Ng. Purbatjaraka, Dapunta Syailendra disamakan

161 Canggal berangka tahun 732 Masehi. Prasasti ini ditulis dengan huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sansekerta. Prasasti ini dibuat atas perin- tah Raja Sanjaya. Prasasti ini merupakan bagian dari bangunan lingga yoni yang merupakan tempat pemujaan umat Hindu. Keterangan yang diperoleh dari prasasti canggal antara lain sebagai berikut.  Di Jawa Tengah sudah ada kerajaan yang berna- ma Mataram dan raja-rajanya menganut aga-ma Hindu.  Raja Sanjaya mendirikan sebuah Lingga di Desa Kunjarakunya.

2. Prasasti Kalasan

Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Prasasti Kalasan menginformasikan terdesaknya Dinasti Sanjaya ke utara oleh kedatangan Dinasti Syailendra.

3. Prasasti Karang Tengah

Prasasti ini berangka tahun 824 Masehi. Pra- sasti mengisahkan tentang Samarottungga dan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra.

4. Prasasti Argapura

Prasasti ini berangka tahun 863 Masehi. Pra- sasti menginformasikan pemerintahan Kayuwangi Dyah Lokapala dari Dinasti Sanjaya.

5. Prasasti MantyasihKedu

Prasasti Kedu dikeluarkan oleh Raja Balitung. Dari prasasti itu dapat diketahui da tar raja-raja Ma-taram, yaitu: Sang Ratu Sanjaya Raka i Mataram, Sri Maharaja Raka i Panangkaran, Sri Maharaja Raka i Pa-nunggalan, Sri Maharaja Raka i Warak, Sri Maharaja Raka i Garung, Sri Maharaja Raka i Pikatan, Sri Maharaja Raka i Kayuwangi, Sri Maharaja Raka i Watuhumalang , dan Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung. c. Pemerintahan Raja Sanjaya Sebelum Sanjaya menjadi raja, Kerajaan Ma- taram dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sanna. Kerajaannya kaya akan padi dan emas. Oleh karena itu, Pulau Jawa disebut Jawadwipa. Pada saat Sanna berkuasa, kerajaan belum ber- nama Mataram. Hanya disebutkan bahwa Sanna adalah raja yang b ijak, berasal dari keturunan bang- sawan, penuh kasih, suasana pemerintahan-nya diliputi oleh suasana damai dan tenteram. Me- nurut cerita Parahyangan, Sanna adalah anak dari Rahyangta Mandiminah yang dapat dikalahkan oleh Purbasora dari Galuh hingga menyingkir ke Bukit Merapi. Sanna dan Purbasora sesungguhnya ada-lah saudara satu ibu. Sanjaya adalah anak Sannaha saudara perem- puan Sanna. Sanjaya dinobatkan menjadi raja pada tahun 717 Masehi. Dia juga merupakan Raja Mat- aram I dan pendiri Wangsa Sanjaya dari Kera-jaan Mataram Kuno. Pada masa pemerintahan Sanjaya, Mataram mengalami masa kemakmuran dan ketenteraman. Ia juga berusaha menaklukkan raja-raja yang me- lepaskan diri semasa Raja Sanna. Untuk itulah Sanjaya melakukan ekspedisi ke berbagai daerah. Dalam cerita Parahyangan dikatakan ekspedisi itu sampai di Cina. d. Pemerintahan Raka i Panangkaran Berdasarkan peninggalan-peninggalan yang ada, pada mulanya Dinasti Sanjaya memerintah di Jawa Tengah bagian Selatan. Namun, pada masa pemerintahan Raka i Panangkaran, muncul Wangsa Syailendra yang memeluk agama Budha. Wangsa ini menggeser kedudukan Wangsa Sanjaya. Wang-sa Sanjaya kemudian memindahkan pusat kekua-saannya di Jawa bagian utara. Masuknya Wangsa Syailendra ke Jawa berarti dimulai pula penyebaran agama Budha di Jawa. Bahkan, Raja Panangkaran sendiri meninggalkan agama Siwa dan beralih pada agama Budha Ma- hayana. Raja Panangkaran mendirikan Candi Pla- osan Lor. Demi menghormati leluhurnya, sang raja membangun Candi Borobudur. Setelah Raja Panangkaran menganut agama Budha, banyak pendeta Budha Mahayana minta izin Gambar 5.1.3 Peta Kerajaan Mataram. Perhatikan betapa luasnya wilayah kekuasaan Mataram. Sumber: Indonesian Heritage 1: 2002. 162 untuk mendirikan sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara. Sebagaimana tertulis dalam Prasasti Kalasan, Raja Panangkaran kemudian menghadi-ahkan Desa Kalasan kepada para pendeta Budha. Untuk mem- perdalam ilmu kebudayaan, Raja Pa-nangkaran juga memanggil guru dari India Utara Sri Lanka. Raja-raja dari Wangsa Syailendra yang pernah berkuasa di Jawa Tengah, antara lain Raja Bhanu, Wishnu Sri Darmatungga, Indra Daranindra, Sama-ratungga dan Balaputra. Seperti Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra pun banyak mendirikan candi. Misalnya, pendirian Candi Sewu oleh Raja Indra yang dicatat dalam Prasasti Kelurak Pram- banan dengan angka tahun 782, dengan huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta. Pengganti Raja Indra adalah Samaratungga. Ia mendirikan Candi Ngawen di sebelah barat Mun- tilan. Raja Samaratungga juga menyelesaikan pem- bangunan Candi Borobudur sekitar tahun 824 M, yang dulu juga pernah direncanakan oleh Raka i Panangkaran. Wangsa Syailendra mencapai puncak kejayaan pada masa Samaratungga. e. Pemerintahan Wangsa Sanjaya dan Syailendra Pada masa pemerintahan Raka i Pikatan dari Wangsa Sanjaya dan Pramodhawardhani dari Wangsa Syailendra terjadi penyatuan pemerin- tahan dan kekuasaan. Penyatuan terjadi melalui perkawinan antara keduanya. Pramodawardhani adalah anak Samaratungga dan saudara lain ibu dari Balaputradewa. Meskipun mereka bersatu dalam bentuk per- kawinan, keduanya tetap bertahan pada agamanya masing-masing. Hal ini terbukti dengan adanya candi yang dibangun oleh keduanya. Pikatan mem-bangun Candi Loro Jonggrang di Prambanan pada tahun 856. Sedangkan, Pramodawardhani menye-lesaikan pembangunan Candi Borobudur yang mulai dirintis pembangunannya sejak Raka i Pa-nangkaran dan Samaratungga. Setelah Samaratungga wafat, Balaputra me- nyerang Pikatan. Benteng pertahanan terakhirnya adalah Bukit Ratu Baka. Karena semakin terdesak, akhirnya Balaputra melarikan diri ke Sriw ijaya da- erah asal ibunya. f. Pemerintahan Kayuwangi dan pengganti-peng- gantinya Sejak masa pemerintahan Raja Pikatan, Kera- jaan Mataram mulai menunjukkan kemunduran, karena pengeluaran biaya yang besar untuk mem- bangunan candi dan adanya pemberontakan dari Pu Kumbhayoni. Pemberontakan ini dapat diatasi oleh Raka i Kayuwangi pengganti Pikatan. Namun beban yang harus dipikul Raka i Kayuwangi san- gat berat. Di samping mengatasi pemberontakan, ia ju-ga harus mengeluarkan banyak biaya untuk pera-watan candi yang sudah didirikan. Menurut Prasasti Kedu, pengganti Kayuwangi adalah Raka i Watuhumalang. Tetapi menurut Pra-sasti Munggu Antan, Raka i Kayuwangi digan- tikan oleh Raka i Gurunwangi dan Raka i Limur Dyah De-wandra. Bagaimana hubungan antara Watuhuma-lang dengan Gurunwangi? g. Pemerintahan Balitung Pada sebuah prasasti yang berangka tahun 896 disebutkan bahwa Raka i Watuhumalang bergelar Aji yang berarti raja bawahan. Dengan demikian, kalau Balitung sebagai keturunan Raka i Watuhu- malang menjadi Raja Mataram, sebenarnya tidak sah. Untuk memperkuat kedudukannya, maka Ba-litung membuat silsilah Wangsa Sanjaya dan me- nempatkan dirinya sebagai keturunan Sanjaya. Pada saat berkuasa, Raka i Balitung bergelar Sri Iswara Kesawotsawatungga yang lebih dikenal sebagai Raka i Watukara Dyah Balitung Sri Dhar- modaya Masambhu. Pada masa pemerintahan Balitung, Mataram mencapai puncak kejayaan. Wi-layah kekuasaannya membentang dari Bagelan di Jawa Tengah sampai Malang di Jawa Timur. h. Penguasa Mataram setelah Balitung Pengganti Balitung adalah Daksa, yang me- merintah mulai tahun 910-919 Masehi. Pengganti Daksa adalah Tulodong. Yang terakhir memerintah Mataram adalah Wawa. Ia dinobatkan menjadi raja tahun 924 M. Pada saat inilah di Jawa Tengah terjadi bencana meletusnya Gunung Merapi yang mempo- rak-porandakan daerah Jawa Tengah. Dalam situasi yang kurang menguntungkan akibat bencana alam tersebut, Mpu Sindhok sebagai Mahamantri i Hino dari pemerintahan Wawa memin- dahkan pemerintahan Mataram dari Jawa Tengah ke daerah Jawa Timur dan mendirikan wangsa ba-ru yaitu Wangsa Isyana.

F. Kerajaan Mataram di Jawa Timur

Setelah mengalami kehancuran, ibu kota Mata- ram dipindahkan oleh Mpu Sindhok dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada tahun 929. Ibu kota Mataram dipindah ke Watu Galuh dekat Kota Jom- bang di tepi Sungai Brantas. Karena keberhasilan memindahkan kerajaan tersebut, Mpu Sindhok menyebut dirinya sebagai pendiri wangsa baru. Wangsa itu adalah Wangsa Isyana. Wangsa Isyana menggantikan Wangsa Syailendra di Jawa Tengah. Meskipun mendirikan wangsa baru, Mpu Sindok tetap menggunakan nama Mataram. a. Pemerintahan Mpu Sindhok 929-947 163 Mpu Sindhok adalah raja pertama dari Wangsa Isyana. Setelah menjadi raja, Mpu Sindhok bergelar Sri Isyana Wikramadharmatunggadewa 929-947. Mpu Sindhok memerintah bersama-sama dengan permaisurinya yang bernama Sri Wardhani Pu Kbi. Mpu Sindhok beragama Hindu Siwa, tetapi se- lama pemerintahannya tersusun kitab suci agama Budha Mahayana berjudul Sang Hyang Kamahayani- kan . Ini membuktikan bahwa baginda mempunyai toleransi besar terhadap sesama umat beragama. Baginda juga banyak membantu dan mendorong pembangunan tempat-tempat suci dengan membe- baskan pajak tanah. Mpu Sindhok digantikan oleh Isyanatunggawi- jaya putrinya yang menikah dengan Sri Lokapala. Dari perkawinan ini lahir anak laki-laki bernama Sri Makutawangsawardhana. Baginda mempu- nyai seorang putri cantik bernama Mahendrada ta Gunapridharmapatni yang menikah dengan Uda- yana yang menjadi raja di Bali. Dari pasangan ini lahirlah Airlangga. Sri Makutawangsawardhana juga mempunyai putra, bernama Dharmawangsa yang kemudian mewarisi tahta kerajaan. b. Pemerintahan Dharmawangsa Dharmawangsa bergelar Dharmawangsa Teguh Anantawikramadharmatunggadewa 991-1017. Dharmawangsa adalah raja besar yang selalu beru- saha untuk meningkatkan kemakmuran negerinya. Pada masa pemerintahannya, kitab Mahabharata berhasil disadur ke dalam bahasa Jawa Kuno. Kemajuan Kerajaan Mataram waktu itu tergan- tung kepada pelayaran dan perdagangan. Yang menjadi saingan berat Kerajaan Mataram waktu itu adalah Kerajaan Sriw ijaya yang menguasai ja-lur laut India-Indonesia-Cina. Letak Sriw ijaya memang sangat strategis yakni dekat dengan per-airan Selat Malaka. Perdagangan Mataram waktu itu tergan- tung kepada sikap Kerajaan Sriw ijaya. Dharmawangsa mempunyai keinginan mela- kukan ekspansi wilayah ke luar Jawa. Pada tahun 990, Dharmawangsa menyerang Sriw ijaya dengan mengirimkan tentara ke Sumatra dan Semenanjung Malaka. Penyerangan ini tidak berhasil. Pada tahun 1017, Raja Wurawari menyerang Dharmawangsa. Raja Wurawari adalah bawahan Kerajaan Mataram. Diduga Raja Wurawuri menye- rang Dharmawangsa atas dorongan Kerajaan Sriw ijaya. Waktu itu, Dharmawangsa sedang me- laksanakan perkawinan antara puterinya dengan Airlangga. Akibat penyerangan tersebut, seluruh keluarga Dharmawangsa terbunuh. Peristiwa ini disebut Pralaya. Hanya Airlangga yang berhasil me-loloskan diri dari Pralaya ini. Menurut Prasasti Pucangan disebutkan bahwa Airlangga dapat meloloskan diri dari serangan Ra-ja Wurawari, kemudian masuk ke dalam hutan ber- sama hambanya yang bernama Naro tama. Waktu itu Airlangga menyingkir ke hutan Wonogiri. Di tempat pelarian itu, Airlangga bertemu de- ngan para pertapa dan penyembah dewa. Selama dia hidup di antara para brahmana, ia mendapat pelajaran tentang agama, filsafat, dan seluk-beluk pemerintahan. c. Pemerintahan Airlangga Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan men- jadi raja dengan gelar Sri Lakeswara Dharmawang- sa Airlangga Anantawikrama Dharmatunggadewa. Mula-mula wilayah kekuasaan Airlangga hanya merupakan daerah yang kecil, karena wilayah yang besar pada masa Dharmawangsa terpecah-pecah setelah peristiwa Pralaya. Masa pemerin-tahan Airlangga sebagian besar digunakan untuk menun- dukkan kembali raja bawahannya. Pada tahun 1029, Airlangga menyerang Wurat- an dan berhasil mengalahkan rajanya yang berna- ma Bhismaprabawa. Tahun 1030 Airlangga berhasil mengalahkan Raja W ijaya dari Kerajaan Wengker yang merupakan musuh terkuat. Airlangga berhasil mengalahkan Raja Wurawa- ri pada tahun 1032. Pada tahun 1035, Raja Wengker memberontak kembali, tetapi berhasil dikalahkan. Pada tahun 1037, Airlangga berhasil mempersatu- Gambar 5.1.4 Patung Airlangga sebagai Wisnu sedang menunggangi kendaraan Garuda. Sumber: Moh. Y amin, Lukisan Sedjarah.