Ciri-ciri musim dan penyimpangannya

115 berperan. Misalnya: faktor perubahan kondisi at- mosfer, kondisi topografi, tata lahan, dan perairan di suatu tempat. Beberapa faktor yang berperan dalam penyim- pangan pergantian musim , adalah: a. Pola pergerakan angin musim Pola pergerakan angin musim di Indonesia memberikan curah hujan yang berbeda. Hujan turun bergeser dari bagian barat ke timur. Pantai barat Pulau Sumatera sampai de- ngan Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan Nopember. Lampung – Bangka, mendapat hujan ter- banyak pada bulan Desember. Jawa bagian utara, Bali, Nusa Tenggara Ba- rat, dan Nusa Tenggara Timur, berpeluang mendapatkan curah hujan terbanyak pada periode Januari – Februari. Curah hujan setiap bulan di wilayah pantai barat juga lebih banyak dibandingkan wilayah pantai timur. b. Perbedaan pola hujan di wilayah Indonesia Letak lintang tiap wilayah memengaruhi pola angin dan pola hujan di wilayah tersebut. Daerah dengan pola ekuatorial, yaitu daerah ekuator sebagian Kalimantan dan Suma- tera, mendapat curah hujan zenithal dua kali dalam setahun. Daerah dengan pola lokal, yaitu daerah yang dipengaruhi kondisi setempat. Misalnya terjadinya pemanasan lokal yang tidak seimbang terutama akibat adanya dataran tinggi dan pegunungan. Misalnya, wilayah Maluku, Papua, dan sebagian Sulawesi. c. Pengaruh angin siklon Beberapa angin siklon terjadi di wilayah seki- tar Indonesia. Misalnya siklon yang bertiup di Samudera Hindia. Angin siklon yang terjadi di wilayah tropis me- nyebabkan terjadinya hujan lebat di berbagai wilayah Indonesia. Mengapa? Karena angin sik- lon memengaruhi pembentukan awan hujan. Hujan yang terus-menerus menyebabkan ke- marau datang lebih lambat. d. Pengaruh ENSO ENSO El-Nino Southern Oscillation atau dikenal sebagai El-Nino adalah kondisi fluktuasi lautan dan sistem atmosfer yang tidak teratur. Ketidakteraturan itu berhubungan dengan ge- rakan massa atmosfer di antara wilayah Indo- nesia tekanan rendah dan Pulau Paskah di Samudera Pasifik tekanan tinggi. El-Nino menyebabkan berbaliknya arus laut. Akibatnya wilayah Indonesia memasuki mu- sim kemarau lebih awal atau sebaliknya peri- ode kemarau berlangsung lebih panjang. 3. Masa pancaroba Masa pancaroba adalah istilah yang digunakan untuk menyebut periode peralihan dari musim hu- jan ke musim kemarau atau sebaliknya. Dalam ba- hasa Jawa dikenal istilah mareng peralihan musim hujan ke musim kemarau dan labuh peralihan mu- sim kemarau ke musim hujan. Pada umumnya pan- caroba berlangsung bulan April atau Oktober. Pada masa pancaroba, kondisi cuaca belum sta- bil. Suhu udara, arah angin, maupun curah hujan tidak teratur. Saat udara panas, secara tiba-tiba dapat terjadi hujan deras. Ketidakstabilan cuaca pada masa pancaroba me- nyebabkan terjadinya penyebaran berbagai jenis penyakit, terutama gangguan pernafasanflu. 4. Penyimpangan terhadap pergantian musim Dalam keadaan normal, periode musim Indone- sia adalah Oktober – April musim hujan dan April–Oktober musim kemarau. Namun, kenyata- annya pergantian musim tidak selalu berlangsung tepat sesuai periode itu. Pergantian musim juga tidak berlangsung bersamaan untuk seluruh wila- yah Indonesia. Kadang kala musim hujan datang lebih lambat di suatu tempat dan berlangsung lebih lama di tem- pat lain. Ketika banjir masih melanda kota-kota di Pulau Jawa, berbagai tempat di Sumatera telah mengalami kemarau. Bahkan pada periode tertentu, suatu daerah tidak mengalami musim kemarau. Kamu tidak perlu heran tentang hal itu Musim berhubungan erat dengan pola cuaca dan iklim se- bagai suatu sistem yang kompleks di seluruh per- mukaan bumi. Selain berbagai unsur cuaca dan iklim yang saling memengaruhi satu sama lain, kondisi-kondisi khusus di suatu tempat juga sangat Gambar 4.3.7 Berbagai peristiwa di musim kemarau c. Tanah dan sawah kering c. Kebakaran hutan b. Sumber air mengering. Sumber: w w w .psda.jaw atengah.go.id Sumber: www .depdagri.go.id Sumber: www .bbc.co.id 116 4.3.2 Flora Fauna di Indone- sia Flora dan fauna, diartikan sebagai dunia tumbuh- an dan hewan, yaitu keseluruhan jenis tumbuhan dan hewan yang hidup pada suatu habitat, daerah, atau strata geologi tertentu. Pada subbab ini, flora dan fauna yang dimak- sud adalah yang hidup secara alami bukan yang dibudi dayakan. Perhatikan gambar 4.3.8 berikut

A. Faktor-faktor yang memengaruhi persebaran flora dan fauna

Faktor-faktor yang memengaruhi persebaran flora dan fauna di berbagai wilayah muka bumi adalah iklim, relief daratan, keadaan tanah, dan peranan makhluk hidup. 1. Iklim Iklim memberikan pengaruh penting bagi per- sebaran flora. Unsur iklim tersebut meliputi suhu, kelembaban udara, curah hujan, serta angin. Pe- ngaruh iklim bersifat vertikal dan horizontal. Seca- ra vertikal adanya perbedaan ketinggian tempat, sedangkan secara horizontal dipengaruhi letak lintang tempat. 2. Relief daratan Relief daratan adalah keadaan tinggi rendahnya permukaan tanah dari permukaan laut. Perbedaan ketinggian mengakibatkan terjadinya variasi suhu udara. Variasi suhu memengaruhi variasi jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan di daerah tinggi dan dataran rendah berbeda satu sama lain sebab tiap tumbuhan memerlukan suhu tertentu untuk dapat hidup. 3. Keadaan tanah Perbedaan jenistipe tanah lempung, pasir, aluvial, dan lain-lain serta jumlah kandungan zat mineral memengaruhi jenis tumbuhan yang da- pat hidup di atasnya. Misalnya: tanah berhumus di daerah tropis menjamin hidupnya berbagai jenis tumbuhan, sedangkan di daerah gurunsalju hanya tumbuhan tertentu yang dapat hidup. 4. Peranan makhluk hidup biotik Makhluk hidup meliputi hewan dan manusia. Persebaran flora melalui hewan dapat terjadi me- lalui proses daur makanan secara tak langsung atau berpindah oleh jenis hewan tertentu. Peranan ma- nusia antara lain melalui kegiatan migrasi, pene- litianpengembangbiakan, dan lain-lain. Faktor yang sama, yaitu iklim, relief daratan, keadaan tanah, dan makhluk hidup juga berperan dalam persebaran fauna. Namun, sebenarnya per- sebaran fauna secara langsung maupun tidak lang- sung juga dipengaruhi oleh persebaran flora. Jenis flora di suatu tempat memengaruhi jenis fauna di tempat tersebut. Hal itu terjadi karena berbagai jenis flora merupakan sumber makanan bagi pe- makan tumbuhan herbivor dan herbivor adalah sumber makanan bagi hewan pemakan daging karnivor.

B. Persebaran flora di Indonesia

Indonesia terletak pada daerah iklim tropis. Dalam skala luas, wilayah tropis adalah wilayah pertumbuhan hutan hujan tropis. Namun, tinggi curah hujan wilayah Indonesia berbeda dari barat hingga ke timur. Hal itu memengaruhi jenis flora yang mungkin tumbuh. Berbagai jenis flora di Indonesia dapat diwakili oleh persebaran beberapa jenis hutan berikut. 1. Hutan hujan tropis Hutan hujan tropis terdapat di daerah-daerah bercurah hujan tinggi dengan temperatur udara yang juga tinggi sepanjang tahun. Hutan ini dike- nal sebagai hutan heterogen karena ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan. Berikut adalah berbagai ciri hutan hujan tropis.  Pohon-pohonnya besar, tinggi, dan rapat.  Berdaun lebar dan menghijau sepanjang tahun.  Keadaan di dalam hutan gelap dan lembab ka- rena sinar matahari tidak dapat menembus rimbunnya daun-daun pepohonan.  Banyak tumbuhan menjalar seperti rotan dan berbagai jenis anggrek. Di Indonesia, hutan jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. b. Tumbuhan budi daya a.Tumbuhan alami d. Hewan budi daya c. Hewan liar di alam bebas Gambar 4.3.8 Flora fauna alami dan budidaya Sumber: Geography Essentials; www .perumperhutani.com; images banking 117 4. Steppa padang rumput Steppa adalah hutan padang rumput yang luas. Hutan ini terdapat di daerah bercurah hujan lebih kecil dibandingkan daerah sabana. Di Indonesia hutan steppa terdapat bagian ti- mur, yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur. 5. Hutan bakau mangrove Hutan bakau mangrove tumbuh di daerah pan- tai berlumpur atau berarus lemah. Tumbuhan ba- kau memiliki akar nafas dan daun berlapis tebal yang berfungsi mengurangi penguapan. Di Indonesia mangrove terdapat di pantai Papua, pantai Sumatera Timur, pantai Kalimantan Barat dan Selatan, serta di pantai utara Pulau Jawa. 2. Hutan musim Hutan musim terdapat di wilayah yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau secara jelas. Hutan musim umumnya adalah hutan homogen. Ciri-ciri hutan musim adalah sebagai berikut.  Pepohonan tidak terlalu tinggi dengan jarak ti- dak terlalu rapat.  Umumnya terdiri dari satu jenis tumbuhan ho- mogen . Contoh: hutan jati, pinus, dan randu.  Hutan menghijau pada musim hujan dan me- ranggas pada musim kemarau.  Pada bagian dasar hutan semak masih bisa tumbuh, karena sinar matahari dapat sampai ke dasar melalui sela-sela pepohonan. Di Indonesia, hutan musim banyak terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara. 3. Sabana Sabana adalah padang rumput berselang-seling pepohonan berupa tanaman keras dan menahun. Hutan sabana terdapat di daerah bercurah hujan rendah . Sabana sangat baik untuk pengembangan usaha peternakan sapi, kambing, dan domba. Di Indonesia sabana dapat ditemui di wilayah Nusa Tenggara. Selain diwakili oleh berbagai jenis hutan, per- sebaran flora di Indonesia juga dibagi menurut ke- tinggian tempat. Hal ini dilakukan oleh seorang ahli botani Jerman bernama F.R. Junghuhn. Dia meneliti perbedaan jenis flora di Indonesia berdasarkan per- bedaan ketinggian tempat dan membuat zonasi batasan wilayah tumbuh-tumbuhan di Indonesia seperti ditunjukkan oleh tabel 4.3.1 di bawah ini Gambar 4.3.9 Hutan musim yang meranggas Gambar 4.3.10 Sabana di Pulau Komodo, NTT. No. Ketinggian Jenis tumbuhan 1. 0 – 700 m kelapa, padi, jagung, tebu, cokelat, dan lain-lain. 2. 700 – 1.500 m sayuran dan buah-buahan. 3. 1.500 – 2.500 m teh, kina, sayuran, bunga- bungaan. 4. 2.500 – 4.000 m pinus dan lumut. 5. 4.000 m lumut. Tabel 4.3.1 Zona tumbuhan di Indonesia menurut FR. Junghuhn Sumber: www .lablink.or .id Sumber: www .dephut.go.id Gambar 4.3.11 Hutan mangrove di pantai utara Jawa Sumber: www .lablink.or .id