil: Banten Tangerang, Jawa Barat Bandung dan Karawang, dan Jawa Tengah Salatiga, Semarang. Industri besar Pola Permukiman Penduduk

A. Pengertian lahan dan alokasi penggunaannya

Lahan adalah tanah terbuka. Lahan dapat di-be- dakan atas lahan yang potensial dan lahan kritis.  Lahan potensial adalah wilayah yang kondisi lingkungannya memiliki tingkat kesuburan tinggi dan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia.  Lahan kritis adalah wilayah yang kondisi ling- kungannya telah kehilangan kesuburan dan menjadi tandus, sehingga tidak dapat diman- faatkan manusia. Alokasi penggunaan lahan di desa dan kota sangat berbeda. Mengapa demikian? Desa adalah suatu wilayah di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang memiliki pemerin- tahan sendiri. Masyarakat desa umumnya adalah masyarakat agraris yang homogen. Masyarakat desa yang agraris menyebabkan lahan di pedesaan sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan agra- ris. Kegiatan agraris mencakup kegiatan pertanian dan peternakan. Selain penggunaan lahan bagi kegiatan agraris juga sebagai tempat bermukim. Jadi, lahan pedesaan sebagian besar dialokasikan sebagai areal agraris dan permukiman. Kota adalah suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur fisiografis, sosiologis, eko-nomis, politis, dan budaya. Masyarakat kota ada-lah masyarakat heterogen baik sosial maupun budaya. Kehidupan kota yang kompleks menye- babkan pemanfaatan lahan di perkotaan juga lebih beragam. Pemanfaatan lahan di perkotaan, antara lain adalah sebagai:  pusat perdagangan dan industri;  pusat pemerintahan;  pusat permukiman;  pusat hiburan dan rekreasi;  Pulp: Banyuwangi, Riau  Kertas: Padalarang Jawa Barat, dan Leces Probolinggo.  Semen: Gresik, Cilacap, dan Cibinong.  Rokok: Kediri, Kudus, Malang, Cire- bon.  Kimia: Palembang PT Pusri, Cilacap, dan Kujang Jawa Barat  Pariwisata: Yogyakarta, Bali Lombok, Nias, dan Sumatera. 214  pusat perkantoran;  sarana dan prasarana kesehatan, pendidikan, dan transportasi Rumah Sakit, sekolah, termi- nal, stasiun, dan lain-lain.

B. Pola Permukiman Penduduk

Pola permukiman penduduk merupakan perwu- jud-an adaptasi manusia dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Dilihat dari bentuknya, pola persebaran per- mukiman penduduk dapat dibedakan menjadi tiga pola. Pola-pola itu adalah, pola permukiman me-manjang linier, pola permukiman terpusat nu- cleated , dan pola permukiman tersebar dispersed. Perhatikan sketsa pola permukiman pada gambar 6.1.10 berikut ini. a. Pola permukiman memanjang linier Pola permukiman memanjang akan terjadi bila susunan rumah-rumah penduduk terlihat ber-deret memanjang searah dengan jalan raya, jalan kereta api, alur sungai atau sepanjang garis pantai. 1. Pola permukiman linier sepanjang jalan raya Jalan raya menjadi sarana yang sangat mem- bantu gerak pertumbuhan ekonomi penduduk. Pen- duduk membentuk pola permukiman sepan-jang jalan raya karena jalan raya sangat memudah-kan terjadinya hubungan antarwilayah. Permukiman penduduk akan terbentuk sejajar di kedua sisi jalan raya. Dampak dari pola permu- kiman ini adalah semakin tingginya harga lokasi yang paling dekat dengan jalan raya. Coba kamu perhatikan Harga rumah atau tanah di dekat jalan raya berbeda dengan harga rumah atau tanah yang jauh dari jalan raya. Hal ini terjadi karena berkaitan dengan kemudahan berusaha dan kemudahan mencapai tempat tersebut dari tempat lain. Pola permukiman memanjang linier dapat ditemukan di hampir seluruh kota di Indonesia. 2. Pola permukiman linier sepanjang alur sungai Sungai merupakan sumber air dan sarana transportasi wilayah tertentu di Indonesia. Dengan demikian banyak penduduk membangun permu- kiman dekat dengan alur sungai. Pola permukiman penduduk terbentuk di sisi kanan dan kiri sungai. Bentuk permukiman ini misalnya terdapat di tepi sungai Barito Kalimantan Selatan atau di tepi su- ngai Musi Sumatera Selatan. Contoh permukiman linier sepanjang jalan raya dan alur sungai dapat kamu lihat pada foto udara berikut 3. Pola permukiman linier sepanjang rel kereta api Pada umumnya, penduduk juga akan tinggal di daerah yang dekat dengan sarana transportasi. Misalnya stasiun kereta api. Mengapa? Karena ke- reta api merupakan salah satu sarana penghubung antarkota. Pola permukiman yang terbentuk ada-lah pola permukiman linier. Pola permukiman se-perti ini banyak ditemukan di pulau Jawa, di mana kereta api merupakan sarana transportasi penting yang di- minati oleh masyarakat. Selain itu daerah-nya yang relatif datar sangat mendukung bagi pembangunan sarana transportasi ini. Perhatikan gambar berikut ini Namun sayang, perkembangan jumlah pendu- duk yang tinggi terutama di kota-kota besar, dan kurangnya penertiban menyebabkan munculnya Gambar 6.1.11 Gambaran permukiman di Kalimantan Timur. Di satu sisi permukiman linier sepanjang alur sungai, dan di sisi lain permukiman linier sepanjang jalur jalan raya Sumber: h tp:gambargoogle.comKalimantan_Timur a. Permukiman meman- jang linier b. Permukiman me- musat nucleated Gambar 6.1.10 Sketsa pola permukiman c Permukiman menye- bar dispersed