Pengaruh Hindu–Budha Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 1 Kelas 7 Atang Husein C Suprijadi CH Supatmiyarsih M 2008

156 dari negeri Cina yang terkenal halus. Jalan Sutera ini dimulai dari negeri Cina, terus melalui Asia Te- ngah dan Turkestan sampai ke Laut Mediterania. Mula-mula Jalan Sutera ini sangat ramai, tetapi lama-kelamaan jalan darat ini semakin tidak aman, karena sering terjadi perampokan. Akhirnya para pedagang lebih menyukai jalur perdagangan laut yang terdekat antara Cina dan India, yaitu melalui Selat Malaka. Dengan demikian, jalur perdagangan melalui Selat Malaka semakin ramai. Para peda- gang mendirikan bandar-bandar di sepanjang jalur itu sebagai tempat untuk mengambil perse-diaan makanan dan air minum, di samping untuk menjual dan membeli barang dagangan. Sambil berdagang, orang-orang India menyebarkan aga-ma Hindu dan Buddha. Jalan Sutera selalu menarik untuk dikaji lebih lanjut. Coba kamu mencari informasi mengenai ja-lur Jalan Sutera. Kamu bisa mengecek di buku- buku lain atau di ensiklopedi. Atau, kalau di seko- lahmu dan rumahmu ada internet, coba kamu cari informasi seputar Jalan Sutera. Buatlah gambar atau peta sederhana mengenai jalur Jalan Sutera tersebut. Coba bandingkan jalur tersebut di masa lampau dengan wilayah-wilayah saat ini. Jalur Ja-lan Sutera melalui wilayah negara apa saja? b. Bidang sosial dan budaya Melalui hubungan perdagangan terjadi per- gaulan antara kaum pendatang orang-orang Cina dan India dan penduduk asli Nusantara. Pergaul- an ini menimbulkan rasa saling menghormati dan menghargai. Disadari atau tidak, hubungan tim-bal-balik antara kedua bangsa atau lebih akan membawa dampak bagi bangsa yang bersang-ku- tan. Bangsa yang satu akan belajar dari negara lain dan akan menyerap kebudayaan yang diang-gap cocok dengan kebudayaannya sendiri, atau demi perkembangan dan pengayaan kebudayaan terse- but. Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait akan diperkaya dan diuntungkan. Hubungan dagang Indonesia dengan Cina selalu melibatkan pihak penguasa. Sedangkan hubungan dagang Indonesia dengan India lebih tampak seba- gai hubungan antarpedagang, meskipun tetap meli- batkan pihak penguasa sesuai dengan pola zaman itu. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam tata ke- hidupan negara dan susunan masyarakat Indonesia. Hubungan dagang antara Indonesia dan India telah mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia. Proses masuknya pe-ngaruh kebu- dayaan India ke Indonesia tidak terle-pas dengan masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia. Di beberapa daerah Indonesia bagian barat dapat ditemukan perkampungan para pedagang India yang disebut Kampung Keling. Kampung ini sampai sekarang masih ada. Meskipun di Kam- pung Keling tersebut ada unsur-unsur kebudayaan India, namun dalam kenyataannya kebudayaan India yang ada di Indonesia berbeda dengan kebu- dayaan yang terdapat di India. Unsur-unsur kebudayaan India yang paling be- sar pengaruhnya di Indonesia adalah agama Hindu dan Budha. Berkembangnya agama Hindu dan Budha di Indonesia ditandai dengan ber-dirinya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha dan pe-ninggalan- peninggalannya seperti candi-candi di Indonesia. Dengan masuknya agama Hindu dan Budha ke In- donesia, berangsur-angsur bangsa Indonesia mulai meninggalkan kepercayaan asli, yak-ni animisme dan dinamisme dan mulai menganut agama baru, yaitu agama Hindu dan Budha. Persebaran ajaran Hindu, yang tertuang mela- lui kitab suci Weda, membuat bangsa Indonesia mulai mengenal budaya huruf Pallawa. Agama Hindu mengajarkan tentang kepercayaan akan Tri Murti dewa tertinggi yaitu: Dewa Brahma pencipta alam, Dewa Wishnu pemelihara alam, dan Dewa Siwa perusak alampembinasa. Dalam ajaran agama Hindu, masyarakat diba-gi menjadi empat Kasta, yaitu:  Kasta Brahmana golongan pendeta.  Kasta Ksatria golongan raja dan bangsawan.  Kasta Waisya golongan pedagang dan kaum buruh menengah.  Kasta Sudra golongan buruh kecil, kuli-kuli kasar, dan budak. Di samping empat golongan tersebut, masih ada golongan yang disebut golongan Paria. Ajaran agama Budha juga memengaruhi ke- hidupan masyarakat Indonesia. Agama Budha per- tama kali disebarluaskan oleh Sidharta Gautama, anak Raja Sudhodana dari Kerajaan Kapilawastu, di lereng Gunung Himalaya. Agama Budha menga- jarkan bahwa manusia itu harus hidup sederhana dalam rangka mencapai nirwana surga. Kitab su-ci agama Budha adalah Tri Pitaka, artinya tiga kehi-dupan manusia di dunia yang harus dialami oleh setiap manusia yang hidup. Masyarakat Indonesia mengalami perubahan yang sangat besar karena masuknya budaya India tulisan, ajaran agama Hindu, ajaran agama Budha. Meskipun demikian, harus diingat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia tidak menerima kebuda- yaan India secara mentah-mentah. Kebudayaan asli Indonesia tetap memainkan peran dalam me- nyesuaikan kebudayaan India dengan nilai-nilai budaya Indonesia sendiri. Dalam hubungan dengan kebudayaan itu telah terjadi akulturasi kebudayaan India dan kebuda- yaan Indonesia. Dalam hal tertentu, kebudayaan asli Indonesia masih tetap dominan, meskipun su-dah 157 terjadi kontak dengan kebudayaan India. Mi-salnya, sistem kasta yang merupakan ciri khas aga-ma Hindu diterapkan dalam wujud yang tidak sa-ma dengan di India di Indonesia lebih lunak. Demi- kian juga gaya bangunan candi di Indonesia tetap merupakan arsitektur asli, tidak begitu saja meni-ru menjiplak bentuk dan gaya candi di India. Bidang seni bangunan dan seni hias banyak dipengaruhi oleh unsur budaya India. Tetapi seca-ra berangsur-angsur, unsur-unsur budaya Indo-nesia menjadi tampak lagi. Misalnya, fungsi candi. Di Indonesia, candi bukanlah tempat untuk memu-ja dewa seperti di India, tetapi lebih sebagai tempat pertemuan rakyat dengan nenek moyangnya. Can- di dengan patung induknya yang berupa arca me- rupakan perwujudan raja yang telah meninggal. Hal ini mengingatkan kita pada bangunan punden dengan menhirnya. Candi Borobudur sebenarnya mengambil bentuk bangunan punden berundak- undak agama Budha Mahayana. Sedangkan pada Candi Sukuh dan candi-candi di lereng pegunungan Penanggungan pengaruh unsur budaya India su- dah hilang. Candi-candi tersebut hanyalah Punden berundak-undak. Hiasan pada candi-candi terse-but berasal dari hiasan pola India tetapi sudah menjadi ragam hias pola Indonesia. Di dalam bidang seni sastra, khususnya yang berkaitan dengan isi, tempat, dan tokoh cerita su- dah dimodifikasi dan diolah sesuai dengan alam Indonesia. Tokoh-tokoh yang berasal dari India su- dah hilang. Hal ini terlihat jelas dalam Kitab Gatot Kacasraya . Orang Indonesia yang menganut agama Hindu dan Budha sudah memasukkan unsur-unsur aga-ma serta pikiran mereka sendiri baik paham kede-waan maupun paham dunia. Perkembangan seni ban- gunan dan seni arca di Indonesia juga menga-lami kemajuan pesat. Hal ini disebabkan oleh penga-ruh kebudayaan Hindu, Kesusasteraan India pun turut terkenal di Indonesia dan menjadi milik bang-sa Indonesia, terutama kebudayaan suku Jawa. Be- berapa tokoh wayang diangkat dari bagian-bagian kitab epos Ramayana dan Mahabrata. Secara khusus bidang filsafat dan bahasa juga mengalami perkembangan pesat. Bahkan pada waktu itu, Indonesia seakan-akan menjadi tempat persiapan untuk mendalami Hinduisme maupun Budhisme. Banyak orang Indonesia yang pergi ke India Nalanda untuk mendalami secara khusus agama Budha. Misalnya, pada tahun 868, raja Ba-laputra dari kerajaan Sriw ijaya secara khusus men-dirikan asrama bagi orang-orang yang belajar di Nalanda. Setelah memahami awal mula perkembangan pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, sekarang kita akan mendalami perkembangannya dalam bentuk kerajaan dan berbagai peninggalannya. Hubungan perdagangan pada masa itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan keluarga kerajaan atau bangsa- wan. Dari hubungan dagang ini, berkembang men-jadi proses persebaran agama di lingkungan ke-rajaan, bangsawan, dan para saudagar. Pada gi-lirannya seluruh masyarakat kerajaan tersebut dipengaruhi oleh agama dan budaya Hindu-Bud- ha. 5.1.2 Kerajaan-kerajaan Berciri Hin- du-Budha Sebelum pengaruh budaya India masuk ke Indonesia, Indonesia belum mengenal bentuk pe- merintahan kerajaan. Pada masa itu, masyarakat menetap dalam satu kampung desa dan dikepalai oleh kepala suku. Kepala suku dianggap sebagai orang yang istimewa, disegani, dan dihormati di antara mereka. Kepala suku harus mampu melin- dungi serta menjamin keselamatan dan kesejahte- raan masyarakat. Oleh karena itu, kepala suku harus orang yang tahu adat istiadat dan seluk-beluk pe- mujaan roh nenek moyang, serta bersifat b ijaksana dan adil. Pengaruh budaya India ke Indonesia menim- bulkan perubahan perubahan yang besar dalam tata kehidupan serta budaya. Perubahan itu tam- pak antara lain dengan munculnya sistem peme- rintahan, di mana kepala suku berfungsi sebagai raja dan desa berkembang menjadi kerajaan.

A. Kerajaan Kutai

Kerajaan tertua di Indonesia ini terletak di Kali- mantan Timur. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4 M di Muara Kaman. Kerajaan tersebut terletak di tepi aliran Sungai Mahakam. Sumber sejarah Kerajaan Kutai didapat dari peninggalan-peninggalan berupa arca-arca dan prasasti yang dibuat dari tiang batu. Prasasti sema- cam ini disebut Yupa. Yupa ini berasal dari zaman abad ke-4 Masehi dan berfungsi sebagai tugu per- ingatan upacara korban. Tugu ini biasanya dipa-kai sebagai tempat untuk mengikat hewan kurban. Prasasti Yupa didirikan oleh kaum Brahmana sebagai ucapan terima kasih kepada raja yang te-lah banyak menyelenggarakan upacara korban da-lam bentuk sedekah untuk dinikmati masyarakat. Pada Yupa dipahatkan huruf Pallawa dengan ba-hasa Sansekerta. Sampai sekarang telah ditemukan tujuh buah Yupa. Semua Yupa tersebut didirikan atas perintah Raja Mulawarman. Dari tulisan pada prasasti Ku-tai kita mendapat beberapa informasi berikut.  Sekurang-kurangnya ada tiga generasi dalam 158 keluarga Kerajaan Kutai.