Terbentuknya kekuasaan kolo- nial di Indonesia

194 seorang Gubernur Jenderal. Gubernur Jenderal per- tama VOC adalah Pieter Both. VOC mulai bekerja di Ambon, kemudian memusatkan kegiatannya di Jayakarta Sunda Kelapa. Pada waktu Jan Pieter zoon Coen menjabat Gu- bernur Jenderal, VOC mendirikan benteng untuk melindungi kepentingan dagangnya. Di Jayakarta kedudukan VOC semakin kuat. Dari sinilah keku- asaan VOC mulai melebar ke wilayah Nusantara. Pada tahun 1619, Jayakarta berhasil dikuasai VOC. Jan Pieter zoon Coen kemudian mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia. VOC berhasil membawa keuntungan yang be- sar dari hasil perdagangannya dengan Indonesia. Kerajaan Belanda menjadi semakin terkenal di dunia perdagangan. Sebaliknya, para pedagang Nusantara merasa dirugikan karena kebebasan berdagangnya dihambat. VOC berusaha menda- patkan hak monopoli perdagangan dari penguasa- penguasa Indonesia. Dengan monopoli itu berarti hanya Belandalah satu-satunya bangsa Eropa yang berhak berdagang di Indonesia. Orang asing lain tidak diperbolehkan berdagang di Indonesia. Kebi- jakan VOC itu tentu saja ditentang orang Indo-nesia dan bangsa asing lainnya. Bentuk-bentuk pemaksaan dan monopoli yang dilakukan pedagang Belanda selama zaman VOC antara lain:  Aturan monopoli dagang.  Berbagai jenis pungutan pajak hasil bumi yang tidak mendapat ganti contingenten.  Berbagai jenis kerja rodi.  Wajib menanam kopi di Priangan.  Kewajiban menanam pala dan cengkeh di Ma- luku.  Wajib kerja mendayung perahu patroli kom- peni di perairan Maluku pelayaran hongi. Pe-layaran ini dilakukan untuk memberantas pe-nyelundupan.  Ekstirpasi, yaitu aksi penebangan pohon pala dan cengkeh untuk mengendalikan produksi cengkeh dan pala dan menjaga supaya harga rempah-rempah di Eropa tetap tinggi. b. Pergantian kekuasaan dari VOC ke pemerintahan kolonial Belanda Mulai pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran. Kemunduran itu disebabkan oleh:  Korupsi di tubuh VOC.  Adanya persaingan dagang yang datang dari In- ggris EIC dan Perancis Compagnie des Indes.  Memiliki banyak utang untuk membayar pega- wai dan pembagian keuntungan bagi peme- gang saham dividen.  Perlawanan rakyat Indonesia terhadap VOC memakan banyak biaya.  Kerajaan Belanda diubah menjadi Republik Ba- taaf berpaham demokrasi. Hal ini merupakan sebab khusus kemunduran VOC.  Permintaan rempah-rempah di Eropa semakin berkurang. Kondisi VOC semakin parah. Pada tahun 1795 dibentuk panitia pembubaran VOC. Beberapa ke- putusan yang diambil oleh panitia ini antara lain:  Utang VOC ditanggung oleh pemerintah Belan- da dan semua kekayaan VOC menjadi milik pe-merintah Belanda.  Sejak tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubar- kan. Mulai tanggal 1 Januari 1800, Indonesia menjadi daerah jajahan Pemerintah Hindia Be- landa. Beralihnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke Pemerintah Hindia Belanda tidak membawa perubahan yang lebih baik. c. Masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daen- dels 1808 – 1811 Pada tahun 1795 Belanda menjadi daerah jajah- an Kaisar Napoleon. Akibatnya, pada tahun 1808 – 1811 Indonesia menjadi bagian tanah jajahan dari Perancis-Belanda. Untuk menjalankan roda pemerintahan di Indo- nesia, penguasa Perancis di negeri Belanda Louis Napoleon menunjuk Herman Willem Daendels se-bagai Gubernur Jenderal di Indonesia. Daendels adalah seorang ahli hukum Belanda yang sangat revolusioner. Tugas Herman Willem Daendels di Indonesia antara lain, sebagai berikut.  Mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris sebagai musuh Perancis dalam perang koalisi.  Mengatur pemerintahan di Indonesia dan me- nyelesaikan masalah keuangan.  Mendukung perubahan-perubahan yang ber- sifat liberal. Pada awal pemerintahannya, ia menentang sis-tem kerja paksa dan merombak sistem feodal. Kebi-jakan-keb ijakan Daendels antara lain, sebagai berikut.  Di bidang pemerintahan Meletakkan dasar-dasar sistem pemerin- tahan ala barat. Pemerintah kolonial dipusatkan di Batavia dan ditangani seorang Gubernur Jenderal. Pulau Jawa dibagi atas 9 daerah prefek- tur. Para bupati d ijadikan pegawai pemerin- tah. Membentuk pengadilan keliling untuk orang pribumi di setiap prefektur. 195 Kesultanan Banten dan Cirebon d ijadikan daerah gubernumen Belanda. Membiarkan perbudakan dan rodi. Berbagai upacara di istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.  Di bidang pertahanan Meningkatkan jumlah prajurit dari berba- gai suku dan daerah. Membangun benteng-benteng pertah- anan. Membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan ± 1000 km dalam waktu 1 ta- hun yang disebut Grote Postweg = Jalan Raya Post. Meningkatkan kesejahteraan prajurit de- ngan membangun tangsi militer yang baik sehingga disiplin prajurit dapat ditegak- kan.  Di bidang keuangan Mengeluarkan uang kertas dalam jumlah besar tanpa jaminan sehingga menyebab- kan terjadinya inflasi. Meningkatkan pemasukan uang dengan ca-ra: memborongkan pemungutan pa- jak pa-da orang-orang swasta, menanam kopi di Priangan, penyerahan wajib; dan contingen-ten . Menempuh cara-cara paksa dengan cara: meminjam uang kepada orang-orang kaya; mengambil harta dari rumah gadai, kantor lelang, dan balai peninggalan; men- jual tanah kepada orang-orang swasta; dan membentuk dewan keuangan negara untuk mengawasi keluar masuknya uang negara. Daendels ditarik ke Eropa pada tahun 1811. Ia digantikan oleh Jenderal Janssens. Jenderal Jansen tidak hanya menghadapi rakyat Indonesia, tetapi juga harus menghadapi ancaman serangan Inggris yang berkedudukan di Calcu ta, India. d. Masa pendudukan Inggris 1811 – 1816 Bulan Agustus 1811, pasukan Inggris di bawah pimpinan Raja Muda Lord Minto dan Jenderal Auch-muty tiba di Batavia. Pasukan Inggris lang- sung me-nyerang pusat-pusat kedudukan Belanda – Peran-cis. Dalam waktu yang singkat pertahanan Belanda – Perancis dapat dilumpuhkan. Akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat di Tuntang dekat Salatiga. Di desa Tuntang, Belanda menyerah dan menanda-tangani “Penyerahan Tuntang”. Peristiwa itu terja-di pada tanggal 11 September 1811. Isi kapitulasi yang ditandatangani di Tuntang adalah sebagai berikut.  Pulau Jawa dan daerah-daerah kekuasaan Be- landa lainnya diserahkan kepada Inggris.  Semua tentara Belanda menjadi tawanan pe- rang Inggris.  Orang-orang Belanda dapat dipekerjakan pada kantor-kantor pemerintah Inggris.  Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris. Dengan penandatanganan Kapitulasi di Tun- tang, maka secara resmi Jawa dan daerah lainnya seperti Madura, Palembang, Makasar, Banjar-masin, dan Maluku menjadi wilayah kekuasaan Inggris. Untuk mengepalai wilayah tersebut diang-katlah Thomas Stamford Ra ffles sebagai pemimpin den- gan gelar Letnan Gubernur. Ra ffles memulai tu- gasnya sebagai Letnan Gubernur pada tanggal 19 Oktober 1811 dan berkedudukan di Batavia. Ra ffles adalah tokoh yang paling menentang sistem VOC yang sangat monopolis. Ia meng- hendaki suatu sistem pertanian yang memberikan kebebasan bagi petani untuk menanam tanaman perdagangan dan juga bebas memasarkannya. Kewajiban pemerintah adalah menyiapkan pema- saran. Ra ffles juga sangat berkeinginan untuk me- nerapkan politik kolonial seperti yang d ijalankan oleh Inggris di India. Konsep dasar sistem yang akan diterapkan adalah bahwa pemerintah koloni-al adalah pemilik tanah, para petani yang mengga-rap tanah tersebut dianggap sebagai penyewa. Untuk penyewaan tanah ini, para petani diwajib-kan membayar sewa tanah atau pajak atas pema-kaian tanah pemerintah. Sistem ini kemudian dike-nal dengan nama Sistem Sewa Tanah Landrent System atau Landel ijk Stelsel. Hal-hal yang dilakukan Ra ffles selama masa pemerintahannya antara lain:  Di bidang pemerintahan Membagi Pulau Jawa menjadi 18 Karesi- denan. Para bupati diangkat menjadi pegawai ne- geri dan digaji dengan uang. Melarang perbudakan. Mengadakan pengadilan sistem juri.  Di bidang perekonomian dan keuangan Menghapus seluruh penyerahan wajib dan wajib kerja. Memberi kebebasan penuh kepada rakyat untuk menanam dan berdagang. Memonopoli garam. Mengadakan penanaman kopi dan penjual- an tanah kepada swasta. Mengadakan landrente sewa tanah 1813. Penyewaan tanah di beberapa daerah dila- kukan berdasarkan kontrak dan terbatas waktunya. Ra ffles memperkenalkan sewa tanah dengan maksud antara lain:  Membebaskan beban hidup rakyat.  Memberikan kepastian hukum atas tanah. 196  Mengisi kas pemerintah.  Mendorong gairah dan produktivitas kerja pe-tani dengan memberikan kebebasan mena- nam.  Memungut pajak “uang” atas hasil penjualan tanaman petani.  Meningkatkan kesejahteraan hidup.  Menaikkan daya beli penduduk agar barang industri Inggris terjual. Gagasan sistem sewa tanah ini dalam pelaksa- naannya membawa perubahan, antara lain, sebagai berikut.  Unsur paksaan diganti dengan kebebasan, suka rela, dan hubungan kontrak.  Hubungan antara pemerintah dan rakyat dida- sari oleh sifat kontrak.  Ikatan adat istiadat menjadi semakin longgar dan bercorak kebarat-baratan.  Kehidupan ekonomi “barang” diganti dengan “uang”. Keb ijakan Raffles ini tidak berlaku untuk dae- rah yang masih dikuasai swasta, seperti Jakarta dan Parahyangan. Daerah ini adalah penyuplai da-na kas negara terbesar. Masa pemerintahan Ra ffles di daerah jajahan Indonesia menghadapi banyak kesulitan, antara la-in karena hal-hal berikut.  Terbatasnya pegawai yang cakap dan menipis- nya keuangan negara.  Masyarakat Jawa tidak banyak melakukan ke- giatan perdagangan, sehingga ekonomi uang kurang memasyarakat.  Belum adanya standarisasi pengukuran tanah untuk kepentingan sewa.  Pelaksanaan pemungutan pajak atas tanah ti- dak berhasil karena belum tepatnya penilaian tentang kelas-kelas tanah dan sistem pajak be- lum sesuai dengan kondisi masyarakat. Di luar bidang politik dan pemerintahan, Ra ffles tertarik pada bidang budaya dan ilmu pe-ngeta- huan. Kegiatan Ra ffles di bidang ilmu penge-tahuan antara lain, sebagai berikut.  Membangun gedung Harmoni untuk lembaga ilmu pengetahuan Bataviassach Genootshap.  Dengan bantuan Pangeran Notokusumo, Raffles menulis buku History of Java tentang sejarah ke- budayaan dan alam Pulau Jawa.  Raffles mendatangkan para ahli dari luar untuk mengadakan penyelidikan ilmiah, di antaranya adalah Marsden dan Crawford. Marsden menu- lis buku History of Sumatra. Crawford menulis buku History of East Indian Archipelago.  Raffles bersama ahli botani yang bernama Ar- noldi juga menemukan bunga bangkai terbesar di dunia yang ditemukan di Bengkulu. Bunga ini kemudian dinamakan Ra fflesia Arnoldi.  Di bidang botani, Olivia Marianne istri Ra ffles menjadi perintis Kebun Raya Bogor. Nama Ra ffles diabadikan pada nama bunga bangkai Ra fflesia Arnoldi. Masa pemerintahan Ra ffles disamping menda- tangkan keuntungan juga membawa kerugian. Mi- salnya, banyak benda purbakala yang dipindahkan dari Indonesia ke India. Benda yang dipindahkan Ra ffles di antaranya adalah Piagam Surabaya Pia- gam Airlangga. Piagam ini dipindahkan ke Cal- cu ta sehingga disebut Piagam Calcuta. Pada tahun 1813 di Leipzig, Napoleon Bonap- erte mengalami kekalahan dan tertangkap serta dia-singkan di Pulau Elba. Akibat kekalahan Per- ancis dalam Perang Koalisi, negara-negara anggota Koa-lisi Eropa mengadakan Kongres Wina. Tujuan Kongres Wina adalah untuk mengembalikan batas negara Eropa seperti sebelum ditaklukkan Napole- on Bonaparte. e. Berkuasanya Kembali Pemerintah Kolonial Be- landa 1816-1942 Pada tahun 1814, Inggris yang diperintah Raja Willem V mengadakan Convention of London. Isi Convention of London antara lain, sebagai berikut.  Belanda menerima tanah jajahannya kembali yang diserahkan kepada Inggris dalam “Penye- rahan Tuntang”.  Inggris memperoleh Tanjung Harapan dan Sai- lan dari Belanda. Terhitung sejak tahun 1816 Indonesia d ijajah kembali oleh pemerintah kolonial Belanda. Untuk menjalankan kekuasaan Belanda di Indonesia, dite-tapkan sebuah Komisaris Jenderal 1816-1819. Anggota Komisaris Jenderal adalah Elout, Buysker, dan Van der Capellen. Sesudah itu, Van der Capel- len diangkat menjadi Gubernur Jenderal Belanda di In-donesia 1819-1826. Gubernur Jenderal Van der Capellen melaksanakan politik perpaduan antara konservatif dan liberal, seperti berikut.  Di satu pihak pemerintah mempertahankan sis-tem pungutan hasil tanaman melalui para pe-nguasa pribumi.  Di pihak lain pemerintah memberikan izin ke- pada para pengusaha di tanah jajahan. Van der Capellen kemudian digantikan oleh Du Bus de Gisignies 1826 – 1830. Selama periode 1816-1830, sistem sewa tanah yang diprakarsai oleh Ra ffles tetap dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sistem itu baru dihapus pada tahun 1830 ketika gubernur jenderal d ijabat oleh Johanes Van den Bosch. Pada masa Van den Bosch inilah mulai diberlakukannya kembali unsur-unsur paksaan dalam penanaman tanaman perdagangan. Salah 197 satu sistem yang diterapkan adalah sistem Tanam Paksa Cultuurstelsel pada tahun 1830-1870. 5.3.3 Kehidupan Masyarakat pada Masa Kolonial

A. Struktur sosial ekonomi

a. Pertumbuhan penduduk Pada masa pemerintahan Ra ffles, diperkirakan penduduk pulau Jawa sebanyak empat setengah juta jiwa. Pada saat itu pulau Jawa termasuk pulau yang paling padat penduduknya di Hindia Timur. Pertumbuhan dan kepadatan penduduk di Jawa merupakan salah satu gejala sosial-ekonomis yang terjadi selama masa kolonial. Pada sensus tahun 1930, penduduk pulau Jawa telah berjumlah 40 juta jiwa. Dengan demikian, dalam jangka waktu 130-140 tahun, penduduk Jawa dan Madura telah naik sepuluh kali lipat. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dipaparkan pembagian kepadatan penduduk Indonesia yang berjalan bersamaan dengan perbedaan ekologis dari daerah-daerah tersebut.  Kelompok berkepadatan penduduk yang ting- gi, yaitu pulau Jawa, Bali Selatan, sebagian Su- matra Barat, dan Sulawesi Selatan.  Kelompok berkepadatan sedang, yaitu daerah- daerah luar Jawa lainnya, hampir seluruh Su- matra, Kalimantan, Sulawesi Tengah, dan Utara, Nusa Tenggara.  Kelompok berkepadatan rendah, yaitu daerah Maluku, Irian Jaya dan pulau kecil lainnya. Pertambahan penduduk tidak semata-mata tergantung pada masalah ekologis dan alamiah ser-ta perkembangan teknologi pertanian saja. Ada faktor-faktor sosial-ekonomis lainnya yang terli-bat. Misalnya, kesehatan, keamanan, pertanian, dan proses migrasi. Sementara itu, jangkauan penga- wasan kesehatan yang dilakukan pemerintah pada masa kolonial sangatlah terbatas. Hanya menjang- kau beberapa daerah yang ada di Jawa. b. Kepadatan penduduk dan gejala sosial-ekonomis Mengapa terjadi ketimpangan dalam penye- baran penduduk? Salah satu faktor utamanya ada-lah masalah gejala sosial-ekonomis. Kepadatan penduduk suatu daerah sangat ditentukan oleh co-rak pertanian dan tingkat teknologi pertanian. Daerah-daerah persawahan yang telah mengenal sistem pengairan yang cukup tinggi merupakan tempat-tempat dengan penduduk terpadat. Hal ini semakin dipertajam oleh beroperasinya perkebunan-perkebunan besar, terutama setelah tahun 1870. Jumlah penduduk menjadi padat di sekitar lingkungan perkebunan. Mengapa? Karena semakin besarnya jumlah petani penyewa dan pe- tani yang tidak punya tanah. Hal ini memengaruhi struktur penduduk desa dan memengaruhi pula tingkat kemakmuran. c. Pelebaran diferensiasi kerja Salah satu perubahan struktur sosial-ekonomis adalah diferensiasi kerja. Masuknya sistem ekono- mi Eropa turut menciptakan lapangan kerja yang semakin banyak yang diperkenalkan kepada pen- duduk pribumi. Ada berbagai kegiatan ekonomi dari tenaga kerja di Indonesia pada masa kolonial. Misalnya, bagian pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, kerajinan, perdagang- an, pengangkutan, jasa-jasa, dan lain-lain.

B. Pendidikan dan mobilitas sosial

Pemerintah kolonial memperkenalkan sekolah ala Eropa. Pemerintahan Belanda membagi sekolah berdasarkan status sosial masyarakat.  Sekolah kelas satu yang diperuntukkan bagi anak-anak dari golongan masyarakat atas. Se- kolah kelas satu ini terdiri dari tiga jenis, yakni Hollandsch Inlandsche School HIS, Meer Uitge- breid Lager Onderw ijs MULO, dan Algemeene Middelbare School AMS. HIS setingkat sekolah dasar yang berlangsung selama tujuh tahun. MULO seting-kat sekolah lanjutan tingkat per- tama. AMS se-tingkat sekolah menengah atas.  Sekolah kelas dua terdiri dari Sekolah Dasar Volksschool selama tiga tahun dan Sekolah Lan- jutan Vervolgschool selama dua tahun. Sekolah Dasar memperkenalkan cara membaca, menu- lis dan berhitung. Sekolah kelas dua mendidik calon-calon pegawai rendah.

C. Peralihan status sosial

Hal yang melatarbelakangi pembagian kelas dalam dunia pendidikan adalah peralihan status sosial. Peralihan status sosial dapat disebabkan oleh mobilitas sosial dan mobilitas kerja. Secara geogra- fi s, mobilitas sosial dapat berupa transmigrasi dan urbanisasi. Karena masuknya pengaruh ekonomi dari luar dan kepadatan penduduk, mobilitas da- lam kerja pun terjadi pula. Mobilitas kerja dan pen- didikan sangat dipengaruhi oleh mobilitas sosial dan kelas-kelas sosial. Pada masa kolonial dikenal dan diterapkan penggolongan kelas masyarakat dan diskriminasi sosial, seperti berikut ini.  Kelas teratas yang mencakup orang Belanda dan orang Eropa lainnya.  Kelas kedua yang terdiri dari golongan Indo dan Timur Asing. 198  Kelas ketiga yang terdiri dari golongan bumi putrapribumi. 5.3.4 Warisan Sejarah dari Masa Ko- lonial Ada banyak warisan peninggalan sejarah dari masa kolonial di berbagai daerah. Peninggalan- peninggalan pemerintah kolonial diantaranya ada dalam bidang ekonomi, bidang transportasi, bi- dang pendidikan dan ilmu pengetahuan, bidang politik dan pemerintahan, bangunan.

A. Bidang ekonomi

a. Perkebunan onderneming Salah satu peninggalan penting di bidang per- kebunan adalah perkebunan tebu dan industri gu- la. Perkebunan ini melingkupi perkebunan swasta besar, perkebunan negara besar, dan perkebunan rakyat. Di sekitar perkebunan tebu itu ada pabrik gula. Hingga sekarang perkebunan-perkebunan te-bu dan pabrik gula masih beroperasi. Selain perkebunan tebu, ada juga perkebunan teh di Jawa Barat dan perkebunan kopi di Sumatra. Perkebunan kopi diperkenalkan oleh Belanda untuk pertama kalinya ke Indonesia pada akhir abad ke- 15. Ada juga perkebunan tembakau di Deli. Pada awal abad ke-19, Indonesia yang waktu itu disebut Hindia Belanda merupakan pengekspor utama be- berapa komoditas pertanian, seperti gula, beras, tembakau, karet, teh, kina, dan kopi. b. Pengairan atau irigasi 1885-1904 Selain perkebunan, pemerintah kolonial Belan- da meninggalkan jaringan irigasi untuk mengairi tanah perkebunan atau pertanian. Irigasi atau pen- gairan pertama-tama diperkenalkan oleh kolo-nial di delta Brantas untuk mengairi sawah seluas 11.870 km². Pengairan ini dilanjutkan di Demak, Pekalon- gan, dan Serayu pada tahun 1889. Yang ter-akhir dibangun adalah irigasi di Cirebon dan Panarukan. Pengairan atau irigasi ini menjadi pe-ninggalan yang sangat vital dari kaum kolonial. c. Ekonomi uang Sebelum pemerintah kolonial datang, masya- rakat Indonesia belum mengenal dan belum meng- gunakan ekonomi uang. Mereka masih mengenal ekonomi dengan sistem barter atau barang ditukar dengan barang. Dengan uang yang diperkenalkan oleh kolonial, maka kehidupan ekonomi “barang” diganti dengan “uang”. Uang menjadi alat tukar yang lebih efisien dan cepat memasyarakat. Untuk mengatur sirkulasi uang, didirikan sebuah bank yang dikenal sebagai De Javaasche Bank, yang pada tahun 1953 dinasionalisasi dengan nama Bank Indonesia.

B. Bidang transportasi

a. Jalan raya Untuk berbagai kepentingan pemerintah ko-lo- nial, dibangunlah jalan sebagai sarana trans-portasi. Jalan raya menjadi penting karena adanya berbagai perkebunan dan kekuatan ekonomi lain-nya yang ada di pedalaman. Salah satu jalan yang terkenal adalah jalan raya Anyer sampai Panaruk-an yang dibangun pada masa Daendels. Jalan ini dikenal dengan sebutan Grote Postweg Jalan Raya Pos. b. Jalur kereta api Pemerintah kolonial Belanda juga meninggal- kan jaringan jalan kereta api. Jalur kereta api lintas Jawa dari Semarang - Tanggang sepanjang 25 km dan jalur kereta Jakarta - Bogor dibangun Neder- landsch Indische Spoorwegen Maatschapp ij NIS Pada tahun 1814. Selain itu pada tahun 1873 dibangun jalur kere- ta dari Semarang - Tanggang dilanjutkan hingga Yogyakarta. Pada tahun 1875, bertepatan dengan peringatan 25 tahun NIS dibangun jalur kereta api lintas Surabaya - Pasuruan - Malang dengan jarak 115 km. Pada tahun 1925, panjang rel lintas pulau Jawa mencapai 2.740 km. Pembangunan jalur kereta api juga dilaksana- kan di Sumatera. Pada tahun 1874, dibangun jalan kereta api di Aceh. Pada tahun 1877, dibangun jalur kereta api lintas Sumatra Barat. Pada tahun 1883, jalan kereta api lintas Sumatra Timur mulai diba- ngun. Pada akhir abad ke-19, jalan kereta api lintas Sumatera mencapai kurang lebih 3500 km. c. Pelabuhan laut Pada umumnya ketika kolonial datang ke Indo-nesia sudah ada pelabuhan-pelabuhan. Pada masa pemerintahan kolonial, pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada hanya direnovasi atau diperlebar lagi. Misalnya, pelabuhan Sunda Kelapa yang di- perbaiki dan diperbesar oleh Belanda pada tahun 1817 menjadi 1.825 meter. Demikian juga pelabuh- an-pelabuhan lain di tanah air. Atas perintah Raja Hendrik, pemerintah kolonial Belanda membangun pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan ini mulai di-bangun pada bulan Mei 1877. Total sumbu pelabuh-an luar dari Tanjung Priok ini kira-kira 1.740 meter.

C. Bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan

a. Sekolah