Sosialisasi sekunder Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

52 dipengaruhi faktor-faktor lainnya. Tidak semua ahli setuju bahwa perilaku manu- sia sudah ditentukan sejak seseorang masih dalam kandungan. Mereka yang tidak setuju berpendapat bahwa perilaku manusia terbentuk karena proses belajar. Meskipun demikian, beberapa sifat dasar diyakini berasal dari warisan orangtua. Karena itu disebut juga sifat bawaan atau sifat genetis. Misal- nya, sifat dan perilaku agresif, sifat altruis suka menolong orang lain, sifat membela diri demi mempertahankan hidup, dan sebagainya. Sifat dasar seperti ini sangat memengaruhi pro- ses sosialisasi. Seseorang dengan sifat dasar suka menolong, murah hati, terbuka, penurut, dan seba- gainya akan lebih mudah mempelajari nilai dan norma masyarakat yang mengajarkan pentingnya kerja sama dan saling menolong. Ini akan berbeda dengan orang yang memiliki sifat dasar tertutup, agresif kasar, mau menang sendiri, dan seterus- nya.

B. Lingkungan pranatal

Lingkungan pranatal yaitu lingkungan dalam rahim ibu, di mana sel telur yang dibuahi berkem- bang sebagai embrio. Dalam periode pranatal ini individu mendapat pengaruh-pengaruh tidak lang-sung dari si ibu. Pengaruh-pengaruh itu dapat digo-longkan menjadi beberapa kategori yaitu: a. Beberapa jenis penyakit seperti diabetes, kan- ker, dan sipilis akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pertumbuhan mental, peng- lihatan, dan pendengaran bayi dalam kandung- an. b. Gangguan endokrin dapat mengakibatkan ke- terbelakangan mental dan emosional. c. Struktur tubuh ibu merupakan kondisi yang memengaruhi pertumbuhan bayi dalam kan- dungan. Misalnya: cacat pada kaki, kidal, dan sebagainya berkaitan dengan posisi bayi di da- lam kandungan. d. Shock pada saat kelahiran merupakan kondisi yang dapat menyebabkan berbagai kelainan. Misalnya, lemah pikiran dan lain-lain.

C. Perbedaan perorangan

Bayi yang tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik berbeda dengan individu- individu yang lain. Perbedaan perorangan meli-puti antara lain perbedaan dalam ciri-ciri fisik bentuk badan, warna kulit, warna mata, rambut, dan lain-lainnya, ciri-ciri mental, emosional, personal, dan sosial. Peranan faktor perbedaan pero-rangan ini menyangkal paham determinisme kultural. Da- lam determinisme kultural diyakini kepribadian manusia sepenuhnya dibentuk oleh kebudayaan masyarakatnya. Kenyataan menunjukkan bahwa walaupun individu itu hidup dalam masyarakat dan dipengaruhi oleh kebudayaannya, namun ia tetap merupakan pribadi yang unik.

D. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud di sini adalah kondisi-kondisi di sekitar individu yang mempe- ngaruhi proses sosialisasinya. Lingkungan dapat dikategorikan menjadi tiga, sebagai berikut. a. Lingkungan alam, yaitu keadaan tanah, iklim, fl ora, dan fauna di sekitar individu. b. Kebudayaan, yaitu cara hidup masyarakat tempat individu itu berada. Kebudayaan mem- punyai aspek material rumah, perlengkapan hidup, hasil teknologi lainnya dan aspek non material nilai-nilai, pandangan hidup, adat- istiadat dan lain-lain. c. Manusia lain dan masyarakat di sekitar indi- vidu. Pengaruh manusia lain dan masyarakat Gambar 2.3.5 Lingkungan ikut memengaruhi keberhasilan proses sosial- isasi. Perilaku tekun dan senang membaca yang ditanam-kan orangtua kepada anaknya sejak dini akan terus dipertah- ankan ketika seorang anak menjadi dewasa. Sumber: Intisari, Mei 2005, hlm. 54. dapat memberikan simulasi atau membatasi proses sosialisasi. Peranan kondisi-kondisi lingkungan itu tidak menentukan melainkan sekadar membatasi dan memengaruhi proses sosialisasi manusia.

E. Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan individu untuk berbuat sesuatu. Motivasi ini dapat dibeda- kan menjadi dorongan dan kebutuhan. Dorongan adalah ketidakseimbangan dalam di-ri individu karena pengaruh yang datang dari da- 53 lam dan dari luar dirinya yang memengaruhi dan mengarahkan perbuatan individu dalam rangka mencapai keseimbangan kembali. Pada setiap ma- nusia terdapat dorongan makan, minum, menghin- dari bahaya, dan sebagainya. Kebutuhan adalah dorongan yang telah diten- tukan secara personal, sosial, dan kebudayaan. Ke-butuhan-kebutuhan manusia yang penting, me-nurut Louis Raths, dibedakan menjadi: a. kebutuhan untuk bersama orang lain; b. kebutuhan untuk berprestasi; c. kebutuhan akan afeksi; d. kebutuhan bebas dari rasa takut; e. kebutuhan bebas dari rasa bersalah; f. kebutuhan untuk turut serta dalam mengambil keputusan mengenai persoalan yang menyang- kut dirinya; g. kebutuhan akan kepastian ekonomi; h. kebutuhan akan terintegrasinya sikap, keyakin- an, dan nilai-nilai. 2.3.4 Agen Sosialisasi Siapa yang melaksanakan proses sosialisasi? Dalam sosialisasi kita mengenal adanya agen-agen sosialisasi, yaitu pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Agen-agen sosialiasi tersebut antara la-in keluarga, sekolah, teman sepermainan atau te-man sebaya, dan media massa.

A. Keluarga sebagai agen sosialisasi

Anak-anak menghabiskan masa-masa awal ke- hidupannya bersama keluarga. Di dalam keluarga pulalah mereka memperoleh refleksi nilai dan pola perilaku masyarakatnya. Anak-anak mempelajari norma-norma masyarakat melalui keluarga sebab mereka menghabiskan lebih banyak waktunya de-ngan kelompok inti daripada dengan anggota ma-syarakat lainnya. Keluarga mendorong anak-anak agar mereka berbuat sesuai dengan kehendak masyarakat de- ngan jalan memberikan pujian terhadap perilaku yang baik dan selaras dengan harapan masyara-kat serta menghukum mereka bila bertingkah me- nyimpang. Peranan sosialisasi dalam keluarga san- gat penting dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keya- kinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masya-rakat dalam rangka perkembangan kepribadian-nya.

B. Peranan teman sepermainan da- lam sosialisasi

Teman sepermainan atau sebaya terdiri dari sejumlah kecil orang yang memiliki umur sama dan acap kali berinteraksi atau mengambil bagian da- lam kegiatan yang bersifat rekreatif. Teman seper- mainan biasa dianggap sebagai lembaga sosialisasi yang paling berpengaruh setelah keluarga. Para anggota kelompok seperti ini mempunyai rasa sa- ling memiliki satu sama lain dan senang melakukan kegiatan secara bersama-sama. Kelompok teman sepermainan penting artinya bagi para remaja ka- rena dalam kelompok inilah mereka dapat memela- jari bagaimana berinteraksi dengan orang lain tanpa pengawasan langsung dari orang tua, guru, atau orang-orang yang terhormat lainnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa individu dari segala umur menganggap kelompok sebaya atau sepermainan ini sebagai pendukung dan wa- hana persahabatan. Sebagian besar waktu yang mereka miliki digunakan bersama dengan kelom- pok, sehingga tidak aneh apabila mereka memiliki Gambar 2.3.6 Anak-anak mempelajari norma-norma masyarakat melalui keluarga sebab mereka menghabiskan lebih banyak waktunya dengan keluarga daripada dengan anggota masyarakat lain- nya. Sumber: human health, Sept 2004. Gambar 2.3.7 Teman sepermainan atau sebaya dianggap sebagai lembaga sosialisasi yang paling berpengaruh setelah keluarga. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006.