Kerajaan Cirebon Kerajaan Makassar

186 yang mempunyai sikap sama dengan ayahnya yaitu sa-ngat benci terhadap kekerasan Belanda. Oleh ka-rena itu, ia berusaha untuk mengusir Belanda dari Makassar. Sikap tegas, gigih, serta tidak mau ber-kompromi dengan Belanda, membuat Sultan Hassanuddin d ijuluki oleh Belanda sebagai “Ayam Jantan dari Timur” de haan van oosten. Tahun 1660, Aru Palaka memberontak dan ber- khianat kepada Kerajaan Makassar dengan memin- ta bantuan Belanda. Persekutuan Aru Palaka dengan Belanda semakin kuat, sehingga mampu menekan Kerajaan Makassar. Tekanan-tekanan yang terus dilancarkan oleh pihak pemberontak atas hasutan Belanda, akhirnya memaksa Sultan Hassanuddin menandatangani suatu perjanjian, yang disebut Perjanjian Bongaya 1667. Isi Perjanjian Bongaya tersebut, yaitu:  VOC memperoleh hak monopoli dagang di Ma-kassar;  Belanda mendirikan benteng di Makassar;  Makassar harus melepaskan daerah jajahan- nya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Ma- kassar;  Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone;  Semua kapal Makassar harus mendapat izin dari Belanda untuk dapat bebas berlayar;  Makassar harus membayar 250.000 ringgit ser-ta menyerahkan 1.000 budak kepada VOC. Setelah diadakan Perjanjian Bongaya, Sultan Hasanuddin mengerahkan seluruh kekuatan untuk mengusir Belanda dari Makassar. Usahanya gagal dan Makassar akhirnya di-kuasai Belanda.

I. Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar terletak di Kalimantan Selatan. Kerajaan ini berkembang pada awal abad ke-16. Kerajaan Banjar didirikan oleh Raden Samudra. Setelah memeluk agama Islam, Raden Samudra bergelar Sultan Suryanullah atau Suryansyah. Dulunya, Kerajaan Banjar adalah kerajaan ber- corak Hindu. Raden Samudra berhasil menjadikan Kerajaan Banjar sebagai kerajaan Islam karena mendapat bantuan dari Kerajaan Demak. Oleh ka-rena itu, antara Demak dan Banjar telah terjalin hubungan yang erat dan baik. Kepala pemerintahan Kerajaan Banjar adalah seorang Sultan yang dibantu oleh Patih atau Mang- kubumi. Patih dibantu oleh menteri yang bergelar Tumenggung atau Kyai. Kerajaan Banjar memperoleh penghasilan ter- utama dari cukai perdagangan karena letaknya yang strategis untuk jalur perdagangan. Dari bi-dang inilah perekonomian kerajaan dapat berputar dan berkembang. Setelah Sultan Adam wafat 1857, Kerajaan Banjar mengalami krisis pemerintahan. Hal itu an- tara lain disebabkan munculnya perebutan kekua- saan antarpangeran. Rakyat mendukung Pangeran Hidayatullah un-tuk menduduki tahta kerajaan karena dialah yang sebenarnya punya hak naik tahta. Akan tetapi, Be-landa mendukung Pangeran Tamjidillah untuk naik tahta. Maka terjadilah kekacauan. Akhirnya, Belan-da dapat menguasai Kerajaan Banjar dan mengha-puskan gelar kesultanan.

J. Kerajaan Ternate dan Tidore

Pelayaran dan perdagangan di Maluku men- jadi maju karena pelabuhan Ternate dan Tidore ra-mai disinggahi para pedagang dari dalam dan luar negeri seperti dari Jawa, Malaka, Cina, Arab, Persia, dan Turki. Pada abad ke-15, agama Islam ber-kembang pesat di Maluku. Penyebar agama Is- lam di Maluku adalah pedagang dan ulama adalah Gre-sik dan Tuban. Di antara kerajaan-kerajaan yang ada di Malu- ku, Ternate adalah kerajaan yang paling berkem- bang. Ternate menjadi kerajaan Islam setelah Zaenal Abidin masuk Islam. Pada abad ke-16 1521, Ternate bekerja sama dengan Tidore. Sementara itu, terjadi persaingan antara bangsa Portugis dan Spanyol untuk memperebutkan daerah sumber rempah- rempah tersebut. Menghadapi monopoli perdagangan Eropa di Maluku, antara Ternate dan Tidore timbul persa- ingan. Akhirnya, terbentuklah persekutuan daerah masing-masing. Ternate membentuk persekutuan Uli Lima Persekutuan Lima Bersaudara, meliputi Pulau Ternate, Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Se- dangkan, Tidore membentuk persekutuan Uli Siwa Persekutuan Sembilan Saudara, meliputi Pulau Makyan, Jailolo Halmahera, dan pulau-pulau yang terletak antara daerah tersebut sampai Irian Barat. Ternate bersekutu dengan Portugis. Tidore bersekutu dengan Spanyol. Selain memonopoli perdagangan, Portugis juga terlalu ikut campur urusan dalam negeri dan me- nyebarkan agama Katolik dengan cara yang tidak simpatik. Tindakan-tindakan Portugis yang demi- kian menimbulkan perlawanan. Sultan Hairun 1550-1570 adalah salah satu Sultan Ternate yang menantang Portugis. Ia ditang- kap oleh De Mesquita, Gubernur Portugis di Malu- ku. Pada tahun 1570, Sultan Hairun dibunuh oleh pihak Portugis. Perjuangan rakyat Maluku tidak sia-sia karena akhirnya Portugis mengalihkan kekuasaannya ke Timor bagian timur. Raja-raja yang pernah memer- 187 intah di kerajaan Ternate antara lain Zainal Abidin, Sultan Tabaraji, Sultan Hairun 1550-1570, dan Sultan Baabullah. 5.2.4 Warisan Budaya Bercorak Islam Abad ke-15 dan ke-17 merupakan masa puncak perkembangan pengaruh Islam di Indonesia. Pe- ngaruh itu tidak saja berlangsung dalam bidang religi agama, tetapi juga dalam bidang politik dan sosial-budaya. Perkembangan pengaruh Islam di Indonesia dapat kita ketahui dari berbagai pening- galan sejarah bercorak Islam, seperti masjid, kera- ton, nisan, kaligrafi, dan karya sastra.

A. Masjid

Masjid-masjid kuno di Indonesia bentuknya masih menunjukkan gaya Indonesia asli. Atapnya menggunakan atap tumpang bersusun yang jum- lahnya tiga atau lima susun, seperti terdapat pada Masjid Demak, Masjid Sendang Duwur, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Palembang, dan Masjid Baiturrahman di Aceh. Sebagian masjid- masjid kuno di Jawa dilengkapi gapura seperti yang ada pada keraton atau candi. Bahkan, menara Mas-jid Sunan Kudus yang dibangun pada abad ke-16 bentuknya menyerupai Candi Langgam di Jawa Timur. Dengan demikian, pengaruh Hindu pada tem- pat peribadatan Islam tetap ada. Hal itu bisa terjadi karena beberapa kemungkinan, seperti berikut ini.  Pengaruh itu disengaja, agar para pemeluk Is- lam tingkat pemula tidak terlalu asing dengan tempat ibadat yang baru.  Karena teknik membuat bangunan yang diku- asai hanya warisan dari ajaran Hindu. Masjid yang berada di Indonesia biasanya di- lengkapi dengan bedug dan kentongan. Kedua alat ini adalah warisan budaya nenek moyang dari zaman prasejarah. Pada masa itu, bedug dan ken- tongan digunakan sebagai alat panggil masyara-kat. Misalnya, saat kepala suku menginginkan rak- yatnya berkumpul atau orang tua menginginkan anaknya yang di sawah agar segera pulang. Pada mulanya, masjid di Indonesia tidak di-lengkapi dengan menara. Suara adzan yang diku-mandangkan jangkauannya sangat terbatas. Se-mentara itu, banyak warga yang bekerja jauh dari tempat tinggalnya, misalnya di sawah atau di la-dang. Untuk mengatasi hal itu dipakailah bedug dan kentongan. Biasanya alat ini dibunyikan lebih dahulu, baru kemudian dikumandangkan adzan.

B. Keraton

Keraton artinya tempat tinggal ratu atau raja. Dari tempat tinggalnya itu, seorang ratu atau raja mengendalikan roda pemerintahan kerajaan. Jadi, keraton adalah pusat pemerintahan. Rumah atau bangunan tempat tinggal raja disebut istana. Seni bangunan masjid dan keraton di Indone- sia mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan bentuk arsitektur di negara Islam lain. Hal itu bisa terjadi karena yang membuat bangunan terse- but adalah bangsa Indonesia sendiri. Disamping me-meluk agama Islam, mereka juga masih dise- mangati oleh kebudayaan tradisional. Jadi, seni ba-ngunan berupa masjid dan keraton merupakan perpaduan antara kebudayaan tradisional dan ke- budayaan Islam. Di berbagai daerah di Indonesia banyak istana peninggalan zaman Islam, seperti Istana Maimun Deli, Istana Sultan Riau Lingga, Istana Sultan Ter- nate, Istana Pagaruyung Sumatera Barat, Keraton Cirebon, Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, Istana Mangkunegaran, dan Istana Raja Gowa.

C. Nisan dan kompleks makam

Nisan adalah batu atau kayu yang terdapat pada makam dan berfungsi sebagai tanda kubur. Pada batu nisan peninggalan Islam ada hiasan ukir- ukiran dan kaligrafi. Bentuk nisan ada yang seder- hana dan ada yang diukir dengan pahatan sangat indah. Pada bagian depan nisan dipahatkan tulisan dengan huruf Arab. Tulisan-tulisan pada batu ni-san biasanya menerangkan tahun wafat dan riwa-yat singkat orang yang dimakamkan. Batu-batu nisan peninggalan sejarah Islam di In- donesia antara lain adalah: nisan makam Fatimah binti Maimun di desa Leran Gresik, nisan Malik al-Saleh di Lhokseumawe Aceh, nisan Ratu Nahrasiyah di Sam- udera Pasai, nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, batu nisan di Troloyo Jawa Timur.

D. Seni Kaligrafi

Kaligrafi atau Khot adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan meng- gunakan bahasa Arab. Dalam dunia Islam, kaligrafi terdiri atas petikan ayat-ayat suci Al Qur’an. Ben- tuknya beraneka macam, dari yang sederhana, ber- bentuk tulisan mendatar, sampai bentuk yang rumit seperti sebuah lingkaran, segitiga atau mem-bentuk suatu bangun tertentu seperti masjid. Seni kaligrafi Islam berkembang pesat karena agama Islam melarang melukis makhluk hidup se- hingga para pelukis Islam mencurahkan bakat lu- kisannya pada seni kaligrafi. Beraneka ragam hias kaligrafi dapat kita temukan pada dinding masjid, keramik, keris, batu nisan, dan berbagai hiasan di rumah-rumah.

E. Karya sastra