Terbentuknya kekuasaan kolo- nial di Indonesia
194
seorang Gubernur Jenderal. Gubernur Jenderal per- tama VOC adalah
Pieter Both. VOC mulai bekerja
di Ambon, kemudian memusatkan kegiatannya di Jayakarta Sunda Kelapa.
Pada waktu Jan Pieter zoon Coen menjabat Gu-
bernur Jenderal, VOC mendirikan benteng untuk melindungi kepentingan dagangnya. Di Jayakarta
kedudukan VOC semakin kuat. Dari sinilah keku- asaan VOC mulai melebar ke wilayah Nusantara.
Pada tahun 1619, Jayakarta berhasil dikuasai VOC. Jan Pieter zoon Coen kemudian mengubah nama
Jayakarta menjadi Batavia.
VOC berhasil membawa keuntungan yang be- sar dari hasil perdagangannya dengan Indonesia.
Kerajaan Belanda menjadi semakin terkenal di dunia perdagangan. Sebaliknya, para pedagang
Nusantara merasa dirugikan karena kebebasan berdagangnya dihambat. VOC berusaha menda-
patkan hak monopoli perdagangan dari penguasa- penguasa Indonesia. Dengan monopoli itu berarti
hanya Belandalah satu-satunya bangsa Eropa yang berhak berdagang di Indonesia. Orang asing lain
tidak diperbolehkan berdagang di Indonesia. Kebi- jakan VOC itu tentu saja ditentang orang Indo-nesia
dan bangsa asing lainnya.
Bentuk-bentuk pemaksaan dan monopoli yang dilakukan pedagang Belanda selama zaman VOC
antara lain: Aturan monopoli dagang.
Berbagai jenis pungutan pajak hasil bumi yang
tidak mendapat ganti contingenten. Berbagai jenis kerja rodi.
Wajib menanam kopi di Priangan. Kewajiban menanam pala dan cengkeh di Ma-
luku. Wajib kerja mendayung perahu patroli kom-
peni di perairan Maluku pelayaran hongi. Pe-layaran ini dilakukan untuk memberantas
pe-nyelundupan. Ekstirpasi, yaitu aksi penebangan pohon pala
dan cengkeh untuk mengendalikan produksi cengkeh dan pala dan menjaga supaya harga
rempah-rempah di Eropa tetap tinggi.
b. Pergantian kekuasaan dari VOC ke pemerintahan kolonial Belanda
Mulai pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran. Kemunduran itu disebabkan oleh:
Korupsi di tubuh VOC. Adanya persaingan dagang yang datang dari In-
ggris EIC dan Perancis Compagnie des Indes. Memiliki banyak utang untuk membayar pega-
wai dan pembagian keuntungan bagi peme- gang saham dividen.
Perlawanan rakyat Indonesia terhadap VOC memakan banyak biaya.
Kerajaan Belanda diubah menjadi Republik Ba- taaf berpaham demokrasi. Hal ini merupakan
sebab khusus kemunduran VOC. Permintaan rempah-rempah di Eropa semakin
berkurang. Kondisi VOC semakin parah. Pada tahun 1795
dibentuk panitia pembubaran VOC. Beberapa ke- putusan yang diambil oleh panitia ini antara lain:
Utang VOC ditanggung oleh pemerintah Belan-
da dan semua kekayaan VOC menjadi milik pe-merintah Belanda.
Sejak tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubar- kan. Mulai tanggal 1 Januari 1800, Indonesia
menjadi daerah jajahan Pemerintah Hindia Be- landa.
Beralihnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke Pemerintah Hindia Belanda tidak membawa
perubahan yang lebih baik. c. Masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daen-
dels 1808 – 1811 Pada tahun 1795 Belanda menjadi daerah jajah-
an Kaisar Napoleon. Akibatnya, pada tahun 1808 – 1811 Indonesia menjadi bagian tanah jajahan dari
Perancis-Belanda.
Untuk menjalankan roda pemerintahan di Indo- nesia, penguasa Perancis di negeri Belanda Louis
Napoleon menunjuk
Herman Willem Daendels
se-bagai Gubernur Jenderal di Indonesia. Daendels adalah seorang ahli hukum Belanda yang sangat
revolusioner.
Tugas Herman Willem Daendels di Indonesia antara lain, sebagai berikut.
Mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris sebagai musuh Perancis dalam perang
koalisi. Mengatur pemerintahan di Indonesia dan me-
nyelesaikan masalah keuangan. Mendukung perubahan-perubahan yang ber-
sifat liberal. Pada awal pemerintahannya, ia menentang
sis-tem kerja paksa dan merombak sistem feodal. Kebi-jakan-keb
ijakan Daendels antara lain, sebagai berikut.
Di bidang pemerintahan Meletakkan dasar-dasar sistem pemerin-
tahan ala barat. Pemerintah kolonial dipusatkan di Batavia
dan ditangani seorang Gubernur Jenderal. Pulau Jawa dibagi atas 9 daerah prefek-
tur. Para bupati d
ijadikan pegawai pemerin- tah.
Membentuk pengadilan keliling untuk orang pribumi di setiap prefektur.
195
Kesultanan Banten dan Cirebon d ijadikan
daerah gubernumen Belanda. Membiarkan perbudakan dan rodi.
Berbagai upacara di istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.
Di bidang pertahanan Meningkatkan jumlah prajurit dari berba-
gai suku dan daerah. Membangun benteng-benteng pertah-
anan. Membangun jalan raya dari Anyer sampai
Panarukan ± 1000 km dalam waktu 1 ta- hun yang disebut Grote Postweg = Jalan Raya
Post. Meningkatkan kesejahteraan prajurit de-
ngan membangun tangsi militer yang baik sehingga disiplin prajurit dapat ditegak-
kan. Di bidang keuangan
Mengeluarkan uang kertas dalam jumlah besar tanpa jaminan sehingga menyebab-
kan terjadinya inflasi. Meningkatkan pemasukan uang dengan
ca-ra: memborongkan pemungutan pa- jak pa-da orang-orang swasta, menanam
kopi di Priangan, penyerahan wajib; dan contingen-ten
. Menempuh cara-cara paksa dengan cara:
meminjam uang kepada orang-orang kaya; mengambil harta dari rumah gadai,
kantor lelang, dan balai peninggalan; men- jual tanah kepada orang-orang swasta;
dan membentuk dewan keuangan negara untuk mengawasi keluar masuknya uang
negara.
Daendels ditarik ke Eropa pada tahun 1811. Ia digantikan oleh
Jenderal Janssens. Jenderal Jansen
tidak hanya menghadapi rakyat Indonesia, tetapi juga harus menghadapi ancaman serangan Inggris
yang berkedudukan di Calcu ta, India.
d. Masa pendudukan Inggris 1811 – 1816 Bulan Agustus 1811, pasukan Inggris di bawah
pimpinan Raja Muda
Lord Minto dan Jenderal Auch-muty tiba di Batavia. Pasukan Inggris lang-
sung me-nyerang pusat-pusat kedudukan Belanda – Peran-cis. Dalam waktu yang singkat pertahanan
Belanda – Perancis dapat dilumpuhkan. Akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat di Tuntang dekat
Salatiga. Di desa Tuntang, Belanda menyerah dan menanda-tangani “Penyerahan Tuntang”. Peristiwa
itu terja-di pada tanggal 11 September 1811.
Isi kapitulasi yang ditandatangani di Tuntang adalah sebagai berikut.
Pulau Jawa dan daerah-daerah kekuasaan Be- landa lainnya diserahkan kepada Inggris.
Semua tentara Belanda menjadi tawanan pe- rang Inggris.
Orang-orang Belanda dapat dipekerjakan pada kantor-kantor pemerintah Inggris.
Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
Dengan penandatanganan Kapitulasi di Tun- tang, maka secara resmi Jawa dan daerah lainnya
seperti Madura, Palembang, Makasar, Banjar-masin, dan Maluku menjadi wilayah kekuasaan Inggris.
Untuk mengepalai wilayah tersebut diang-katlah Thomas Stamford Ra
ffles sebagai pemimpin den-
gan gelar Letnan Gubernur. Ra ffles memulai tu-
gasnya sebagai Letnan Gubernur pada tanggal 19 Oktober 1811 dan berkedudukan di Batavia.
Ra ffles adalah tokoh yang paling menentang
sistem VOC yang sangat monopolis. Ia meng- hendaki suatu sistem pertanian yang memberikan
kebebasan bagi petani untuk menanam tanaman perdagangan dan juga bebas memasarkannya.
Kewajiban pemerintah adalah menyiapkan pema- saran. Ra
ffles juga sangat berkeinginan untuk me- nerapkan politik kolonial seperti yang d
ijalankan oleh Inggris di India. Konsep dasar sistem yang
akan diterapkan adalah bahwa pemerintah koloni-al adalah pemilik tanah, para petani yang mengga-rap
tanah tersebut dianggap sebagai penyewa. Untuk penyewaan tanah ini, para petani diwajib-kan
membayar sewa tanah atau pajak atas pema-kaian tanah pemerintah. Sistem ini kemudian dike-nal
dengan nama Sistem Sewa Tanah Landrent System atau Landel
ijk Stelsel. Hal-hal yang dilakukan Ra
ffles selama masa pemerintahannya antara lain:
Di bidang pemerintahan Membagi Pulau Jawa menjadi 18 Karesi-
denan. Para bupati diangkat menjadi pegawai ne-
geri dan digaji dengan uang. Melarang
perbudakan. Mengadakan pengadilan sistem juri.
Di bidang perekonomian dan keuangan Menghapus seluruh penyerahan wajib dan
wajib kerja. Memberi kebebasan penuh kepada rakyat
untuk menanam dan berdagang. Memonopoli garam.
Mengadakan penanaman kopi dan penjual- an tanah kepada swasta.
Mengadakan landrente sewa tanah 1813. Penyewaan tanah di beberapa daerah dila-
kukan berdasarkan kontrak dan terbatas waktunya.
Ra ffles memperkenalkan sewa tanah dengan
maksud antara lain: Membebaskan beban hidup rakyat.
Memberikan kepastian hukum atas tanah.
196
Mengisi kas pemerintah. Mendorong gairah dan produktivitas kerja
pe-tani dengan memberikan kebebasan mena- nam.
Memungut pajak “uang” atas hasil penjualan tanaman petani.
Meningkatkan kesejahteraan hidup. Menaikkan daya beli penduduk agar barang
industri Inggris terjual. Gagasan sistem sewa tanah ini dalam pelaksa-
naannya membawa perubahan, antara lain, sebagai berikut.
Unsur paksaan diganti dengan kebebasan, suka rela, dan hubungan kontrak.
Hubungan antara pemerintah dan rakyat dida- sari oleh sifat kontrak.
Ikatan adat istiadat menjadi semakin longgar dan bercorak kebarat-baratan.
Kehidupan ekonomi “barang” diganti dengan “uang”.
Keb ijakan Raffles ini tidak berlaku untuk dae-
rah yang masih dikuasai swasta, seperti Jakarta dan Parahyangan. Daerah ini adalah penyuplai da-na
kas negara terbesar.
Masa pemerintahan Ra ffles di daerah jajahan
Indonesia menghadapi banyak kesulitan, antara la-in karena hal-hal berikut.
Terbatasnya pegawai yang cakap dan menipis-
nya keuangan negara. Masyarakat Jawa tidak banyak melakukan ke-
giatan perdagangan, sehingga ekonomi uang kurang memasyarakat.
Belum adanya standarisasi pengukuran tanah untuk kepentingan sewa.
Pelaksanaan pemungutan pajak atas tanah ti- dak berhasil karena belum tepatnya penilaian
tentang kelas-kelas tanah dan sistem pajak be- lum sesuai dengan kondisi masyarakat.
Di luar bidang politik dan pemerintahan, Ra ffles
tertarik pada bidang budaya dan ilmu pe-ngeta- huan. Kegiatan Ra
ffles di bidang ilmu penge-tahuan antara lain, sebagai berikut.
Membangun gedung Harmoni untuk lembaga ilmu pengetahuan Bataviassach Genootshap.
Dengan bantuan Pangeran Notokusumo, Raffles
menulis buku History of Java tentang sejarah ke- budayaan dan alam Pulau Jawa.
Raffles mendatangkan para ahli dari luar untuk mengadakan penyelidikan ilmiah, di antaranya
adalah
Marsden dan Crawford. Marsden menu-
lis buku History of Sumatra. Crawford menulis buku History of East Indian Archipelago.
Raffles bersama ahli botani yang bernama Ar- noldi juga menemukan bunga bangkai terbesar
di dunia yang ditemukan di Bengkulu. Bunga ini kemudian dinamakan Ra
fflesia Arnoldi.
Di bidang botani, Olivia Marianne istri Ra ffles
menjadi perintis Kebun Raya Bogor. Nama Ra
ffles diabadikan pada nama bunga bangkai Ra
fflesia Arnoldi. Masa pemerintahan Ra
ffles disamping menda- tangkan keuntungan juga membawa kerugian. Mi-
salnya, banyak benda purbakala yang dipindahkan dari Indonesia ke India. Benda yang dipindahkan
Ra ffles di antaranya adalah Piagam Surabaya Pia-
gam Airlangga. Piagam ini dipindahkan ke Cal- cu
ta sehingga disebut Piagam Calcuta. Pada tahun 1813 di Leipzig,
Napoleon Bonap- erte mengalami kekalahan dan tertangkap serta
dia-singkan di Pulau Elba. Akibat kekalahan Per- ancis dalam Perang Koalisi, negara-negara anggota
Koa-lisi Eropa mengadakan Kongres Wina. Tujuan Kongres Wina adalah untuk mengembalikan batas
negara Eropa seperti sebelum ditaklukkan Napole- on Bonaparte.
e. Berkuasanya Kembali Pemerintah Kolonial Be- landa 1816-1942
Pada tahun 1814, Inggris yang diperintah Raja
Willem V mengadakan Convention of London. Isi Convention of London
antara lain, sebagai berikut. Belanda menerima tanah jajahannya kembali
yang diserahkan kepada Inggris dalam “Penye- rahan Tuntang”.
Inggris memperoleh Tanjung Harapan dan Sai- lan dari Belanda.
Terhitung sejak tahun 1816 Indonesia d ijajah
kembali oleh pemerintah kolonial Belanda. Untuk menjalankan kekuasaan Belanda di Indonesia,
dite-tapkan sebuah Komisaris Jenderal 1816-1819. Anggota Komisaris Jenderal adalah
Elout, Buysker,
dan
Van der Capellen. Sesudah itu, Van der Capel-
len diangkat menjadi Gubernur Jenderal Belanda di In-donesia 1819-1826. Gubernur Jenderal Van der
Capellen melaksanakan politik perpaduan antara konservatif dan liberal, seperti berikut.
Di satu pihak pemerintah mempertahankan
sis-tem pungutan hasil tanaman melalui para pe-nguasa pribumi.
Di pihak lain pemerintah memberikan izin ke- pada para pengusaha di tanah jajahan.
Van der Capellen kemudian digantikan oleh
Du Bus de Gisignies 1826 – 1830. Selama periode 1816-1830, sistem sewa tanah yang diprakarsai oleh
Ra ffles tetap dijalankan oleh pemerintah Hindia
Belanda. Sistem itu baru dihapus pada tahun 1830 ketika gubernur jenderal d
ijabat oleh Johanes Van den Bosch. Pada masa Van den Bosch inilah mulai
diberlakukannya kembali unsur-unsur paksaan dalam penanaman tanaman perdagangan. Salah
197
satu sistem yang diterapkan adalah sistem Tanam Paksa Cultuurstelsel pada tahun 1830-1870.
5.3.3 Kehidupan Masyarakat pada Masa Kolonial