Hadir di berbagai daerah

193 Dalam penerapan politik aliansi persekutuan, Portugis selalu mendapatkan imbalan kompensa- si dari kerajaan yang dibantunya. Kompensasi yang diterima Portugis adalah kesempatan berda-gang, hak menguasai wilayah perkebunan, mendi-rikan benteng, dan lain-lain. Politik aliansi tidak hanya diterapkan di Maluku, tetapi juga di Pasai, Minang- kabau, Jawa Barat, dan juga di tempat lain. b. Kedatangan bangsa Spanyol Pada tahun 1521, dengan mempergunakan dua buah kapal, bangsa Spanyol sampai di Maluku se- telah melewati Filipina dan Kalimantan Utara. Mer- eka datang untuk berdagang rempah-rempah. Pada mulanya, kedatangan mereka diterima de-ngan baik oleh rakyat Tidore. Akan tetapi, orang- orang Portugis yang ada di situ merasa tersaingi. Orang-orang Portugis berpendapat bahwa keda- tangan bangsa Spanyol akan mengancam mono- poli perdagangan rempah-rempah mereka. Oleh karena itu, benteng Spanyol diserang oleh Portugis, sehingga bangsa Spanyol memutuskan untuk tidak berdagang di Maluku dan kembali ke negaranya. c. Kedatangan bangsa Belanda Seperti halnya bangsa-bangsa Eropa yang lain, bangsa Belanda juga mencari jalan ke Indonesia. Sebab-sebab kedatangan orang Belanda ke Indone- sia adalah sebagai berikut.  Bangsa Belanda dilarang berdagang ke Lisabon yang menjadi sumber rempah-rempah terbe-sar di Eropa yang dikuasai Spanyol dan Portu- gis.  Bangsa Belanda ingin mengambil langsung rempah-rempah dari Indonesia. Dalam upaya mencari jalan ke Indonesia, mula- mula pelaut Belanda melewati perairan Kutub Uta- ra. Perjalanan ini tidak membawa hasil. Pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, pe- laut Belanda menempuh jalan melalui Tanjung Ha- rapan. Cornelis de Houtman pernah bekerja di kapal Portugis. Rombongannya tiba di pelabuhan Banten pada tahun 1596. Tujuan utama Belanda datang ke Indonesia adalah untuk berdagang, terutama ber- dagang rempah-rempah. Karena bersikap kasar, mereka kurang mendapat simpati dari masyarakat. Mereka tidak lama tinggal di Banten. Dari Banten, rombongan Cornelis de Houtman meneruskan per- jalanan ke Maluku. Karena tidak berhasil, mereka terpaksa pulang ke negeri Belanda. Jalan menuju Indonesia telah ditemukan pelaut Belanda. d. Kedatangan bangsa Inggris Bangsa Barat lainnya yang datang di Indonesia adalah Inggris. Pada abad ke-17, mereka sudah mempunyai organisasi dagang yang bernama East Indian Company EIC. EIC berpusat di India. Pada tahun 1684, Inggris pernah menduduki Bengkulu.

B. Terbentuknya kekuasaan kolo- nial di Indonesia

Terbukanya jalur perdagangan ke Indonesia mengakibatkan munculnya persaingan di antara pedagang Eropa. Persaingan terjadi di antara bang- sa Portugis, Belanda, dan Inggris. Mereka saling be- rebut pengaruh untuk menguasai rempah-rempah Indonesia. Pihak yang berhasil memonopoli perda- gangan rempah-rempah di Indonesia akan menda- patkan keuntungan besar. a. Zaman VOC Untuk memenangkan persaingan dagang, Be- landa membentuk sebuah kongsi dagang di Hindia Timur yang diberi nama VOC Vereenigde Oost In- dische Compagnie pada tahun 1602. Ide pendiriannya datang dari John van Oldenbarneveld. Latar bela- kang berdirinya VOC antara lain sebagai berikut.  Adanya persaingan di antara pedagang-peda- gang Belanda.  Harga rempah-rempah semakin merosot kare- na banyak tersedia di pasaran Eropa.  Para petani dan pedagang Indonesia banyak memperoleh keuntungan dibanding para peda- gang Belanda.  Adanya persaingan dalam menghadapi para pedagang Portugis. VOC berkembang dengan cepat. Faktor penye- bab VOC berkembang dengan cepat antara lain:  VOC memiliki hak-hak istimewa yang diberi- kan oleh pemerintah pusat Kerajaan Belanda, yaitu: Memonopoli perdagangan dari ujung selat- an Afrika di sebelah timur sampai ujung selatan Amerika. Membentuk tentara dan pengadilan. Mencetak dan mengedarkan uang. Mengadakan perjanjian dengan penguasa setempat atas nama pemerintah Belanda. Menyatakan perang dan damai. Mengangkat pegawai. Mendirikan benteng.  Terdesaknya para pedagang Portugis yang ber- perang dengan Ternate.  VOC lebih tertarik pada urusan dagang daripa- da agama. Pada abad ke-17, para pedagang VOC meme- gang peranan utama dalam hubungan dagang an- tara Indonesia dan negara-negara Eropa. Peranan Lisabon sebagai pusat perdagangan dengan cepat digantikan oleh Amsterdam. Kegiatan VOC di Indonesia dikoordinasi oleh 194 seorang Gubernur Jenderal. Gubernur Jenderal per- tama VOC adalah Pieter Both. VOC mulai bekerja di Ambon, kemudian memusatkan kegiatannya di Jayakarta Sunda Kelapa. Pada waktu Jan Pieter zoon Coen menjabat Gu- bernur Jenderal, VOC mendirikan benteng untuk melindungi kepentingan dagangnya. Di Jayakarta kedudukan VOC semakin kuat. Dari sinilah keku- asaan VOC mulai melebar ke wilayah Nusantara. Pada tahun 1619, Jayakarta berhasil dikuasai VOC. Jan Pieter zoon Coen kemudian mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia. VOC berhasil membawa keuntungan yang be- sar dari hasil perdagangannya dengan Indonesia. Kerajaan Belanda menjadi semakin terkenal di dunia perdagangan. Sebaliknya, para pedagang Nusantara merasa dirugikan karena kebebasan berdagangnya dihambat. VOC berusaha menda- patkan hak monopoli perdagangan dari penguasa- penguasa Indonesia. Dengan monopoli itu berarti hanya Belandalah satu-satunya bangsa Eropa yang berhak berdagang di Indonesia. Orang asing lain tidak diperbolehkan berdagang di Indonesia. Kebi- jakan VOC itu tentu saja ditentang orang Indo-nesia dan bangsa asing lainnya. Bentuk-bentuk pemaksaan dan monopoli yang dilakukan pedagang Belanda selama zaman VOC antara lain:  Aturan monopoli dagang.  Berbagai jenis pungutan pajak hasil bumi yang tidak mendapat ganti contingenten.  Berbagai jenis kerja rodi.  Wajib menanam kopi di Priangan.  Kewajiban menanam pala dan cengkeh di Ma- luku.  Wajib kerja mendayung perahu patroli kom- peni di perairan Maluku pelayaran hongi. Pe-layaran ini dilakukan untuk memberantas pe-nyelundupan.  Ekstirpasi, yaitu aksi penebangan pohon pala dan cengkeh untuk mengendalikan produksi cengkeh dan pala dan menjaga supaya harga rempah-rempah di Eropa tetap tinggi. b. Pergantian kekuasaan dari VOC ke pemerintahan kolonial Belanda Mulai pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran. Kemunduran itu disebabkan oleh:  Korupsi di tubuh VOC.  Adanya persaingan dagang yang datang dari In- ggris EIC dan Perancis Compagnie des Indes.  Memiliki banyak utang untuk membayar pega- wai dan pembagian keuntungan bagi peme- gang saham dividen.  Perlawanan rakyat Indonesia terhadap VOC memakan banyak biaya.  Kerajaan Belanda diubah menjadi Republik Ba- taaf berpaham demokrasi. Hal ini merupakan sebab khusus kemunduran VOC.  Permintaan rempah-rempah di Eropa semakin berkurang. Kondisi VOC semakin parah. Pada tahun 1795 dibentuk panitia pembubaran VOC. Beberapa ke- putusan yang diambil oleh panitia ini antara lain:  Utang VOC ditanggung oleh pemerintah Belan- da dan semua kekayaan VOC menjadi milik pe-merintah Belanda.  Sejak tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubar- kan. Mulai tanggal 1 Januari 1800, Indonesia menjadi daerah jajahan Pemerintah Hindia Be- landa. Beralihnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke Pemerintah Hindia Belanda tidak membawa perubahan yang lebih baik. c. Masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daen- dels 1808 – 1811 Pada tahun 1795 Belanda menjadi daerah jajah- an Kaisar Napoleon. Akibatnya, pada tahun 1808 – 1811 Indonesia menjadi bagian tanah jajahan dari Perancis-Belanda. Untuk menjalankan roda pemerintahan di Indo- nesia, penguasa Perancis di negeri Belanda Louis Napoleon menunjuk Herman Willem Daendels se-bagai Gubernur Jenderal di Indonesia. Daendels adalah seorang ahli hukum Belanda yang sangat revolusioner. Tugas Herman Willem Daendels di Indonesia antara lain, sebagai berikut.  Mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris sebagai musuh Perancis dalam perang koalisi.  Mengatur pemerintahan di Indonesia dan me- nyelesaikan masalah keuangan.  Mendukung perubahan-perubahan yang ber- sifat liberal. Pada awal pemerintahannya, ia menentang sis-tem kerja paksa dan merombak sistem feodal. Kebi-jakan-keb ijakan Daendels antara lain, sebagai berikut.  Di bidang pemerintahan Meletakkan dasar-dasar sistem pemerin- tahan ala barat. Pemerintah kolonial dipusatkan di Batavia dan ditangani seorang Gubernur Jenderal. Pulau Jawa dibagi atas 9 daerah prefek- tur. Para bupati d ijadikan pegawai pemerin- tah. Membentuk pengadilan keliling untuk orang pribumi di setiap prefektur.