Zaman batu Pembabakan zaman secara arkeologis

19 sarana pemujaan terhadap arwah nenek mo-yang. Jenis-jenis bangunan bangunan me- galithikum antara lain menhir, dolmen, punden berundak-undak, kubur peti batu, sarkofagus, dan patung. Bangunan-bangunan megalithi- kum dapat diuraikan secara singkat berikut ini. 5 Menhir Menhir adalah tonggak batu tegak yang bi- asanya belum dibentuk. Ada menhir yang tunggal dan ada yang jamak berderet, per- segi, dan melingkar. Menhir yang jamak disebut alignments. Menhir yang meling- kar disebut cromtech. Selain itu ada juga yang disebut patung menhir, yaitu sejenis men-hir yang sudah dibentuk menyerupai ma-nusia, walaupun pengerjaannya masih sangat kasar. Bangunan menhir banyak di- temukan di Indonesia, seperti di Pasemah Sumatera Selatan, dan di Bada Sulawesi Tengah. 5 Dolmen Bangunan ini berupa beberapa buah batu tegak yang ditutup dengan batu monolith. Dolmen memiliki fungsi, antara lain: seba- gai kuburan, tempat sesaji dan pelinggih roh, tempat duduk para kepala suku atau raja yang masih hidup, pusat kekeramatan. Di Bondowoso Jawa Timur dolmen ini di- sebut “makam Cina” atau Pandhusa. 5 Punden berundak-undak: adalah satu atau lebih kuburan yang diletakkan di atas se-buah bangunan berundak. Punden ber- un-dak dapat ditemukan di dekat gunung Ar-gapura, Jawa Timur. Sebagai kuburan, pun-den berundak-undak ada yang kecil dan ada yang besar. Umumnya jumlah undak-an berangka ganjil. Di sini terkand- ung kon-sepsi atau anggapan bahwa arwah nenek moyang bersemayam di tempat yang tinggi. 5 Kubur peti batu Kubur peti batu merupakan bangunan yang terdiri dari beberapa lempengan batu yang dibentuk seperti kotak dan di da-lamnya diletakkan mayat. Atasnya ditutup dengan lempengan batu monolith. Di Bojo-negoro, kubur peti batu semacam ini di-sebut dengan istilah “Kubur Kalang”. Kuburan semacam ini juga ditemukan di Kuningan Jawa Barat. 5 Sarkofagus Merupakan bangunan megalithikum yang berbentuk kubur batu. Sarkofagus dibuat dengan sebuah batu monolith yang ditutup dengan batu monolith juga perhatikan perbedaannya dengan kubur peti batu. Biasanya dinding muka sarkofagus dihias dengan ukiran binatang. 5 Patung Patung pada zaman ini masih sangat se- derhana. Pada umumnya melukiskan he- wanbinatang yang kuat dan manusia yang dianggap sejati.  Zaman batu muda neolithikum. Ciri-ciri zaman ini adalah sebagai berikut. 5 Manusia sudah hidup menetap sedenter. 5 Mereka sudah dapat menghasilkan makan- an sendiri food producing, tidak hanya meng-ambil dari alam. 5 Pola hidup bermasyarakat secara sederha- na di kampung-kampung dan gua-gua su-dah mulai dikenal. Kubur peti batu Sarkofagus Menhir. Gambar 1.2.4 Berbagai bentuk bangunan dari zaman megalithikum Punden berundak-undak Sumber: R. Soekmono, 1992. 20 5 Sudah mengenal bercocok tanam padi, pa- law ija, dan sayur dan menjinakkan hewan babi, ayam. 5 Alat-alat yang terbuat dari batu sudah mu- lai diasah dan dihaluskan. Jenis alat yang terpenting antara lain kapak persegi dan kapak lonjong. 5 Sudah ada usaha membuat barang gera-bah wadah. 5 Mulai mengenal perhiasan kalung, manik- manik, gelang batu. 5 Mulai mengenal tenun dan anyaman pakai- an dari kulit. 5 Yang paling penting adalah sudah dikenal- ce-takan lilin. Alat-alat yang dihasilkan pada za-man ini antara lain: kapak corong kapak yang menyerupai corong, nekara, moko, be- jana pe-runggu, manik-manik, cendrasa kapak sepatu.  Zaman besi Zaman besi adalah zaman akhir dari masa pra- sejarah. Alat-alat yang digunakan pada masa ini lebih sempurna daripada zaman sebelum- nya. Dengan masuknya zaman besi ini, maka kebudayaan perunggu telah digantikan dengan zaman besi. Bangsa Indonesia menerima pengaruh zaman logam dari daratan Asia. Zaman logam di Indonesia sukar dibagi dalam zaman perunggu dan za-man besi, kecuali jika pembagian itu semata-mata di- dasarkan atas alat-alatnya saja. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa zaman logam di Indonesia ialah zaman perunggu.

c. Pembabakan menurut kehidupan sosial-ekonomi

Periodisasi ini pertama kali dilakukan oleh R.P. Soejono dan digolongkan menjadi tiga, yakni masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa ber- cocok tanam, dan masa kemahiran teknik perun- dagian. Ketiga masa ini dapat diuraikan secara singkat berikut ini.

1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan

Masa ini dibagi dua tingkat, yaitu: 1 Tingkat sederhana: Masa ini dapat disejajarkan dengan zaman paleolithikum. Hasil utama adalah kapak perimbas chopper dan alat-alat serpih flakes. 2 Tingkat lanjut: Zaman ini sejajar dengan zaman mesolithikum. Manusia pendukungnya sudah hi- dup di gua-gua. Hasil utamanya adalah alat-alat dari tulang, serpih bilah, dan kapak genggam.

2. Masa bercocok tanam

Masa ini dapat disejajarkan dengan zaman Ne- olithikum. Hasil utamanya antara lain beliung per- segi dan serpih bilah. Ciri yang penting dari masa Gambar 1.2.5 Kapak persegi yang belum dihaluskan. Sumber: Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1 nya kultus nenek moyang dengan adanya benda-benda megalitik yang digunakan se-bagai tempat pemujaan. 2 Zaman logam Pada zaman ini sudah berhasil dibuat peralat- an hidup dari logam, karena saat itu telah muncul golongan undagi atau golongan yang terampil da- lam melakukan jenis usaha tertentu. Pada zaman ini manusia telah mengenal cara melebur, men-cetak, menempa, dan menuang. Ada dua teknik pe- nuangan benda-benda dari logam, yaitu: 1 teknik cetakan setangkup atau dua sisi bivalve; dan 2 teknik cetakan lilin a cire perdue. Zaman logam dibagi menjadi tiga zaman, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.  Zaman tembaga Di Indonesia tidak ditemukan adanya pening- galan-peninggalan dari zaman tembaga.  Zaman perunggu Pada zaman ini telah dikenal logam campuran antara tembaga dan timah hitam yang meng- hasilkan perunggu. Teknik penuangannya de- ngan menggunakan cara a cire perdue teknik Gambar 1.2.6 Nekara perunggu. Sumber: R. Soekmono, 1992. 21 bercocok tanam adalah sudah dikenalnya kultus nenek moyang.

3. Masa kemahiran teknikperundagian

Masa ini dapat disejajarkan dengan zaman pe- runggu. Cirinya, kehidupan sosial mulai kompleks dan ada peningkatan kultus nenek moyang. Misal- nya sudah dikenal sistem penguburan. Apa yang bisa kamu simpulkan mengenai pem-babakan zaman di atas? Apakah di daerah tempat tinggalmu kamu masih menemukan kel- ompok masyarakat yang mempertahankan alat- alat dari batu? Coba cek, mengapa mereka masih memperta-hankan jenis alat tersebut Perhatikan bahwa pem-babakan sejarah tersebut menunjukkan betapa lu-hur dan agung warisan budaya bangsa Indonesia. Sejak ribuan tahun lalu nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengembangkan alat-alat yang canggih demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. 1.2.2 Manusia purba Indo- nesia Manusia yang pernah hidup di dunia ternyata meninggalkan jejak. Jejak-jejak manusia purba te- lah ditemukan di berbagai negara oleh para ahli purbakala arkeolog. Untuk mengetahui perkem- bangan kehidupan manusia purba pada zaman prasejarah atau pada masa lampau, para ahli me-ngadakan penelitian dengan melakukan peng- galian-penggalian. Dalam penelitian itu, mereka dibantu ilmu purbakala arkeologi. Dari berbagai hasil penggalian, para ahli purbakala menemukan fosil dan artefak. Fosil, entah dari tumbuhan, hewan, atau manu- sia dapat ditemukan di setiap lapisan tanah yang terbentuk dalam zaman tertentu. Fosil yang dite- mukan pada lapisan tanah tersebut dapat menjadi ciri suatu lapisan kulit bumi. Fosil yang mengin- formasikan atau memberi petunjuk kepada kita me-ngenai kehidupan manusia purba pada lapisan tertentu disebut fosil pandu. Berdasarkan fosil tersebut, para arkeolog dapat mengetahui keberadaan dan tingkat peradaban manusia purba. Misalnya, ukuran tubuh, isi otak, tingkat kecerdasan, dan cara berjalan.

A. Jenis-jenis manusia purba di In- donesia

Setelah abad 18, banyak arkeolog dari luar ne- geri yang mengadakan penelitian tentang manusia purba di Indonesia. Hasil temuan para ahli tersebut berupa fosil-fosil, antara lain sebagai berikut.

1. Meganthropus Palaeo Javanicus

Fosil ini merupakan jenis manusia purba yang paling primitif di Indonesia. Di temukan oleh G.H.R. Von Koenigswald pada tahun 1914 di desa Sangiran di lembah Bengawan Solo. Dari fosil yang ditemukan berupa rahang ba- wah dan atas yang kuat, tulang pipi yang tebal dan geraham yang besar diperkirakan jenis ma-nusia purba tersebut memiliki tubuh yang besar dan kuat. Diduga manusia ini hidup pada zaman paleolitikum 2 - 1 juta tahun yang lalu. Makanan-nya terutama dari tumbuh-tumbuhan yang tidak diolah. Ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus adalah sebagai berikut. a. Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di bela- kang kepala. b. Bertulang pipi tebal, dengan tonjolan kening yang mencolok. Gambar 1.2.7 Tengkorak Meganthropus Paleojavanicus. c. Tidak memiliki dagu. d. Memiliki otot kunyah, gigi, serta rahang yang besar dan kuat. e. Makanannya adalah tumbuh-tumbuhan.

2. Pithecanthropus

Pithecanthropus merupakan fosil manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Jenis-jenis pithecanthropus antara lain:  Pithecanthropus mojokertensis Pithecanthropus mojokertensis merupakan jenis pi- thecanthropus yang tertua dan diduga berbadan tegap, bentuk wajah menonjol ke muka, dan otot tengkuknya kokoh. Mereka diperkirakan hidup 2,5—1,5 juta tahun yang lalu dan mema- kan tumbuhan yang belum dimasak. Fosil ini ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada tahun 1936 di dekat Mojokerto.  Pithecanthropus Erectus. Ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1900 di desa Trinil.  Pithecanthropus Robustus. Ditemukan pada tahun 1936 di Sangiran, Bengawan Solo oleh G.H.R. Von Koenigswald. Fragmen yang ditemukan berasal dari pithecantropus yang sudah dewa-sa