Sosialisasi primer Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

51 aliasi tersebut seorang anak menjadi anggota ma- syarakat. Sosialisasi primer terjadi ketika anak berusia 0 sampai 4 tahun. Melalui sosialisasi itu si anak dapat mengenal lingkungan sosialnya seperti mengenal bapak, ibu, kakak, adik, paman, bibi, tetangga, dan teman sebaya. Selain mengenal orang lain di sekitarnya, ia juga belajar mengenal dirinya sendi- ri. Dalam usia tersebut anak-anak diberitahu atau diperkenalkan nama yang dipakai untuk menun- jukkan dirinya sendiri. Dengan demikian, anak mulai mampu membedakan dirinya sendiri dari orang lain. Seandainya namanya dipanggil ia tahu bahwa panggilan itu ditujukan padanya. itu, di sekolah seseorang juga belajar tentang tata hidup bermasyarakat dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsanya seperti ketika kamu belajar tentang Pancasila dan UUD 1945. Selain sekolah, sosialisasi sekunder juga berlangsung di tempat kerja. Dalam melakukan pekerjaan seseorang dituntut belajar banyak, di antaranya harus menyesuaikan diri de-ngan norma-norma yang berlaku pada tempat be-kerja tersebut. 2.3.3 Faktor-faktor yang Me- mengaruhi Sosialisasi Sosialisasi memang dilakukan sejak dini. Prin- sipnya, semakin cepat seseorang mempelajari nilai dan norma masyarakat, semakin cepat pula dia berkesempatan hidup dan mempraktikkan nilai dan norma itu. Meskipun demikian, sering terjadi bahwa proses sosialisasi berjalan tidak semulus yang dibayangkan. Tidak bisa disangkal. proses sosialisasi dapat mengalami kegagalan. Proses so- sialisasi pun dapat berkembang lebih cepat dari yang dibayangkan. Dengan kata lain, ada faktor tertentu yang harus dipertimbangkan dalam pro- ses sosialisasi. Faktor-faktor tersebut menentukan keberhasilan atau kegagalan proses sosialisasi, ce- pat atau lambatnya proses sosialisasi, dan sebagai- nya. Menurut F.G. Robins terdapat 5 lima faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan pranatal, perbedaan perorangan, lingkungan, dan motivasi.

A. Sifat dasar

Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ibu dan ayahnya. Sifat dasar ini terbentuk pada saat bertemunya sel jantan dan sel betina ketika terjadi pembuahan. Ak- tualisasi sifat dasar dalam kerpibadian seseo-rang Gambar 2.3.3 Sosialisasi Primer berlangsung ketika seorang anak lahir ke dunia sampai dia berusia sekitar 4 tahun. Selama periode ini dia belajar berperilaku sesuai yang diharapkan orangtuanya. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006.

B. Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder berlangsung setelah so- sialisasi primer. Sosialisasi primer menjadi dasar untuk sosialisasi sekunder. Sosialisasi sekunder memperkenalkan individu yang telah disosialisasi dalam masyarakat tertentu ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya, misalnya dunia pendidikan dan dunia kerja. Kalau dalam sosialisasi primer yang berperan adalah orang tua beserta sanak saudaranya, pada sosialisasi sekunder yang berperan adalah orang lain, seperti guru-guru di sekolah, guru agama, teman-teman satu sekolah, teman kerja, atasan, komandan, dan sebagainya. Contoh sosialisasi sekunder adalah lingkung-an sekolah. Di sekolah seseorang belajar dan diajari bermacam-macam ilmu pengetahuan dan kemam- puan berhitung, menulis, dan berpikir logis. Selain Gambar 2.3.4 Sekolah merupakan salah satu tempat seorang anak menga- lami sosialisasi sekunder. Guru-guru dan teman-teman di sekolah berperan besar dalam proses sosialisasi. Sumber: Kompas, 13 Maret 2006. 52 dipengaruhi faktor-faktor lainnya. Tidak semua ahli setuju bahwa perilaku manu- sia sudah ditentukan sejak seseorang masih dalam kandungan. Mereka yang tidak setuju berpendapat bahwa perilaku manusia terbentuk karena proses belajar. Meskipun demikian, beberapa sifat dasar diyakini berasal dari warisan orangtua. Karena itu disebut juga sifat bawaan atau sifat genetis. Misal- nya, sifat dan perilaku agresif, sifat altruis suka menolong orang lain, sifat membela diri demi mempertahankan hidup, dan sebagainya. Sifat dasar seperti ini sangat memengaruhi pro- ses sosialisasi. Seseorang dengan sifat dasar suka